Konten Media Partner

Satpol PP DIY: Sebelum Beraksi, Geng Klitih Sering Nongkrong di Angkringan

27 Maret 2023 15:52 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi klitih atau kejahatan malam remaja di Yogya. Foto: Kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi klitih atau kejahatan malam remaja di Yogya. Foto: Kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sederet masalah kekerasan jalanan terjadi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sejak awal bulan Ramadhan. Meski berbagai upaya pencegahan telah dilakukan oleh aparat keamanan, baik dari kepolisian maupun dari Satpol PP, namun hampir setiap malam kasus kekerasan jalanan mulai dari tawuran, klitih, sampai pengeroyokan masih terjadi di wilayah DIY.
ADVERTISEMENT
Kepala Satpol PP DIY, Noviar Rahmad, mengatakan bahwa selama ini beberapa daerah di DIY yang memiliki tingkat kerawanan cukup tinggi. Misalnya di daerah Kampung Badran, Mlati, serta kawasan Jalan Kaliurang.
“Jadi tempat-tempat seperti itu yang perlu diawasi,” kata Noviar Rahmad saat dihubungi, Senin (27/3).
Adapun titik-titik kumpul yang sering digunakan oleh anak-anak dan remaja di DIY sebelum beraksi melakukan kekerasan jalanan menurut dia adalah angkringan dan warmindo.
“Terutama di angkringan-angkringan, di burjo, warmindo, mereka sering (nongkrong) di situ,” kata dia.
Karena itu, angkringan-angkringan maupun warmindo yang terlihat terdapat kerumunan anak muda menurut dia menjadi salah satu target operasi Satpol PP.
Minimnya jumlah personel yang dimiliki menurut dia membuat Satpol PP kesulitan untuk menyisir kawasan-kawasan rawan tersebut. Sebab, setiap hari personel yang dikerahkan oleh Satpol PP hanya sebanyak 10 orang.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, Satpol PP menurut dia butuh dukungan dari masyarakat untuk mengawasi lingkungannya masing-masing sehingga jika menemukan potensi kekerasan jalanan bisa segera diantisipasi.
“Itu kan Jagawarga ada di setiap padukuhan. Nah Jagawarga ini yang seharusnya bisa memantau lokasi-lokasi yang dianggap rawan,” kata Noviar Rahmad.