Konten Media Partner

Sejarah Baru Wadas: Pertama Kali Warga Wadas Bertemu Bahas Masa Depan Bersama

4 November 2023 19:32 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Forum bertajuk “Musyawarah Perencanaan Kawasan Pasca Galian eks Quarry Desa Wadas” di Tandem Resto, Purworejo. Foto: ESP
zoom-in-whitePerbesar
Forum bertajuk “Musyawarah Perencanaan Kawasan Pasca Galian eks Quarry Desa Wadas” di Tandem Resto, Purworejo. Foto: ESP
ADVERTISEMENT
Untuk pertamakalinya, forum besar yang mempertemukan semua perwakilan warga Wadas terjadi pada Jum’at 3 November 2023 di Tandem Resto, Kaliurip, Bener, Purworejo.
ADVERTISEMENT
Dalam forum bertajuk “Musyawarah Perencanaan Kawasan Pasca Galian eks Quarry Desa Wadas” itu, tak kurang 50-an warga yang selama ini menjadi pemimpin dan penggerak beberapa kelompok warga di Desa Wadas, menyatakan pentingnya guyub rukun dalam menyambut hari depan Wadas yang lebih baik.
Kepala Desa Wadas, Fahri Setyanto mengatakan forum Jum’at (3/11) siang itu adalah forum yang telah lama ia impikan yakni warga Wadas bersatu untuk satu kepentingan bersama yakni membahas masa depan Wadas di masa penggalian dan pasca galian Quarry.
“Guyup rukun satu arah ini yang lama saya impikan sebagai pemerintah desa (Pemdes). Pemdes jalan sendiri, perwakilan warga jalan sendiri, kelompok tani, pejuang wanita, BUMDes jalan sendiri, enggak bisa. Harus bareng-bareng guyup rukun bersama demi tujuan bersama. Hari ini kita menuju sejarah baru Wadas,” papar Fahri Setyanto dalam sambutannya.
Kepala Desa Wadas, Fahri Setyanto saat membuka acara didampingi oleh Pendamping warga dan Ahli Sosial Ekonomi dan Kelembagaan, Rumekso Setyadi. Foto: ESP
Untuk diketahui, pada Senin (30/10) sekitar 50-an warga desa Wadas, termasuk yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (Gempadewa) menjadi gelombang besar terakhir warga yang menerima Uang Ganti Rugi (UGR) proyek penambangan Quarry dengan sejumlah syarat salah satunya keterlibatan warga dalam pengelolaan Greenbelt dan pasca tambang. Sampai kemarin masih ada sekitar 1 persen yang belum menerima UGR.
ADVERTISEMENT
“Mungkin hanya 0,5 persen malah yang belum menerima. Itu berkat siapa? Berkat kepala desa? Berkat kita yang ada di sini? Ya bukan. Ini berkat kerjasama kita bersama. Bukan berkat satu dua orang tapi kita bersama-sama,” kata Fahri.
Warga Wadas yang sebelumnya tergabung dalam Gempadewa, Siswanto. Foto: ESP
Senada, Ketua Gempadewa, Sudiman, yang diwakili oleh Siswanto, kepada media mengatakan bahwa forum tersebut adalah forum besar pertama seluruh perwakilan warga Wadas bertemu untuk membahas masa depan Wadas secara bersama-sama.
“Kalau forum kecil memang sudah sering. Ini forum besar pertama. Selagi kita kompak, bersatu, punya tujuan bareng untuk menyejahterakan masyarakat, ya ini akan jadi forum yang betul-betul penting bagi masyarakat,” jelas Siswanto.
Jalannya Forum: Menuju Perjanjian Kerja Sama (PKS)
Tugu Peringatan Wadas Melawan. Foto: Dok. Kepala Desa Wadas, Fahri Setyanto.
Forum musyawarah pada Jumat (3/11) siang selain dihadiri warga wadas, tampak hadir perwakilan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak (SO), PT. Dinar Ryanda Consultants selaku Konsultan Perencana Bendungan Bener, dan menghadirkan perwakilan Koperasi Tirto Mulyo Bogowonto, Wonosobo dan narasumber ahli fasilitator sosial.
