Konten Media Partner

Serangkaian Upaya Selamatkan 152 Satwa Liar di Wildlife Rescue Centre, Jogja

5 Februari 2021 18:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Beruang menjadi salah satu satwa dilindungi di WRC yang sedang direhabilitasi untuk dilepas di alam liar.  Foto: dokumentasi WRC
zoom-in-whitePerbesar
Beruang menjadi salah satu satwa dilindungi di WRC yang sedang direhabilitasi untuk dilepas di alam liar. Foto: dokumentasi WRC
ADVERTISEMENT
Pandemi menyulitkan para pengelola di Wildlife Rescue Center (WRC) Jogja dalam merawat 152 satwa liar yang dilindungi. Kondisi finansial yang sulit di masa pandemi membuat Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta (YKAY) yang menaungi WRC bergotong royong dengan BKSDA Yogyakarta dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan serangkaian upaya penyelamatan.
ADVERTISEMENT
Pada Februari ini, yayasan terpaksa memangkas separuh gaji seluruh karyawan agar biaya operasional perawatan satwa liar bisa terus berjalan.
“Ada 152 satwa liar dilindungi yang harus tetap hidup, mulai dari primata, mamalia seperti beruang, raptor, jenis burung dilindungi seperti kakatua, sampai reptil. Keputusan potong gaji tentu berat untuk teman-teman internal, tapi belum ada upaya lain,” kata Manajer Konservasi WRC Jogja, Reza Dwi Kurniawan, Kamis (4/2).
Untuk mengurangi biaya operasional, mereka juga mengganti peralatan sekali pakai menjadi peralatan guna ulang. Misalnya yang tadinya mereka menggunakan sarung tangan dan masker sekali pakai, sekarang diganti menggunakan bahan yang bisa dicuci sehingga dapat dipakai berulang kali.
Karena merupakan organisasi nirlaba, selama ini mereka hanya mengandalkan dana dari yayasan dan donasi publik. Padahal, biaya operasional yang mereka butuhkan setiap bulan mencapai Rp 100 juta.
ADVERTISEMENT
Tahun 2020, yayasan sebenarnya sudah mendapat sokongan dana sebesar Rp 300 juta untuk membantu biaya operasional dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta selaku pembina lembaga konservasi di Yogyakarta. Tapi prediksi kalau akhir tahun pandemi sudah berakhir, ternyata meleset sehingga masalah finansial tersebut berlarut sampai sekarang.
“Jadi program-program yang sudah kita siapkan juga belum bisa dieksekusi,” ujarnya.
Menurut Reza, apapun akan diusahakan supaya pusat rehabilitasi satwa liar tersebut tidak sampai tutup. Pasalnya, mereka bertanggung jawab untuk merehabilitasi 152 satwa dan mengembalikan ke habitat aslinya.
“Karena mereka punya hak untuk dikembalikan kembali ke habitatnya, untuk hidup sebagaimana mestinya,” kata Reza.
Perubahan Izin dan Restrukturisasi
Kepala BKSDA Yogyakarta, Muhammad Wahyudi, mengatakan bahwa BKSDA dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sudah melakukan berbagai upaya untuk membantu mengatasi masalah finansial di YKAY (Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta) tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain telah menggelontorkan dana tahun kemarin, awal tahun ini BKSDA juga telah menjalin komunikasi dengan YKAY setelah mengetahui anggaran operasional penyelamatan satwa semakin menipis.
“Kemudian YKAY buat strategi fundraising dengan pemberitaan di media, sekarang sudah dapat donasi untuk penyelamatan satwa selama dua bulan,” kata Muhammad Wahyudi ketika dihubungi.
Menurut Wahyudi, BKSDA Yogyakarta telah mengalihkan sebagian anggaran kegiatan untuk membantu operasional penyelamatan satwa di YKAY. BKSDA juga telah mengirimkan surat kepada LSM Center of Protection (COP) Orangutan untuk ikut membantu biaya operasional perawatan tujuh ekor primata yang ada di YKAY sampai mereka siap ditranslokasikan ke Kalimantan Timur. Hasilnya, setiap bulan COP Orangutan ikut membantu pembiayaan operasional sebesar RP 8 juta tiap bulan.
ADVERTISEMENT
“Untuk mengurangi beban YKAY, kita juga membantu translokasi buaya ke TN Way Kambas, release tiga ekor elang ke TN Baluran, dan minggu ini akan translokasi 6 ekor elang ke Suaka Elang TN Halimun Salak,” lanjutnya.
Besarnya pengeluaran operasional WRC Jogja menurut Wahyudi disebabkan karena terlalu banyak pegawai. Saat ini, total seluruh pegawai yang bekerja di WRC Jogja ada 25 orang, dan itu dianggap terlalu besar untuk mengurus satwa yang sedang mereka rehabilitasi.
“Mengingat satwa yang ditranslokasi sudah berkurang jumlahnya setelah dilakukan translokasi maupun pelepasliaran, sehingga penting bagi YKAY untuk merestrukturisasi organisasi agar dapat mengurangi biaya operasionalnya,” ujarnya.
Saat ini, BKSDA Yogyakarta masih membantu proses perubahan izin status lembaga konservasi (LK) YKAY. Selama ini, status LK YKAY adalah LK Umum seperti kebun binatang atau taman safari, namun mereka tidak melakukan penarikan retribusi kepada pengunjung.
ADVERTISEMENT
Untuk memudahkan dalam mencari pendanaan, status tersebut akan diganti menjadi LK Khusus. Saat ini telah terbit SK dari BKPM terkait pencabutan LK Umum YKAY dan akan segera ditindaklanjuti supaya statusnya diganti menjadi LK Khusus.
“Dengan nanti statusnya menjadi LK Khusus, YKAY akan lebih mudah untuk mendapatkan funding dari organisasi-organisasi penyelamatan satwa liar yang ada,” ujarnya.
Sampai saat ini, YKAY masih terus menjaring donasi ke publik untuk memperpanjang napas. Donasi bisa disalurkan melalui nomor rekening bank yang tertera di media sosial Instagram mereka, atau melalui platform Kitabisa dan GoFundMe untuk donatur internasional.
Wahyudi mengatakan, YKAY memiliki peran penting dalam upaya penyelamatan satwa liar di DIY. Karena itu, sebisa mungkin BKSDA juga akan ikut berusaha supaya yayasan tersebut tidak bubar dan tetap bertahan.
ADVERTISEMENT
“Karena fungsinya sangat membantu Balai KSDA Yogyakarta dalam penyelamatan satwa. Balai KSDA Yogyakarta memiliki keterbatasan tempat penyelamatan satwa baik yang berasal dari hibah maupun sitaan masyarakat, sehingga kami sering titip rawat di YKAY ini,” kata Wahyudi. (Widi Erha Pradana / YK-1)