Konten Media Partner

Ratusan Anak di DIY Kena TBC, Masih Ada Ribuan Kasus Belum Terdeteksi

23 Desember 2022 15:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi seorang anak terkena TBC. Foto: PIxabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seorang anak terkena TBC. Foto: PIxabay
ADVERTISEMENT
Sekitar 600 lebih bayi di Bantul dilaporkan terkena tuberkulosis (TBC), jumlah ini separuh dari kasus TBC yang dilaporkan di Bantul. Sementara di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Dinas Kesehatan Daerah DIY mencatat ada 4.651 kasus tuberkulosis atau TBC sepanjang tahun 2022 hingga 22 Desember.
ADVERTISEMENT
Temuan tersebut lebih tinggi ketimbang dua tahun sebelumnya, dimana pada 2021 ditemukan sebanyak 3.044 kasus dan pada 2020 sebanyak 3.073 kasus.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit (P2) Dinkes DIY, Setyarini Hestu Lestari, mengatakan bahwa meskipun jumlah kasus TBC yang ditemukan sepanjang 2022 meningkat, namun sebenarnya jumlahnya masih jauh dari target. Pasalnya, berdasarkan angka estimasi atau perkiraan Dinkes DIY, jumlah penderita TBC di DIY mencapai 9.064 jiwa.
"Jadi masih ada 4.413 kasus atau hampir 50 persen kasus belum ditemukan,” kata Setyarini Hestu Lestari, Jumat (23/12).
Setyarini Hestu Lestari, Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Dinkes DIY saat ditemui di kantornya, Senin (3/12). (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
Kasus TBC sendiri ditemukan di semua kabupaten dan kota di DIY. Temuan kasus TBC paling banyak ditemukan di Kabupaten Sleman dengan 1.628 kasus, kemudian disusul Bantul 1.282 kasus, dan Kota Yogyakarta sebanyak 1.194 kasus. Sementara itu, Gunungkidul dan Kulon Progo masing-masing sebanyak 284 dan 263 kasus.
ADVERTISEMENT
Meski kasus TBC di Gunungkidul dan Kulon Progo jauh lebih sedikit ketimbang tiga daerah lain, namun bukan berarti situasinya lebih baik. Yang dikhawatirkan justru jika sebagian besar kasus yang belum teridentifikasi ternyata tersebar di dua wilayah tersebut.
“Itu yang harus diwaspadai,” lanjutnya.
Besarnya jumlah kasus TBC di DIY yang belum teridentifikasi menurut dia disebabkan oleh banyaknya masyarakat yang mengalami gejala TBC namun tidak memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan. Padahal, pemerintah menurut dia telah menyediakan layanan pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) untuk mendiagnosa penyakit TBC yang sudah tersedia di puskesmas dan rumah sakit di tiap kabupaten dan kota di DIY.
“Ada yang batuknya sudah lebih dari dua minggu, kemudian dia mengalami panas dingin, tapi tidak memeriksakan diri ke faskes,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, TBC merupakan penyakit yang sangat mudah menular. Jika ada seseorang terkena TBC namun tidak menyadari, dan dia tetap pergi-pergi menemui banyak orang, maka dia sangat mungkin menularkan TBC ke orang-orang yang dia temui tersebut.