Sedang Digodog, Sekolah Model untuk Ajarkan Pendidikan Khas Kejogjaan (PKJ)

Konten Media Partner
15 Desember 2021 20:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengasuh Komunitas Budaya Yogya Semesta, Hari Dendi. Foto: Tangkapan layar Youtube Taste of Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Pengasuh Komunitas Budaya Yogya Semesta, Hari Dendi. Foto: Tangkapan layar Youtube Taste of Jogja
ADVERTISEMENT
Dengan dukungan dari dana keistimewaan (danais), beberapa stakeholder pendidikan di Jogja saat ini sedang menggodog Sekolah Model Adiwiyata, yakni sekolah yang di dalamnya mengajarkan Pendidikan Khas ke-Jogja-an (PKJ) yang berbasis pada budaya Jogja. Sekolah-sekolah yang akan menjadi sekolah model, adalah sekolah yang bersedia dan siap menjalankan mata ajar PKJ ke dalam intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler, baik di jenjang TK, SD, maupun sekolah menengah.
ADVERTISEMENT
Pengasuh Komunitas Budaya Yogya Semesta, Hari Dendi, mengatakan bahwa tujuan utama gagasan PKJ adalah untuk melestarikan keistimewaan DIY melalui pendidikan. Karena itu, gagasan ini menyasar generasi-generasi baru, yakni generasi milenial dan generasi Z yang pengetahuannya tentang sejarah keistimewaan Yogyakarta semakin minim.
“Melalui pendidikan inilah akan ditanamkan sejarah keistimewan tersebut. Pendidikan itu kan transmitter atau pemancar dan transformator pengubah kebudayaan,” ujar Heri Dendi dalam acara Diskusi Budaya dengan topik, "Dukungan Danais untuk Kajian Tim Penggerak dan Aplikasinya di Sekolah Model Adiwiyata" yang diadakan oleh Yogya Semesta di Kepatihan, Selasa (14/12).
Di sisi lain, kebudayaan merupakan salah satu pilar keistimewaan DIY. Dengan implementasi PKJ, harapannya dapat diwujudkan budaya-budaya yang selaras dengan keistimewaan Yogya, sekaligus melestarikan keistimewaan itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Secara nasional, berdasarkan PP 38 tahun 2017 tentang Inovasi Daerah, Sekolah Model Adiwiyata juga termasuk inovasi daerah di bidang pendidikan. Jika nantinya sukses, hal ini bisa didiseminasikan dan direplikasi di daerah-daerah lain.
“Jadi bisa menjadi inspirasi bagi mereka (daerah lain) untuk mengembangkan pendidikan khas mereka, misalnya khas kemaduraan, khas kebugisan, dan sebagainya,” ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Didik Wardaya, mengatakan bahwa Pendidikan Khas ke-Jogjaan ini nantinya tidak perlu mengubah apa yang sudah ada. Namun, PKJ itu nantinya akan mewarnai pendidikan DIY yang sudah ada.
Pemda dan DPRD DIY sebenarnya juga telah mengeluarkan Perda No 5 tahun 2011 tentang Pendidikan Berbasis Budaya. Saat ini, pendidikan berbasis budaya itu juga telah diterapkan di 100 sekolah model, walaupun dia mengakui perjalanannya masih tertatih-tatih. Terlebih selama pandemi ini, sekolah tersebut menjadi semakin sulit terkontrol.
ADVERTISEMENT
“Harapannya khas kejogjaan dan konsep keistimewaan itu bisa ikut mewarnai. Bagaimana budaya itu sebagai isi di dalam proses pendidikan dan bagaimana budaya juga sebagai alat untuk melakukan pendekatan di dalam proses pembelajaran,” kata Didik Wardaya.
Salah satu nilai yang akan banyak dimasukkan ke dalam PKJ adalah nilai-nilai Tamansiswa yang dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara.
Ketua Dewan Kebudayaan Kota Yogyakarta, Ki Priyo Dwiarso, mengatakan nilai Tamansiswa memang cocok dengan nilai khas Jogja. Selain karena Ki Hadjar Dewantara adalah berasal dari Jogja, dia juga banyak mengambil kearifan lokal Jogja di dalam konsep pendidikannya.
“Karena Ki Hadjar itu terpengaruh dari Ki Ageng Suryomentaram,” kata Ki Priyo Dwiarso.
Ki Hadjar menggunakan pendidikan sebagai alat perjuangan kemasyarakatan dan kebudayaan, serta sebagai media transformasi sosial dalam arti luas. Dia melakukan dekonstruksi terhadap pendidikan kolonial, dengan memisahkan antara pendidikan dan pengajaran. Dimana di dalam pendidikan tidak ada memuji, menyalahkan, maupun menghukum peserta didik.
ADVERTISEMENT
“Sehingga ajaran Tamansiswa bisa menjadi materi pengayaan nilai-nilai ajar dari Pendidikan Khas Kejogjaan,” ujarnya.
Untuk merumuskan pedoman teknis yang mesti dilakukan oleh sekolah model ini, akan dibentuk tim penggerak (TP). Harapannya, apa yang diterapkan oleh sekolah model ini nantinya dapat menjadi acuan bagi beberapa sekolah imbas secara mandiri. Sekolah imbas sendiri merupakan sekolah yang berada di sekitar wilayah binaan yang akan mendapatkan pengimbasan best practice implementasi PKJ dari sekolah model. (Widi Erha Pradana / YK-1)