ADVERTISEMENT
Perwakilan Koperasi Tirto Mulyo Bogowonto, Imamul Mutakhin, menceritakan pengalaman sukses warga tiga desa dari 1 kecamatan bernama Kecamatan Bener di Wonosobo, yakni warga Gadingrejo, Kepil, dan Bener, dalam mendorong terjadinya Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara warga desa yang berbentuk badan hukum koperasi dengan BBWS SO terkait pengelolaan Greenbelt kawasan Waduk Bener di Wonosobo.
Perwakilan dari Koperasi Tirto Mulyo Bogowonto, Imamul Mutakhin menjawab pertanyaan warga mengenai pembuatan Perjanjian Kerja Sama. Foto: ESP
PKS antara Koperasi dan BBWS SO berinti pada persetujuan warga untuk menjual tanahnya namun melibatkan warga terdampak dalam pengelolaan kawasan Greenbelet (resapan) bendungan. Setidaknya ada 3 keterlibatan warga yakni menjalankan kegiatan pengelolaan kawasan Greenbelt Bendungan Bener, menyelenggarakan kegiatan kepariwisataan bendungan, dan menjalankan kegiatan usaha perikanan.
“Jadi tanah sudah dijual tapi kami masih bisa memanfaatkan. PKS ditandatangani untuk 5 tahun dan akan diperpanjang setelah evaluasi bersama. Sekarang sudah 1 tahun, sudah panen kelapa, durian, dan sudah mencoba aneka komoditas seperti edamame.”
ADVERTISEMENT
“Kalau di Wonosobo ada 3 desa jadi bentuk organisasi kami koperasi. Kalau di Wadas kan cuma 1 desa ya lebih gampang. Bisa pakai BUMDes,” kata Imamul.
Fasilitator dari Institute for Research and Empowerment (IRE) Yogyakarta, Narji. Foto: ESP
Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat, Sunaji Zamroni memimpin penghimpunan aspirasi dari warga terkait apa saja yang dibutuhkan warga dalam menyongsong pra, pelaksanaan, dan pasca tambang quarry.
Salah satu yang terungkap dalam penyerapan aspirasi tersebut adalah pentingnya manajemen keuangan rumah tangga, pelatihan pengelolaan dan manajemen keuangan, pelatihan investasi dan pendampingan warga secara berkalanjutan.
“Terima uang milyaran jadi mobil jadi rumah bagus akhire duite entek,” celetuk salah satu warga.
Foto: ESP
Selain itu Naji mengajak warga untuk berimajinasi apa saja yang bisa dikelola di lahan seluas 54 hektar yang akan disusun Perjanjian Kerja Sama (PKS)-nya dengan BBWS SO.
ADVERTISEMENT
Siswanto yang mempersilahkan disebut sebagai warga Wadas atau aktivis Gempadewa menekankan bahwa pada intinya UGR bukan akhir dari segalanya. Forum ini membicarakan bagaimana pemerintah tetap bertanggungjawab menciptakan lapangan kerja dan kehidupan yang normal bagi warga Wadas yang sebelumnya adalah petani.
“Di wadas sebelum ada pertambangan kan mayoritas petani. Nah bagaimana PKS yang nanti disusun terkait pengelolaan lahan Greenbelt itu ya tetap mempertahankan budaya tani itu,” kata Siswanto.
Siswanto dan beberapa warga Wadas lainnya melayani wawancara media. Foto: ESP
Selama ini pertanian di Wadas adalah pertanian tumpang sari yakni buah-buahan, rempah, dan kayu-kayuan. Selain itu juga peternakan.
“Yang pasti kita butuh dukungan baik dari sistem pengetahuannya dan berkelanjutannya. Memastikan pemerintah mendukung. Yang kita ajukan sebagian akan menjadi kawasan sentra peternakan yang besar. Kalau bicara pertanian, peternakan kambing, satu kesatuan yang bisa dikembangkan karena itu menjadi muti fungsi untuk petani,” papar Siswanto.
ADVERTISEMENT
Terkait kelembagaan, Siswanto mengatakan di Wadas sudah ada BUMDes yang berjalan maka hanya perlu memperbaiki dan mengoptimalkan fungsi dan kerjasanya saja.
“Daripada membentuk struktur baru sudah perbaiki saja BUMDes yang ada. Di Wadas ini satu kepada desa bisa ngurus semua urusan desa kan. Yang penting kan bagaimana menjalankan tugasnya sesuai apa yang menjadi kebutuhan masyarakat,” tandas Siswanto.
