Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
28 Ramadhan 1446 HJumat, 28 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner
Seperti Pesawat, DIY Punya 4 Baling-Baling untuk Angkat Perekonomian
18 Desember 2023 21:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Layaknya pesawat terbang, ada empat baling-baling yang mengangkat dan menerbangkan perekonomian Yogyakarta selama ini. Empat baling-baling itu adalah pendidikan, pariwisata, pertanian, serta industri pengolahan (manufaktur) termasuk kerajinan.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut disampaikan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Tri Saktiyana, dalam sarasehan Yogya Semesta di Pendapa Wiyatapraja, Kompleks Kepatihan Yogyakarta pada akhir pekan kemarin.
Secara statistik, Yogya ditempati oleh 3,7 orang penduduk. Namun di luar itu ada 6,2 juta wisatawan setiap tahun dan sekitar 250 ribu orang mahasiswa. Karena itu, wisatawan dan mahasiswa menjadi kelompok yang mesti mendapat perhatian khusus untuk dapat meningkatkan perekonomian Yogya.
“Kalau bisa kita ibaratkan pesawat ekonomi Yogya, Yogya itu seperti pesawat. Ekonomi kita itu punya empat baling-baling, yang pertama adalah pendidikan,” kata Tri Saktiyana.
Hal itu dibuktikan dari kampung-kampung yang berada di sekitar kampus yang selalu mengalami pertumbuhan ekonomi yang bagus. Misalnya tahun 60-an, daerah Samirono dan Kepuh mulai berkembang dengan adanya UGM.
ADVERTISEMENT
Tahun 80-an daera Babarsari juga mengalami perkembangan setelah adanya UPN Veteran, tahun 90-an daerah Kuncen dan Wirobrajan juga berkembang dengan adanya UMY sebelum UMY pindah ke Kasihan yang juga mengembangkan daerah tersebut.
“Kemudian juga di Sedayu, tahun 2000-an awal itu ada Universitas Wangsa Manggala, Unwama, berkembang Sedayu,” ujarnya.
Baling-baling kedua adalah pariwisata. Hal ini tidak bisa dipungkiri mengingat jumlah wisatawan setiap tahun di Yogya mencapai 6,2 juta, hampir dua kali lipat dari penduduk Yogyakarta. Pendidikan dan pariwisata menurut Tri Saktiyana merupakan mesin baling-baling di sayap kiri perekonomian Yogya.
Di sayap kanan, perekonomian Yogya diangkat oleh pertanian dan industri pengolahan dan kerajinan. Selama ini, pertanian yang ada di Yogya menurutnya membuat DIY mengalami surplus 13 komoditas pangan termasuk beras.
ADVERTISEMENT
“Inilah empat baling-baling, empat mesin ekonomi yang menggerakkan dan menerbangkan pesawat kita,” kata dia.
Empat baling-baling ini kemudian disematkan dan disatukan di dua sayap, yang kemudian ia ibaratkan sebagai kebudayaan.
Dalam teori aerodinamika, baling-baling menurutnya memiliki daya dorong, sedangkan sayap memiliki daya angkat. Sebesar apapun baling-baling, namun tanpa adanya sayap maka ia tak akan memiliki daya angkat.
Kebudayaan akan sangat berpengaruh terhadap seberapa besar dampak pendidikan, pertanian, pariwisata, dan industri pengolahan terhadap perekonomian Yogya.
“Dan yang menyatukan mesin ekonomi pendidikan, pariwisata, pertanian, industri termasuk kerajinan itu adalah sayap kebudayaan,” papar Tri Saktiyana.