Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
Konten Media Partner
Sering Memakan Korban, Kenapa Rip Current di Pantai Selatan Tak Dipagari Saja?
12 Februari 2025 18:25 WIB
·
waktu baca 3 menit![Tanda bahaya rip current yang terpasang di Pantai Parangtritis, Bantul. Foto: Iqbaltwq/Pandangan Jogja](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01jkwy861d6411mhtp7k3msnbz.jpg)
ADVERTISEMENT
Rip current menjadi salah satu ancaman paling bahaya yang kerap memakan korban di pantai selatan, termasuk pantai di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Terakhir, 13 siswa SMP asal Mojokerto terseret ombak di Pantai Drini, Gunungkidul, dan empat di antaranya meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Sebagai informasi, rip current adalah arus laut yang kuat yang bergerak menjauhi pantai karena terdapat lempengan di dasar laut.
Tak hanya di Pantai Drini, rip current juga kerap menyebabkan laka laut di pantai-pantai lain di DIY, termasuk di Pantai Parangtritis yang menjadi salah satu kunjungan utama wisatawan.
Kepala Unit Komunikasi Satlinmas Rescue Istimewa Wilayah Operasi III, Rodhiva Wahyu Widyosantoso, mengatakan bahwa setidaknya ada 20-an rip current di kawasan Pantai Parangtritis hingga Pantai Depok.
“Ada 20 lebih rip current yang tersebar dari Pantai Parangtritis hingga Pantai Depok,” kata Wahyu saat ditemui Pandangan Jogja, