Saat Sri Sultan HB X Lepas Cucunya Hadapi Dunia Lewat Pameran Seni Pertamanya

Konten Media Partner
8 Oktober 2022 16:38 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Raja Kraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Bawono X, saat membuka pameran seni rupa cucunya, Artie Ayya Fatimasari Wironegoro, di Yogyakarta, Sabtu (1/10).
zoom-in-whitePerbesar
Raja Kraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Bawono X, saat membuka pameran seni rupa cucunya, Artie Ayya Fatimasari Wironegoro, di Yogyakarta, Sabtu (1/10).
ADVERTISEMENT
Cucu perempuan pertama Raja Kraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Bawono X, yakni Artie Ayya Fatimasari Wironegoro, mengadakan pameran karya seni rupa pertamanya yang digelar di Ndalem Poenakawan Resto.
ADVERTISEMENT
Berkolaborasi dengan SD Tumbuh dan SLB Bantul dengan mengusung tema ‘Care to Love’, putri GKR Mangkubumi itu menampilkan 37 karya seni rupa dalam berbagai media, mulai dari kanvas, batik, hingga keramik. Pameran ini digelar selama sepekan yang dibuka pada Sabtu (1/10), dan ditutup pada 8 Oktober.
Sri Sultan HB X didampingi GKR Hemas melihat karya keramik Artie. Foto: Widihasto Wasana Putra
Sri Sultan HB X menyambut gembira pameran yang digelar cucunya tersebut. Dia juga sangat mendukung apa yang dikerjakan oleh sang cucu, sebab menurut dia pameran seni itu menjadi salah satu proses penting dalam kehidupannya.
“Ini proses awal dimana Jeng Artie punya kemauan, keberanian untuk berbuat sesuatu, berproses awal. Saya kira saya sangat mendukung dan jangan berhenti ya,” kata Sri Sultan saat pembukaan pameran tersebut, Sabtu (1/10) pekan lalu.
Sultan HB X memperhatikan sungguh-sungguh karya keramik Artie. Foto: Widihasto Wasana Putra
Dari pengalaman pertama ini, Sultan berharap Artie dapat terus berproses dan meningkatkan kualitas berkeseniannya. Apalagi aktivitasnya merupakan bagian dari budaya. Sri Sultan berharap sang cucu bersedia untuk terus belajar dan terbuka dengan semua kritik dari luar supaya dia bisa terus tumbuh.
ADVERTISEMENT
“Ini adalah karya peradaban, karya budaya sehingga harapan saya proses ini harus tetap berlanjut dan mau belajar, mau menerima kritik sehingga prosesnya makin kualitatif,” lanjutnya.
Sebagai salah satu bentuk dukungan terhadap proses yang sedang dijalani sang cucu, Sultan juga meminta kepada Artie untuk memilihkan satu atau dua lukisan terbaiknya untuk dibawa pulang dan dipajang di rumah.
“Mau saya ganti untuk kamu bisa beli cat,” kata Sultan kepada Artie.
Sri Sultan HB X memperhatikan dengan seksama karya cucu perempuannya. Foto: ESP
Sri Sultan juga berharap proses-proses kreatif yang dijalani cucunya ini bisa menjadi kenangan yang berarti di masa depannya. Sri Sultan bercerita, saat masih muda dia juga menjalani proses-proses kehidupan yang sama dengan sang cucu. Dan saat ini, sebagian barang-barang yang menjadi saksi prosesnya masih ada dan menjadi kenangan sekaligus pembelajaran dalam kehidupannya.
ADVERTISEMENT
“Nanti kalau kamu ke rumah saya, akan saya tunjukkan apa sih yang saya lakukan sebelum saya menikah, pada waktu belum menikah masih punya kesempatan untuk berproses seperti yang kamu lakukan. Dan sekarang barang itu masih ada sebagian,” kata Sultan menasihati cucunya.
Artie Ayya Fatimasari di depan karya favoritnya yang melukis dirinya dan mobil kesayangannya Toyota Raize. Foto: ESP
Sementara itu, Artie Ayya Fatimasari, juga mengungkapkan kegembiraannya atas terselenggaranya pameran pertamanya. Apalagi usianya masih sangat muda, kini dia baru masuk kuliah semester pertama.
