Konten Media Partner

PTMSI Sleman Nilai Tenis Meja Madrasah Sudah Selevel dengan Sekolah Negeri

7 Maret 2024 15:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dua atlet tenis meja muda sedang bertanding dalam kompetisi antarmadrasah se-DIY. Foto: Nawalre Bujanadi/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Dua atlet tenis meja muda sedang bertanding dalam kompetisi antarmadrasah se-DIY. Foto: Nawalre Bujanadi/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dulu atlet muda tenis meja di madrasah di Jogja masih kesulitan bersaing dengan anak sekolah negeri, tapi kini telah dinilai berkembang pesat seiring dengan diadakannya kompetisi resmi antar madrasah secara rutin. Bahkan, persaingan olahraga tenis meja antara madrasah dengan sekolah negeri dianggap sudah selevel.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) Sleman, Taupik Qoriadi, saat tim Pandangan Jogja menemuinya pada turnamen tenis meja yang menjadi bagian dari Pekan Kompetisi Madrasah (PKM) tingkat DIY, yang dilaksanakan di GOR Bimoseno Sleman, Rabu (6/3).
“Berkembang pesat. Kalau saya lihat, hampir sama kualitasnya antara madrasah dengan sekolah negeri. Saya anggap satu level,” ungkapnya.
Ketua Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) Sleman, Taupik Qoriadi. Foto: Nawalre Bujanadi/Pandangan Jogja
Turnamen tenis meja tersebut menyertakan hampir 150 siswa-siswi, yakni siswa madrasah ibtidaiyah, tsanawiyah, dan aliyah. Antusiasme ini dianggap Taupik sebagai perkembangan lintas generasi di dunia tenis meja. Menurutnya, generasi madrasah saat ini lebih berpotensi untuk berkompetisi lebih jauh.
“Sekarang lebih bagus. Dulu apa-apa terbatas. Sekarang sangat dimanjakan, pilihan alat dan teknologi sudah banyak sekali,” jelas Taupik.
ADVERTISEMENT
Turnamen ini juga diikuti oleh sejumlah atlet Pekan Olahraga Daerah (PORDA) dan juga dari Prakualifikasi Pekan Olahraga Nasional (PraPON), yang membuktikan bahwa siswa-siswi madrasah memiliki perkembangan yang pesat perihal olahraga tenis meja. Hal itu disampaikan langsung oleh Ridho Subhan, salah satu pendamping siswa dari MA Hidayatullah.
“Harapan tahun ini bisa podium walaupun pemain PraPON ikut semua,” katanya.
Atlet tenis meja muda sedang bertanding dalam kompetisi antarmadrasah se-DIY. Foto: Nawalre Bujanadi/Pandangan Jogja
Hal serupa juga disampaikan oleh Gatot Jabarudin, Pengurus PTMSI Sleman. Ia menyampaikan bahwa anak-anak madrasah yang menjadi atlet muda tenis meja makin berkembang pesat.
“Sudah ada yang ikut PORDA ini, mudah-mudahan mereka bisa go international,” harap Gatot yang juga sekaligus ketua Klub Tenis Meja GTCOM.
Sebelumnya, siswa-siswi madrasah kesulitan bersaing dengan anak sekolah negeri karena kurang terorganisirnya turnamen antarmadrasah.
Atlet tenis meja muda sedang bertanding dalam kompetisi antarmadrasah se-DIY. Foto: Nawalre Bujanadi/Pandangan Jogja
Salah satu alasan sulitnya madrasah bersaing di tahun-tahun sebelumnya adalah kurang terorganisirnya turnamen. Menurut Gatot, dengan adanya PKM ini, jejaring atlet muda tenis meja di madrasah semakin terbuka lebar.
ADVERTISEMENT
“Orangnya ada, pemainnya banyak, tapi kurang terorganisir. Ini baru pertama kali selama saya 20 tahun saya di sini. Baru kali ini saya main tenis meja sambil kenalan sama atlet seluruh Jogja,” katanya.
PKM ini, menurut Fahrudin, pelatih tenis meja di MA Mafaza, adalah salah satu cara agar anak madrasah dapat berkembang di dunia olahraga. Ia menyatakan minimnya kompetisi madrasah, menjadikan jam terbang anak didiknya berkurang.
“Kami latihan cuman sekali seminggu, dan ini persiapannya empat bulan. Kompetisi juga kurang untuk melatih dan memperbanyak jam terbang. Sedangkan sekolah negeri, mereka kan punya klubnya (komunitas) sendiri,” jelasnya.