Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Pulau Rambut di Utara Jakarta, Rumah bagi Burung-burung Langka di Dunia
29 Januari 2022 16:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Asian Waterbird Census (AWC), sebagai salah satu hajat paling besar para pecinta burung kembali dilaksanakan akhir bulan ini hingga Februari mendatang. Salah satu lokasi yang akan jadi tempat pemantauan utama adalah Pulau Rambut, salah satu pulau dari gugusan Kepulauan Seribu di utara Ibu Kota Jakarta.
ADVERTISEMENT
Koordinator Pelaksana AWC 2022 yang juga Senior Policy and Communication Officer Wetlands International Indonesia, Ragil Satrio Gumilang, mengatakan salah satu alasan penting mengapa Pulau Rambut jadi salah satu titik pengamatan karena Pulau Rambut jadi salah satu Situs Ramsar, yakni situs lahan basah yang dirancang untuk kepentingan Internasional di bawah Konvensi Ramsar.
Keberadaan burung menjadi salah satu indikator utama penetapan sebuah kawasan menjadi Situs Ramsar, dimana sebuah Situs Ramsar, mesti terdapat 20.000 individu burung. Data pengamatan yang nantinya dihasilkan AWC, bisa jadi rujukan, apakah masih ada 20.000 burung yang tinggal di Pulau Rambut atau sudah berkurang.
“Kalau ternyata kurang dari 20.000 individu, maka perlu ada evaluasi serius serta pengelolaan yang lebih baik,” kata Ragil Satrio Gumilang dalam forum tanya jawab yang diadakan secara virtual melalui live Instagram, Jumat (28/1).
Selain jumlah individu, yang jadi penilaian penting lain adalah keberadaan burung langka di dalam kawasan tersebut. Paling tidak, sebuah Situs Ramsar memiliki 1 persen individu burung terancam punah dari total populasi global.
ADVERTISEMENT
Di Pulau Rambut, memang ada beberapa spesies burung yang terancam punah, salah satunya adalah burung Bangau Bluwok (Mycteria cinerea) yang secara global diperkirakan populasinya hanya tinggal 2.000 individu. Di Indonesia sendiri, diperkirakan ada sekitar 1.700 individu Bangau Bluwok atau sekitar 70 persen dari populasi global.
“Di Pulau Rambut itu ada Bangau Bluwok yang jumlahnya lebih dari 1 persen, bahkan dia bersarang dan beranak di sana, itu mengapa kami memilih Pulau Rambut untuk kegiatan AWC ini,” lanjutnya.
Bangau Bluwok hanya satu jenis burung yang tinggal di Pulau Rambut. Ada sekitar 22 jenis burung air dan 39 jenis burung darat yang tinggal di sana. Beberapa jenis yang paling banyak dijumpai di antaranya cagak merah (Ardea purpurea), cagak abu (Ardea cinerea), kuntul besar (Egretta alba), kuntul kecil (Egretta garzetta), kuntul karang (Egretta sacra), kuntul sedang (Egretta intermedia), kuntul kerbau (Bubulcus ibis), bluwok (Mycteria cinerea), roko-roko (Plegadis falcinellus), pecuk ular (Anhinga melanogaster).
ADVERTISEMENT
“Banyaknya jenis burung yang tinggal di Pulau Rambut membuatnya sangat strategis,” ujarnya.
Selain untuk pemutakhiran data populasi burung air di Pulau Rambut, AWC tahun ini juga menargetkan untuk terbentuknya kemitraan nasional yang punya legalitas hukum. Sebelumnya sempat terbentuk kemitraan nasional untuk burung bermigrasi, namun saat ini SK untuk kemitraan tersebut sudah habis.
Tak hanya komunitas burung air, dia berharap kemitraan nasional yang terbentuk nantinya juga bisa jadi wadah untuk komunitas lain seperti raptor, burung laut, burung migran, serta pemerintah.
“Jadi punya legalitas entah pakai SK Menteri atau Dirjen, tidak hanya berupa perkumpulan. Sehingga punya posisi yang lebih kuat dan data yang dihasilkan bisa jadi rujukan dalam pengelolaan kawasan tersebut ke depan,” kata Ragil Satrio Gumilang. (Widi Erha Pradana / YK-1)
ADVERTISEMENT