Konten Media Partner

Sekber Keistimewaan DIY Gelar Diskusi Peringati Haul ke-15 Gus Dur Sore Ini

16 Desember 2024 13:29 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden keempat RI, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Presiden keempat RI, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
Dalam rangka mengenang 15 tahun wafatnya KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Sekber Keistimewaan DIY akan menggelar diskusi publik pada Senin (16/12). Acara ini akan berlangsung pukul 15.00–17.30 di Alra Corner, Jalan Surami, Mantrijeron, Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Diskusi tersebut mengangkat tema "Memperkokoh Humanisme dan Kerukunan Umat Beriman" dan akan menghadirkan sejumlah tokoh, termasuk Walikota Yogyakarta terpilih periode 2025-2030, Hasto Wardoyo, Anggota DPD RI DIY Hilmy Muhammad, budayawan Tionghoa Koh Hwat, serta jurnalis majalah rohani HIDUP, Veronica Murwaningsih.
Ketua Sekber Keistimewaan DIY, Widihasto Wasana Putra, menyampaikan bahwa diskusi ini diharapkan menjadi ajang silaturahmi antar komponen bangsa sekaligus ruang untuk bertukar pikiran dan gagasan. “Diskusi ini diharapkan mampu membangun Indonesia yang lebih berkeadilan, beradab, dan berkemajuan,” ujarnya.
Poster diskusi publik dalam rangka Haul ke-15 Gus Dur di Yogya. Foto: Dok. Sekber Keistimewaan DIY
KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dikenal sebagai sosok guru bangsa yang memperjuangkan demokrasi, humanisme, dan toleransi antar umat beriman di Indonesia. Pada 1990-an, Gus Dur mendirikan Forum Demokrasi (Fordem) bersama sejumlah tokoh seperti Adnan Buyung Nasution, Arief Rahman, dan Rahman Tolleng. Fordem merupakan gerakan masyarakat sipil yang mendukung nilai-nilai demokrasi di tengah rezim otoritarian Orde Baru.
ADVERTISEMENT
Pada puncak gerakan Reformasi 1998, Gus Dur bersama Sri Sultan Hamengku Buwono X, Megawati Soekarnoputri, dan Amien Rais merilis Deklarasi Ciganjur. Deklarasi tersebut mengupayakan persatuan nasional, pelaksanaan otonomi daerah, reformasi politik, dan penghapusan Dwifungsi ABRI.
Sebagai Presiden ke-4 RI, Gus Dur mengambil sejumlah kebijakan penting, termasuk pengakuan agama Konghucu, pembebasan tahanan politik, serta pendekatan kemanusiaan dalam menangani konflik di Aceh dan Papua.
“Setelah wafat pada 30 Desember 2009, pemikiran Gus Dur masih relevan sebagai inspirasi bagi perjalanan bangsa Indonesia. Diskusi publik yang diadakan ini menjadi salah satu upaya untuk mengenang dan meneladani pemikiran Gus Dur,” kata Widihasto.