Prakarsai Pendirian Museum Kriptografi, Sultan HB X Terima Anugerah dari BSSN

Konten Media Partner
9 Juni 2023 11:53 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sri Sultan HB IX menerima penghargaan Adibhakti Sanapati dari Kepala BSSN Letjen (Purn) Hinsa Siburian, Kamis (8/6) sore, di Avenzel Hotel and Convention, Bekasi, Jawa Barat. Foto: Dok. BSSN
zoom-in-whitePerbesar
Sri Sultan HB IX menerima penghargaan Adibhakti Sanapati dari Kepala BSSN Letjen (Purn) Hinsa Siburian, Kamis (8/6) sore, di Avenzel Hotel and Convention, Bekasi, Jawa Barat. Foto: Dok. BSSN
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam perkembangan persandian di Indonesia, Yogyakarta memiliki peran penting sebagai lokasi berdirinya "Dinas Code" yang kemudian bertransformasi menjadi Badan Siber dan Sandi Negara. Yogyakarta juga menjadi lokasi berdirinya Museum Sandi yang merupakan satu-satunya museum kriptografi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dan ada peran besar Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam pendirian Museum Sandi ketiga di dunia setelah di AS dan Inggris itu.
Karenanya, berkat jasa Sultan yang besar pada perkembangan persandian Indonesia itu, Raja Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat ini dianugerahi penghargaan Adhibhakti Sanapati oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Indonesia.
Penghargaan diberikan langsung Kepala BSSN Letjen (Purn) Hinsa Siburian, Kamis (8/6) sore, di Avenzel Hotel and Convention, Bekasi, Jawa Barat.
Tercatat ada tiga tokoh di Indonesia yang memiliki peran besar terhadap persandian, yaitu Mayjen TNI (Purn) Dr Rubiono Kertopati (Bapak Persandian Indonesia), Sri Sultan Hamengku Buwono IX (Bapak Penegakan Kedaulatan Negara 1 Maret 1949) dan Sri Sultan Hamengku Buwono X.
ADVERTISEMENT
Ketiganya mendapatkan anugerah AdhiBhakti Sanapati dari BSSN. Meskipun dua tokoh yaitu Rubiono dan Sri Sultan HB IX, mendapat penghargaan secara anumerta.
Pemberian penghargaan turut disaksikan oleh keluarga mendiang Dr Rubiono Kertopati, Wakil Kepala Badan Siber dan Sandi Negara Irjen Pol Suntana, Deputi Kelembagaan dan Tata Laksana KemenpanRB Nanik Murwati, Direktur Integrasi Data Kependudukan Nasional David Yama serta Kepala Diskominfo se-Indonesia.
Foto: Dok. BSSN
Dalam pidato penerimaan penghargaan tersebut, Sri Sultan HB X mengungkapkan terima kasih atas penghargaan yang diterima untuk dirinya maupun ayahandanya Sri Sultan HB IX.
Menurutnya, sudah menjadi kewajiban warga negara melaksanakan tugas kenegaraan dengan penuh tanggung jawab dalam hal apapun.
Di kesempatan itu, Sri Sultan HB X mengatakan, saat ini tidak mudah berbicara soal siber maupun sandi karena perkembangan teknologi membuat tantangan semakin besar.
ADVERTISEMENT
“Teknologi dan kemajuan memaksa kita untuk tetap belajar, karena kondisi apapun informasi yang ada lewat transmisi siber bisa dipotong di tengah jalan. Apabila dipotong di tengah jalan, akan ada ketidakutuhan karena bisa ditambah, dikurangi dan bisa bocor. Hal-hal seperti ini merupakan suatu tantangan yang luar biasa,” papar Sri Sultan.
Yogya Kota Sandi
Museum Sandi di kawasan Kotabaru, Yogyakarta. Foto: ESP
Museum Sandi dibangun atas Prakarsa Bersama Sri Sultan HB X dan Mayjen TNI Nachrowi Ramli (Kepala Lembaga Sandi Negara Republik Indonesia) pada tahun 2006. Saat itu, baru ada dua museum kriptografi di dunia, yaitu National Cryptologic Museum di Amerika Serikat dan Cryptology Museum and Bletchley Park di Inggris.
Berdasar rilis dari BSSN diterangkan, pada acara penerimaan kehadiran Kepala Lembaga Sandi Negara beserta mahasiswa Sekolah Tinggi Sandi Negara (STSN) yang sedang mengikuti program widya karya di kantor Gubernur DIY pada 2006 tersebut, Sri Sultan HB X menyampaikan gagasan untuk menampilkan benda-benda terkait sejarah persandian di Museum Perjuangan Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Gagasan cemerlang tersebut langsung ditindaklanjuti dengan pembentukan tim pengisian koleksi Museum Sandi di Yogyakarta yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Lembaga Sandi Negara Nomor: KP. 601/ KEP 116.A/ 2007 dan penelusuran sejarah persandian Indonesia.
Tepat pada 29 Juli 2008 dilaksanakan peresmian museum kriptografi pertama di Indonesia sekaligus ketiga di dunia dengan nama Museum Sandi yang berada di jalan Faridan M Noto, Kotabaru Yogyakarta.
Wartawan sedang mewawancarai Humas Museum Sandi Yogyakarta di salah satu sudut museum. Foto: ESP
Bermula dari gagasan Sri Sultan Hamengku Buwono X, Museum Sandi terus berkembang pesat. Sejak tahun 2014, Museum Sandi menempati aset Pemda DIY berupa bangunan cagar budaya di kawasan Kotabaru Yogyakarta.
Hal ini juga tidak lepas dari peran dan kepedulian Gubernur DIY dalam mendukung pelestarian nilai-nilai penting persandian yang ditampilkan oleh Museum Sandi melalui pameran tetap, pameran temporer, seminar, sosialisasi secara daring maupun program-program lainnya.
ADVERTISEMENT
Tercatat, selain pendirian Museum Sandi, Sri Sultan HB X juga mengijinkan pembangunan monument Sanapati pada 1996 untuk memeringati 50 tahun persandian Indonesia yang hingga saat ini masih kokoh berdiri di jantung kota Yogyakarta.
Rumah Sandi di Kulon Progo tempat Dr Roebiono Kertopati (Bapak Persandian Indonesia) dan anggota sandi negara saat itu bersembunyi dari serangan Belanda, juga masih kokoh berdiri sampai sekarang.
Foto: ESP
Sultan HB X juga berjasa dalam pembentukan Forum Komunikasi Persandian Daerah atau Forkamsanda dan kegiatan-kegiatan yang bersifat pertemuan rutin dan incidental.
Sultan HB X juga mendukung napak tilas persandian yang setiap tahun diadakan di DIY.
Dari Aspek Kebijakan, Sri Sultan HB X juga sangat memperhatikan terkait keamanan siber dengan mengeluarkan regulasi tentang sistem manajemen keamanan informasi yang bertujuan melindungi kerahasiaan, ketersediaan, dan keutuhan aspek informasi di lingkungan Pemda DIY.
ADVERTISEMENT
Selain hal tersebut beliau juga mendukung keamanan siber dan sandi dengan pelaksanaan MoU Pemda DIY dengan BSSN, Pembentukan Computer Security Incident Response Tim atau Jogjaprov CSIRT serta pembangunan security operation center atau SOC.