Pusat Layanan Autis (PLA) DIY Kekurangan Personel

Konten Media Partner
2 April 2021 16:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kantor Pusat Layanan Autis (PLA) DIY, di Kulon Progo. Foto: Widi Erha Pradana.
zoom-in-whitePerbesar
Kantor Pusat Layanan Autis (PLA) DIY, di Kulon Progo. Foto: Widi Erha Pradana.
ADVERTISEMENT
Sejak dibuka pertama kali pada 2015, sudah ada 662 anak penyandang autisme yang terdaftar di PLA DIY yang terdiri atas 456 anak laki-laki dan 206 perempuan. Dari jumlah itu kini hanya ada 42 anak yang menjalani program pendampingan di PLA DIY, sementara 58 anak mengantri program pendampingan.
ADVERTISEMENT
Antrian program tersebut bisa terjadi karena hanya ada sekitar 20 personel yang dimiliki oleh PLA DIY yang harus menyelesaikan program untuk 42 anak yang ini pun masih jauh dari ideal. Sebab, idealnya dalam sebuah program pendampingan, satu anak penyandang autisme ditangani oleh 2 orang personel.
“Secara kualitas, semuanya memang punya latar belakang pendidikan khusus. Tapi secara kuantitas, kami memang masih sangat kekurangan banyak tenaga pendidik,” kata kata Anggota Kelompok Kerja Pusat Layanan Autis (PLA) DIY, Suharyanto, di kantor PLA DIY di Kulon Progo, Rabu (31/3).
Sebagai Pusat Layanan Autis milik pemerintah satu-satunya yang ada di Yogya, PLA DIY diakui Suharyanto masih belum bisa menjangkau semua semua anak autis yang ada di DIY. Pasalnya masih banyak anak-anak penyandang autisme yang sampai sekarang belum didaftarkan ke PLA DIY. Dengan kata lain, sebenarnya jumlah anak autisme di DIY jauh lebih besar ketimbang yang tercatat.
ADVERTISEMENT
Ada banyak alasan menurut Suharyanto kenapa sampai sekarang masih banyak orangtua yang belum mendaftarkan anaknya yang penyandang autisme untuk mengikuti program di PLA, misalnya karena kesibukan orangtua, jarak tempuh yang jauh, bahkan ada yang karena malu.
“Seperti yang kita tahu, bagaimanapun stigma negatif terhadap anak autis di tengah masyarakat masih cukup kuat, sehingga membuat sebagian orangtua mungkin merasa malu,” ujarnya.
Mayoritas anak penyandang autisme yang terdaftar di PLA DIY berasal dari Kulon Progo (tempat di mana PLA DIY berada) dengan jumlah 324 anak, diikuti Bantul 115 anak, Sleman 101 anak, Kota Yogyakarta 49 anak, dan paling sedikit dari Gunungkidul (jarak terjauh dari PLA DIY) yang sampai sekarang baru ada satu anak yang didaftarkan untuk mengikuti program di PLA DIY.
ADVERTISEMENT
“Mungkin karena terkendala jarak dan transportasi, kami juga memahami,” kata Suharyanto.
Selain itu ada 52 anak dalam penanganan PLA DIY yang berasal dari luar kota seperti Purworejo, Magelang, dan kota-kota lain yang berbatasan langsung dengan DIY.
Mimpi Inklusi di Tempat Kerja
Anggota Kelompok Kerja Pusat Layanan Autis (PLA) DIY, Suharyanto. Foto: Widi Erha Pradana.
Setiap 2 April tiba, dunia selalu memperingatinya sebagai Hari Peduli Autisme sejak ditetapkan PBB 2007 silam. Tahun ini, PBB mengangkat tema Inklusi di Tempat Kerja: Tantangan dan Peluang di Dunia Pascapandemi.
Sudah banyak UU di negeri ini yang mewajibkan pemerintah, BUMN, BUMD, dan swasta untuk memperkerjakan anak autis paling sedikit 2 persen dari total pegawai. Tapi pelaksanaan masih jauh panggang dari api. Jangankan keahlian, anak autis yang mendapat penanganan dan pendidikan sejak dini juga masih jauh dari ideal. Bahkan jumlah guru yang memiliki keahlian menangani anak autis pun masih sangat kurang.
ADVERTISEMENT
“UU sudah bagus tapi pelaksanaan masih sulit karena memang karena adanya keahlian khusus yang harus dimiliki namun tidak dimiliki oleh penyandang disabilitas. Pendidikan untuk anak autis kan juga jauh dari ideal,” kata Suharyanto. (Widi Erha Pradana / YK-1)
*Redaksi mengubah judul sebelumnya karena bisa terbaca salah konteks. Semoga menjadikan maklum.