Sakralnya Tradisi Tutup Suro, Doa untuk Negeri di Kulon Progo

Konten Media Partner
9 September 2021 16:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pembukaan ritual tutup suro berlangsung sakral dan khidmat. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Pembukaan ritual tutup suro berlangsung sakral dan khidmat. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Ritual tradisional berupa Kenduren Tutup Suro digelar di kampung Pulir, dukuh Sukomoyo, kelurahan Jatimulyo, Girimulyo, Kulonprogo pada Rabu Pahing, 8 September 2021. Pelataran Baladewa yang berdekatan dengan Gua Pleret dan air terjun Grojogan Sewu dipilih sebagai ajang ritual tradisi Tutup Suro tahun ini.
ADVERTISEMENT
Menurut seniman Ki Godod Sutejo, lokasi ini sangat tepat untuk kegiatan spiritual karena auranya sangat mistis dan alami. “Energinya sangat kuat,” kata Ki Godod.
Gemericik air terjun yang mengalir ke kali Bambang Sumitro menambah suasana magis. Tempat ini dianggap wingit oleh warga setempat. Di tepian sungai terdapat gua-gua kecil yang menurut cerita orang tua merupakan petilasan atau tempat pertapaan.
BRAY Iriani Pramastuti Widjoyokusumo dari trah Paku Alam, yang bertindak sebagai pembuka acara menambah sakralitas acara saat ia memberikan air dari tujuh sumber kepada Kepala Dukuh Sukomoyo untuk disatukan dengan air sungai Bambang Sumitro yang melintasi kampung Pulir.
BRAY Iriani juga memberikan tiga untai dupo kepada Ki Timbul Suripto, tokoh spiritual Jatimulyo, sambil berpesan agar selalu berlaku adil.
ADVERTISEMENT
Ritual Tutup Suro ini digagas oleh seniman senior Godod Sutejo dari Yogyakarta dan Ki Timbul Suripto, tokoh spiritual Jatimulyo. Didukung oleh BRAY Iriani Wijoyo Kusumo dari Keluarga Paku Alam, Budayawan Ki Satrio Wibowo, Kelompok Spiritual Hosoko Jowo, Hardo Pusoro, beberapa seniman seperti Rakhmat Supriyono dan Kondang Sugito, serta Nurjianto / Gus poleng, Pimpinan Sanggar Keris Mataram dan juga Wasekjen Senapati Nusantara.
Berinti Doa kepada Sang Maha Kuasa
Sebagain pemimpin upacara berfoto seusai acara. Foto: Istimewa
Menurut Godod Sutejo, acara Tutup Suro kali ini berinti dan bertujuan memakmurkan masyarakat setempat dan sekaligus untuk mengusir COVID-19 dari Bumi Nusantara melalui sarana doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama setempat.
“Nyenyuwun pada Gusti Allah itu inti acara ini, dengan memakai adat Jawa dengan rapalan doa dari para tokoh agama di daerah sini,” jelas Godod.
ADVERTISEMENT
Seusai doa dari tokoh agama, KPH Widjoyokusumo menutup dengan ritual doa adat yang dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng robyong “Baladewa” oleh BRAY Iriani dan penuangan air Mataram ke kali Bambang Sumitro yang dilakukan pemuda dukuh Sukomoyo.
Selesai memotong tumpeng, BRAY Iriani membagikan udik-udik (uang logam lama) ke warga masyarakat yang hadir disertai doa agar rejeki terus mengalir. Warga setempat sangat antusias menerima udik-udik dari BRAY Iriani.
Pada saat yang sama, secara simbolik Gus Poleng melolos keris di dekat pertapan baladewa yang bertujuan sebagai sarana tolak balak pagebluk agar bumi nusantara tentram.
“Kita berdoa kepada Allah SWT pagebluk segera berakhir dan manusia bisa berbuat baik bagi sesama dan juga alam semesta. Keris ini dibuat dengan besi terbaik, milik bumi, dibuat oleh manusia terbaik, para empu, jadi ini simbol penyatuan manusia baik dan berkah bumi karunia Allah,” papar Gus Poleng.
Ki Godot (kiri) dan Gus Poleng (kanan) berfoto seusai acara. Foto: Istimewa
Acara sakral adat Jawa ini kemudian diakhiri dengan tembang pupuh Dandanggulo Yasan Ndalem KGPAA Mangkunegoro IV yang dilantunankan oleh Kanjeng Widjoyokusumo, diiringi riak air terjun di dekat pertapaan Baladewa dan gua Pleret.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, masyarakat setempat berharap dan menyambut baik gagasan daerah Sukomoyo dijadikan kawasan wisata air. Mereka berharap dengan dijadikannya kampung wisata, kehidupan masyarakat bisa lebih baik dari sekarang. Masyarakat dukuh Sukomoyo cukup antusias menyambut acara ini, terutama juru kunci kawasan Grojogan Sewu dan kelompok pemuda GAS (Gabungan Anak Sukomoyo) desa Jatimulyo. Menurut penggiat wisata Rakhmat Supriyono, potensi alam di sekitar Sukomoyo sangat luar biasa indahnya. “Seperti perawan desa yang cantik alami, tinggal dipoles sedikit akan sangat mempesona,” tuturnya.
Rakhmat menambahkan, Kulon Progo bisa diidentikkan dengan Bukit Menoreh, pesona perbukitan, batu-batuan, dan air terjun yang tetap mengalir di musim kemarau.
*Konten Ini wujud kerjasama Pandangan Jogja @Kumparan dengan Sanggar Keris Mataram
ADVERTISEMENT