Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Sekeren Apa Jadi Anak BEM? Mengulik Motif Penyebar Hoaks Pelecehan Seks di UNY
15 November 2023 18:57 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Salah seorang mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), RAN, ditetapkan tersangka oleh Kepolisian Daerah (Polda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) karena telah menyebarkan berita hoaks.
ADVERTISEMENT
RAN menyebarkan informasi tentang kasus kekerasan seksual yang melibatkan salah satu pengurus BEM FMIPA UNY, yang ternyata informasi itu adalah fitnah atau hoaks.
Menurut polisi, alasan RAN menyebarkan berita hoaks karena merasa sakit hati, sebab ia tak diterima saat mendaftar sebagai pengurus BEM FMIPA UNY.
Apa sebenarnya untungnya jadi pengurus BEM, sampai ada mahasiswa yang melakukan tindakan kriminal karena tak diterima saat mendaftar BEM?
Koordinator Daerah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara DIY yang juga Ketua BEM Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Arya Dewi Prayetno, mengatakan bahwa organisasi BEM merupakan wadah pengembangan softskill mahasiswa, seperti kemampuan kepemimpinan, bekerja sama di dalam tim, serta mengasah daya kritis mahasiswa.
Softskill itu dilatih melalui berbagai kegiatan yang diselenggarakan BEM, baik berupa event, gerakan, maupun diskusi.
ADVERTISEMENT
“BEM juga menjadi wadah untuk memperluas relasi, pengalaman, dan wawasan,” kata Arya saat dihubungi pada Rabu (15/11).
Dalam dunia perkuliahan di kampus, anggota BEM juga kerap mendapatkan keuntungan, misalnya mereka memiliki akses untuk lebih dekat dengan dosen maupun pengurus kampus.
“Sehingga jika ada aspirasi tertentu, itu bisa lebih disampaikan ke birokrat kampus,” ujarnya.
Pengalaman berorganisasi di BEM menurut Arya juga berguna bagi mahasiswa setelah lulus, terutama untuk mencari pekerjaan.
“Apalagi anggota BEM bisa dikatakan sudah kebal bekerja di bawah tekanan, karena di BEM pun kita terbiasa dengan kondisi itu,” ujarnya.
Ketua BEM KM UNY, Afgan Mabdanur Ramadhani, juga mengatakan bahwa banyak ilmu-ilmu yang bisa diperoleh dengan menjadi anggota BEM, yang jarang didapatkan di dalam kelas. Misalnya, kemampuan kepemimpinan, public speaking, tata cara komunikasi, berpikir kritis, dan sebagainya.
Karena saking seringnya mengadakan kegiatan bersama, diskusi, dan rapat, kemampuan-kemampuan itu terus diasah.
ADVERTISEMENT
“Terutama kerja tim, karena di BEM kita tidak kerja sendiri, harus kerja dengan anggota yang lain, dan di dunia kerja kan kerja tim ini sangat dibutuhkan,” kata Afgan.
Ia tak menampik jika seringkali anggota BEM memang memiliki privilege di dalam kampus dibandingkan dengan mahasiswa lain. Misalnya, anggota BEM memiliki akses yang lebih terbuka dengan birokrat kampus, dosen, bahkan pihak-pihak di luar kampus. Dan tentunya, masih banyak orang yang melihat anak BEM sebagai mahasiswa yang keren.
“Walaupun kami merasa biasa saja, tapi enggak bisa dipungkiri banyak yang melihat jadi anggota BEM itu keren. Tapi privilege-privilege itu menurut saya hanya bonus dari tanggung jawab yang kami emban,” ujarnya.