news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Saatnya Minum Air Hujan sebab 70 Persen Sumber Air Rumah Tangga Tercemar Tinja

Konten Media Partner
9 November 2022 15:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi hujan. Foto: Dok. Go Dok
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hujan. Foto: Dok. Go Dok
ADVERTISEMENT
Pada awal tahun ini, Badan Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations Children's Fund (UNICEF) mengungkapkan bahwa hampir 70 persen dari 20 ribu sumber air minum rumah tangga yang diuji di Indonesia tercemar limbah tinja.
ADVERTISEMENT
"Kontaminasi itu mendorong penyebaran penyakit diare, yang merupakan penyebab utama kematian pada anak di bawah 5 tahun," kata UNICEF kala meluncurkan kampanye #DihantuiTai untuk mempromosikan sanitasi yang lebih aman.
Kampanye tersebut bertujuan untuk menginformasikan rumah tangga tentang sanitasi yang aman dan bagaimana kontaminasi tinja di sumber air membahayakan kesehatan masyarakat. Melalui kampanye online itu, UNICEF menyerukan kepada keluarga untuk memasang, memeriksa, memperbaiki, atau mengganti septic tank mereka dan mencari layanan penyedotan lumpur setidaknya sekali setiap 3-5 tahun.
"Sanitasi yang aman mengubah hidup anak-anak dan menempatkan mereka di jalur untuk mencapai potensi penuh mereka," ungkap Perwakilan UNICEF, Robert Gass.
Pakar Hidrologi UGM, Agus Maryono. Foto: Dok. UGM
Menanggapi hal tersebut, Pakar Hidrologi yang juga Dekan Sekolah Vokasi UGM, Agus Maryono mengatakan Indonesia semestinya mulai beralih pada penggunaan air hujan sebagai salah satu sumber air minum rumah tangga. Dengan curah hujan yang cukup tinggi, yaitu antara 2.000 sampai 4.000 mm/tahun, ketersediaan air seharusnya tak menjadi masalah untuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, air hujan selama ini belum dimanfaatkan sebagai air baku minum dan hanya sebatas untuk pertanian. Akibatnya, hujan di perkotaan justru menjadi bencana banjir, bukan menjadi potensi sebagai bahan baku air minum warga. Padahal, menurutnya air hujan merupakan air dengan kualitas terbaik di alam ini.
“Air hujan adalah air terbersih di alam ini, tawar, paling bersih, air murni. Tapi malah saat ini inginnya dibuang cepat-cepat ke laut,” ujar Agus yang memimpin organisasi Gerakan Memanen Air ini saat dihubungi Rabu (9/11).
Sebagai air minum, air hujan menurut Agus sangat aman untuk dikonsumsi, bahkan dikonsumsi secara langsung. Kendati demikian, pengolahan lebih dulu akan lebih baik sebab air hujan yang pertama turun biasanya masih membawa partikel-partikel pencemar dari udara.
ADVERTISEMENT
“Air hujan itu aman banget, langsung diminum tanpa diolah itu aman. Kalau mau diolah dulu juga bagus,” ujar Agus.
Perubahan iklim juga tidak mempengaruhi kualitas air hujan secara signifikan. Zat-zat di dalam air hujan tidak mengalami perubahan seperti yang banyak dikhawatirkan banyak orang dengan adanya hujan asam.
“Perubahan iklim itu nggak mengubah zat air hujan, dia hanya temperatur, belum sampai chemical. Hujan asam juga tidak terjadi dalam perubahan iklim,” lanjutnya.
Untuk itu, menurut Agus Maryono, Ibu Kota Negara (IKN) musti mencontohkan bagaimana menggunakan air hujan sebagai air minum warga di sana. Tanah di lahan IKN memiliki lapisan yang tipis yang berbeda dengan tanah di Jawa sehingga kualitas air tanahnya sangat kurang. Sementara intensitas hujan di IKN lebih dari 250 hari dalam setahun.
ADVERTISEMENT
“Kata kuncinya kita sudah tidak bisa lagi mengandalkan air sumur atau air tanah. Tapi kita diberkati dengan hujan yang kualitasnya luar biasa. Dan itu gratis semua. IKN sebagai kota masa depan Indonesia bisa mencotohkan,” kata Agus.