Dia mengatakan, alasan utamanya mengadakan pameran adalah untuk melatih tanggung jawabnya atas karya-karya seni miliknya, serta membuat orangtuanya bangga. Dia paham, bahwa dia baru mulai berproses sehingga pasti akan banyak kekurangan dari karya-karya yang dia tampilkan.
Karena itu, dia mengatakan terbuka dengan semua bentuk kritikan supaya ke depan karya-karya yang dia hasilkan bisa lebih baik.
ADVERTISEMENT
“Harus siap dikritik, karena I think that's one of the way to improve my self, and improve my exhibition. Karena ini planning-nya mau berkelanjutan lagi, jadi aku pingin untuk selanjutnya jadi lebih baik,” kata Artie.
Artie berfoto bersama beberapa kolaboratornya. Foto: ESP
Artie sebenarnya tidak menggarap pamerannya sendiri. Sebagian karya yang dipamerkan merupakan hasil kolaborasi, baik dengan anak-anak, penyandang disabilitas, juga sejumlah seniman di Yogya. Karya yang dipamerkan juga dibuat di berbagai media, mulai dari kanvas, batik, hingga keramik.
“Keramik wajah-wajah itu karya aku sendiri, cerobong dan ranting itu kolaborasi dengan anak-anak kelas keberbakatan di SLB Kalibayem. Yang paling aku suka ya lukisan mobil. Itu mobilku, karena warnanya lucu, peach kayak mobilku,” ujarnya.
Salah satu karya seni keramik Artie. Foto: ESP
Kini, Artie sedang fokus untuk mengembangkan kemampuannya, terutama dalam mengeksplorasi berbagai media berkesenian. Pasalnya, dia berencana menyelenggarakan pameran ini setiap tahun, sehingga dia berharap ke depan kualitas karyanya akan semakin bagus.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar karya Artie baik di atas kanvas maupun medium tanah liat memperlihatkan dunia yang sangat intim bagi Artie yakni wajahnya sendiri, potret ayah dan ibunya, serta mobilnya.
KPH Wironegoro di depan karya Artie. Foto: ESP
Ayah Artie Ayya Fatimasari, KPH Wironegoro, sangat mengapresiasi keberanian anaknya untuk memamerkan karya dari hobi seni rupanya. Keberanian itu menurut dia menunjukkan bahwa rasa tanggung jawab pada dirinya mulai tumbuh, pasalnya ketika seorang seniman memamerkan karyanya artinya dia harus siap bertanggung jawab terhadap apa yang dia tampilkan ke publik.
“Berani ngadepin dunia. Itu yang terpenting. Walaupun dia masih dalam proses belajar, namun sudah berani bikin pameran ke publik, itu berarti dia juga siap menerima kritik,” kata KPH Wironegoro.
Salah satu hal yang penting dalam proses pameran ini menurut dia adalah bagaimana Artie melibatkan banyak pihak untuk berkolaborasi. Dia berharap, proyek-proyek kolaborasi tersebut bisa melatih jiwa leadership atau kepemimpinan yang ada dalam diri Artie.
Karya cerobong asap kolaborasi Artie dan siswa SLB. Foto: ESP
Sebab, leadership menurut dia bukan hanya soal memimpin organisasi, lembaga, dan sebagainya, tapi juga menjadi pemimpin di tengah masyarakat. Wironegoro melihat Artie bisa sangat dekat dengan teman-temannya selama mengerjakan pameran tersebut.
ADVERTISEMENT
“Artie tidak punya batas dengan masyarakat tanpa melihat dia itu anaknya siapa, cucunya siapa, melalui seni rupa dia bisa dekat dengan teman-temannya,” kata KPH Wironegoro.
Lukisan potret Artie dipamerkan di ruang pamer Ndalem Punakawan, Yogyakarta. Foto: ESP
Selama ini, Artie menurut dia memang sangat suka melukis. Lukisan-lukisan karyanya selalu bertumpuk di kamarnya, baik saat tinggal di Yogya maupun saat kuliah di Jakarta. Wironegoro berharap, dengan prosesnya di dunia seni rupa ini, Artie dapat menjadi wakil dari keluarga besar Kasultanan Yogyakarta terutama dalam bidang seni rupa.
“Karena seni rupa itu bagaimanapun juga adalah napas kebudayaannya DIY. Semoga Artie bisa menjadi wakil dari keluarga besar Kasultanan untuk bisa punya peran terhadap masyarakat di bidang seni rupa,” ujarnya.