Richard Oh: Industri Film Indonesia Terbaik di Asia Tenggara dan Terus Tumbuh

Konten Media Partner
2 Desember 2021 13:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Poster film terbaru Richard Oh, Menunggu Ibunda (kiri) dan Richard Oh (kanan). Foto: Widi Erha Pradana
zoom-in-whitePerbesar
Poster film terbaru Richard Oh, Menunggu Ibunda (kiri) dan Richard Oh (kanan). Foto: Widi Erha Pradana
ADVERTISEMENT
Perkembangan industri film Indonesia menurut sastrawan dan sutradara, Richard Oh, sudah berada dalam jalur yang tepat. Bahkan sebelum pandemi, produksi film Indonesia bisa dikatakan yang terbaik untuk kawasan Asia Tenggara, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
ADVERTISEMENT
“Sebelum pandemi, orang-orang datang ke bioskop bukan untuk nonton film Hollywood tapi ramai-ramai nonton film Indonesia,” kata Richard Oh saat ditemui di sela acara Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2021 di Empire XXI Yogyakarta, Selasa (30/11).
Industri film Indonesia memang sempat terpuruk ketika tahun pertama dihantam badai pandemi, tapi tak lama, bangkit lagi pada 2021. Hal itu dijawab oleh para sineas dalam negeri melalui karya-karya yang sangat beragam, baik dari segi genre, alur cerita, dan lain sebagainya.
Sebut saja film-film yang ditampilkan dalam JAFF 2021: Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas; Preman; Bakstage; Yuni; hingga Penyalin Cahaya. Kekayaan budaya, sejarah, serta dinamisnya kondisi sosial masyarakat Indonesia semakin mendukung keragaman ini. Dan itu adalah salah satu aset paling penting untuk bisa bersaing dengan industri film luar negeri dengan nilai pendanaan yang sangat besar seperti Hollywood.
ADVERTISEMENT
Richard yakin, melalui cerita-cerita yang menyentuh emosi, film-film Indonesia dapat mengalahkan, atau paling tidak bersaing dengan Hollywood yang dikenal dengan teknologi mutakhirnya. Sebab pada akhirnya, sehebat-hebatnya teknologi, jika tidak bisa bersentuhan dengan jiwa dan emosi manusia, itu seperti tidak berarti apa-apa.
“Itu cuma hanya kayak kita pergi makan fastfood yang di awal memang enak, tapi habis itu langsung dilupain, enggak sampai membekas di pikiran dan perasaan kita,” kata Richard.
Dengan lahirnya sineas-sineas muda berbakat dengan karya-karya yang semakin berkualitas, Richard optimis masa depan film Indonesia akan cerah. Apalagi didukung dengan kehadiran kritikus-kritikus film yang jeli dan tidak berpihak pada kelompok manapun, sehingga akan menilai secara obyektif sehingga akan memberikan kritikan-kritikan yang membangun untuk industri film dalam negeri.
Direktur Eksekutif JAFF 2021, Ifa Isfansyah. Foto: Widi Erha Pradana
Hal serupa juga disampaikan oleh Direktur Eksekutif JAFF 2021 sekaligus sutradara asal Yogyakarta, Ifa Isfansyah. Keragaman film Indonesia menurutnya memang jadi hal yang paling menarik dari industri film dalam negeri. Dan keragaman film Indonesia ini sangat dipengaruhi oleh keragaman karakter bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Karena mestinya sebuah sinema memang merefleksikan karakter bangsanya,” ujar Ifa Isfansyah.
Di film-film yang ditayangkan dalam JAFF 2021 ini, Ifa sangat melihat keragaman itu, dimana para sineas menyuarakan visinya masing-masing di dalam bentuk yang sangat beragam. Untuk bisa bersaing dengan Hollywood atau industri film Korea, memang butuh waktu yang tidak sebentar. Dua kata kuncinya menurut Ifa adalah konsistensi dan peningkatan kualitas.
“Pada akhirnya hanya dua itu yang utama, dan sekarang geliat industri film kita saya pikir cukup positif,” ujarnya. (Widi Erha Pradana / YK-1)