Konten Media Partner

Sampai Kapan Depo di Kota Yogya Bisa Tampung 100-an Ton Sampah Tiap Hari?

2 Mei 2024 17:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi depo sampah Mandalakrida, salah satu depo sampah di Kota Yogyakarta. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi depo sampah Mandalakrida, salah satu depo sampah di Kota Yogyakarta. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Sudah dua hari desentralisasi pengelolaan sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berjalan. Kebijakan itu membuat tiga wilayah yakni Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Bantul, tak bisa lagi membuang sampahnya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Piyungan.
ADVERTISEMENT
Namun sampai saat ini, Kota Yogya baru bisa mengolah sekitar separuh dari sampah yang diproduksi tiap hari. Dari sekitar 200 ton sampah yang dihasilkan tiap hari, kapasitas pengolahan yang dimiliki Kota Yogya bahkan belum mencapai 100 ton.
Artinya, masih ada 100 ton lebih sampah di Kota Yogyakarta yang belum bisa diolah. Sebab, TPS 3R Kranon dengan kapasitas pengolahan 45 ton per hari targetnya baru bisa beroperasi akhir pekan pertama Mei, dan TPS 3R Karangmiri dengan kapasitas pengolahan 30 ton per hari diperkirakan baru bisa beroperasi akhir Mei mendatang.
Pj Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Penjabat (Pj) Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo, mengatakan sekitar 100 ton sampah yang belum bisa diolah itu sementara akan ditampung di depo-depo sampah yang ada di Kota Yogya sembari menunggu dua TPS 3R yang sedang dibangun siap beroperasi.
ADVERTISEMENT
“Kita saat ini punya 14 depo. 14 depo yang sekarang ini ada, insyaallah akan mampu untuk bisa menampung sampah perkotaan kita,” kata Singgih di Balai Kota Yogyakarta, Kamis (2/5).
Untuk memperpanjang umur depo-depo di Kota Yogya, pihaknya akan lebih menggencarkan gerakan memilah dan mengolah sampah dari rumah baik melalui bank sampah maupun pemerintah wilayah di bawah Pemkot Yogya.
“Kondisi depo masih sangat kondusif sekali. Seperti Depo Mandalakrida itu ya 1/3 isinya, Depo Karang zero, kemudian di depo THR (di Jl Brigjen Katamso) itu 1/3 atau 1/4 isinya. Saya pantau terus tiap hari,” ujarnya.
Subkoordinator Kelompok Substansi Penanganan Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Mareta Hexa Sevana. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Subkoordinator Kelompok Substansi Penanganan Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Mareta Hexa Sevana, ditutupnya TPA Regional Piyungan secara permanen memang akan membuat depo-depo yang ada di Kota Yogya lebih cepat penuh.
ADVERTISEMENT
Lalu, sampai kapan depo-depo di Kota Yogya akan bertahan untuk menampung sampah yang belum bisa diolah ini?
“Depo itu kan kapasitas per depo sebetulnya sudah diukur untuk sampah timbulan sehari,” kata Mareta.
Meski begitu, pemerintah menurutnya telah memiliki strategi untuk memperpanjang usia depo sampah di Kota Yogya, yakni dengan memberlakukan sistem seperti permainan dakon. Dengan strategi ini, nantinya depo-depo yang hampir penuh isinya akan dipindah ke depo-depo yang masih kosong sehingga tidak tertumpuk di satu atau dua titik saja.
“Karena kan ada yang kosong sekali, ada yang lebih cepat penuh. Nah itu nanti kita koordinasinya akan lebih diintensifkan lagi,” ujarnya.
Salah satu depo sampah di Kota Yogyakarta. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja