Konten Media Partner

September-Oktober, Momen Terbaik untuk Berfoto dengan Bunga Bugenvil

4 September 2024 8:33 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang mahasiswa sedang berfoto di depan bunga bugenvil yang sedang mekar di Wisdom Park UGM. Foto: Resti Damayanti/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Seorang mahasiswa sedang berfoto di depan bunga bugenvil yang sedang mekar di Wisdom Park UGM. Foto: Resti Damayanti/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Bulan September hingga Oktober menjadi waktu terbaik untuk melihat dan mengabadikan keindahan bunga bugenvil. Sebab, pada bulan-bulan ini bunga bugenvil akan mekar serentak.
ADVERTISEMENT
Di Jogja, beberapa tempat juga sedang menjadi spot foto dadakan gara-gara mekarnya bunga bugenvil. Beberapa lokasi yang sedang populer seperti Stonehenge Kaliurang, Wisdom Park UGM, Jalan Kranggan, kampung Nalen Sorosutan, Jiwa Jawi, dan masih banyak lagi.
Guru Besar Bidang Bioteknologi Tanaman Hias UGM, Aziz Purwanto, mengatakan bahwa bunga bugenvil sebenarnya adalah jenis tanaman yang berbunga setiap saat.
“Kalau serempaknya memang sekarang, September sampai nanti Oktober. Tapi yang namanya bugenvil itu kan selalu berbunga setiap saat. Cuma ini memang pas serentaknya ya, bulan-bulan September dan Oktober ini,” kata Aziz kepada Pandangan Jogja, Selasa (3/9).
Guru Besar Bidang Bioteknologi Tanaman Hias UGM, Aziz Purwanto. Foto: Dok. UGM
Menurutnya, bugenvil banyak dipilih sebagai tanaman hias karena memiliki banyak varian warna. Selain itu, tanaman ini juga sangat mudah ditanam dan tumbuh meskipun asalnya dari Amerika Selatan. Hanya dengan air yang cukup, tanaman bugenvil sudah bisa tumbuh subur di berbagai kondisi.
ADVERTISEMENT
“Tanaman ini termasuk yang paling mudah dirawat, tidak seperti tanaman hias lainnya yang memerlukan perawatan khusus. Bugenvil cukup ditanam dan diberi air yang cukup, tidak perlu terlalu banyak,” jelasnya.
Namun, di tengah masyarakat Jawa, ada mitos yang berkembang tentang bunga bugenvil. Aziz mengungkapkan bahwa dalam kepercayaan Jawa, ada pantangan menanam bugenvil di depan rumah karena bunga ini dianggap sebagai "Satrio Nantang," yang diyakini bisa menghambat pernikahan anak perempuan dalam keluarga.
“Ada mitosnya, istilahnya satrio nantang, yang artinya bisa menghambat anak perempuan dalam keluarga untuk menikah. Tapi ini hanya mitos orang kuno ya,” ujarnya.
Rumah seorang warga di Jogja yang jadi tempat wisata karena bunga bugenvil yang ia tanam mekar. Foto: Resti Damayanti/Pandangan Jogja
Meski begitu, Aziz juga menambahkan bahwa di luar mitos tersebut, bunga bugenvil memiliki potensi besar untuk menjadi daya tarik wisata, terutama jika ditanam dalam jumlah besar. Hal ini dapat menjadi peluang untuk memperkenalkan dan menasionalisasi bugenvil, meskipun bunga ini berasal dari Amerika Selatan.
ADVERTISEMENT
“Seperti fenomena bunga tulip. Orang-orang kan tahunya tulip itu dari Belanda, padahal bunga itu asli Turki,” ujar Aziz Purwanto.