Saat Seni Dikawinkan dengan Teknologi oleh NFT, Apa Jadinya?

Konten Media Partner
23 Maret 2022 18:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Webinar 'Art at The Junctiong With Tech." Foto: Screenshoot webinar
zoom-in-whitePerbesar
Webinar 'Art at The Junctiong With Tech." Foto: Screenshoot webinar
ADVERTISEMENT
Teknologi Non-Fungible Token (NFT) ternyata dapat dikolaborasikan dengan kegiatan-kegiatan seni. Melalui NFT, para kolektor karya seni bisa langsung berhubungan dengan senimannya tanpa ada perantara siapapun karena dilakukan secara digital. Kolektor dan seniman tak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu.
ADVERTISEMENT
Pendiri Art Pop Up yang juga seorang kolektor karya seni rupa, Intan Wibisono, mengatakan bahwa selain jadi penghubung antara seniman dan kolektor secara langsung, NFT juga memberikan peluang bagi para seniman maupun kolektor untuk memberikan dukungan secara langsung.
“Misalnya sesama lreator itu bisa saling support dengan cara mengoleksi karya satu sama lain,” kata Intan Wibisono dalam acara Selasa Startup yang disiarkan langsung oleh DailySocial, Selasa (22/3) malam.
Selain itu, karena sekarang zamannya serba digital, karya seni yang dibuat dalam bentuk NFT menurut dia sangat relevan dengan dunia saat ini sebagai karya seni yang kekinian. Apalagi karya yang bisa dijadikan NFT juga sangat fleksibel sehingga membuat sebuah karya seni semakin tidak terbatas.
ADVERTISEMENT
“Bahkan kayak tweet pertama itu bisa jadi NFT, tiket konser bisa jadi NFT, segala macam sih sebenarnya bisa di-NFT-kan,” lanjutnya.
Namun karena di Indonesia teknologi ini masih sangat baru, maka belum banyak yang memanfaatkan teknologi ini secara optimal. Orang-orang kebanyakan baru tahu bahwa karya yang bisa dijadikan sebagai NFT hanya yang berupa video, animasi, atau foto. Namun sebenarnya NFT tak terbatas pada bentuk-bentuk karya tersebut.
NFT menurut Intan lebih berfungsi sebagai penanda kepemilikan suatu karya. NFT akan jadi bukti bahwa seseorang misalnya memiliki karya dari seniman tertentu. Nantinya, kolektor tersebut bisa menjual hak miliknya ke orang lain namun tetap tercatat siapa penciptanya dan dia tetap bisa mendapatkan royalti dari penjualan seterusnya.
ADVERTISEMENT
“Makanya itu yang bisa merevolusi dunia seni yang sekarang ini ada,” ujarnya.
Festival NFT Pertama di Indonesia
Ghozali yang untuk miliaran dari jualan NFT memerlihatkan kartu NPWP sesaat setelah mengurusnya di Kantor Pajak Semarang pada akhir Januari lalu. Foto: Dok. Ditjen Pajak
Untuk membumikan NFT di tengah masyarakat, Art Pop Up yang bekerja sama dengan Sewon NFT Club akan mengadakan festival NFT pertama di Indonesia pada 9 sampai 17 April mendatang di Galeri Katamsi ISI Yogyakarta dengan nama Indo NFT Festiverse.
“Saat ini sudah ada 300an creator lebih yang mengirimkan NFT-nya dan sedang kami verifikasi,” kata Intan.
Anggota Sewon NFT Club yang juga creator NFT, Rudi Hermawan, mengatakan bahwa cara paling mudah untuk memulai bermain NFT adalah dengan mencari informasi di media sosial. Misalnya dengan mengikuti para creator NFT di Twitter dan melihat bagaimana mereka mempromosikan NFT mereka.
ADVERTISEMENT
“Lihat juga dijual di marketplace mana saja, setelah itu mulailah berinteraksi dengan creator lain,” kata Rudi Hermawan.
Rudi berharap festival ini nantinya bisa jadi wadah untuk mempertemukan para kreator, kolektor, bahkan audiens umum yang belum tahu menahu tentang NFT, bukan sekadar jadi wadah mereka yang sudah ahli saja di dunia NFT. Karena ditujukan untuk masyarakat umum juga, festival tersebut juga akan membahas hal-hal dasar mengenai NFT, bukan hanya soal perdagangannya saja.
“Tentang fundamentalnya, blockchain bagaimana, memilih kreator atau mengoleksi karya itu layaknya bagaimana, itu yang akan coba kita transfer antara kreator dengan audiens lebih luas,” ujarnya.