Direktur BUMDes Wadas, Fuad Rofiq. Foto: ESP
Adapun Direktur BUMDes Wadas, Fuad Rofiq mengemukakan harapannya bahwa hasil dari pertemuan penting warga Wadas untuk pertamakalinya ini bisa segera menjadi dokumen yang diusulkan dan bisa direalisasikan.
“Yang paling awal adalah perlu segera pelaksanaan penandatanganan PKS antara pihak pemerintah dan warga desa Wadas yang diwakili oleh BUMDes dan Pemerintah Desa.”
“Kita butuh kepastian, kawasan baik quarri dan greenbelt benar-benar dikuasakan dan dikelolakan oleh warga. Diskusi hari ini sudah bulat, sudah bisa dibungkus, tadi terimakasih dari konsultan datang, tentu nanti pihaknya akan berkoordinasi dengan pemerintah apa yang menjadi keinginan warga,” papar Rofiq.
ADVERTISEMENT
Harunya Ganjar
Peresmian Koperasi Tirto Mulo Bogowonto. Foto: Dok. Humas Pemda Jateng
Diminta tanggapannya secara terpisah terkait pertemuan warga Wadas tersebut di atas, melalui pesan Whatsapp, ex Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo yang saat ini menjadi Capres PDIP, mengatakan sangat berterima kasih kepada seluruh warga masyarakat Wadas. Ganjar memang telah selesai masa jabatannya sebagai Gubernur Jateng pada 5 September 2023 lalu, namun di masa jabatannya lah proyek Wadas dikerjakan
“Mari segera kembali kepada situasi desa yang rukun dan tumbuh bersama dalam suasana yang saling menghormati dan penuh rasa kekeluargaan. Sing uwis ya uwis sekarang mikir masa depan bersama warga Wadas. Guyup rukun agawe santoso,” kata Ganjar.
Jalannya musyawarah. Foto: ESP
Ahli Sosial Ekonomi dan Kelembagaan, Rumekso Setyadi, yang selama ini menjadi pendamping warga Wadas saat menutup forum “Musyawarah Perencanaan Kawasan Pasca Galian eks Quarry Desa Wadas” mengatakan bahwa masa lalu menjadi pengalaman bersama. Jika di masa lalu ada faksi atau pihak 1,2,3,4 dan seterusnya maka hari ini semua rukun kembali menjadi Kesatuan Warga Wadas.
ADVERTISEMENT
“Maka perjuangan warga Wadas pun jadi sejarah dan harus didokumentasikan. Yang terjadi hari ini adalah hasil perjuangan semua. Jika Pak Lurah Wadas pernah jadi musuh bersama, hari ini tetep menjadi Lurah warga Wadas kan dan harus menjadi pemerintah desa yang efektif. Warga desa bersama sama gotong royong ke depan mau seperti apa,” papar Rumekso.
Slide dari perwakilan BBWS-SO. Foto: ESP
Rumekso bahkan mendorong warga Wadas untuk selalu berpegang pada kesepakatan bersama bahwa pelaksanaan proyek penggalian quarry dan pasca penggalian selalu bersama-sama menjadikan keselamatan dan keamanan bersama.
“Nanti akan dibikinkan posko bersama pengawasan. Monggo teknisnya dirapatkan, pengawasan seperti apa saat terjadi blasting (peledakan pertama di galian quarry) agar kecelakaan tidak terjadi,” kata Rumekso.
ADVERTISEMENT
Dan menurut Rumekso, sudah ada dalam kesepakatan jika terjadi kecelakaan dan sampai terjadi luka pada warga, rusaknya aset warga, maka bagaimana proses pengawasan dan mekanisme pengembalian kerugian.
ADVERTISEMENT
“Jadi kita berharap saat dimulainya proyek, saat pelaksanaan proyek, dan pasca proyek, warga benar-benar diuntungkan. Proyek Strategis Nasional (PSN) harus menguntungkan warga setempat, itu kan yang selama ini kita perjuangkan. Mari kita kawal bersama,” tandas Rumekso.
* Ada editing terkait akurasi nama dan jabatan narasumber fasilitator forum. Mohon menjadi permakluman.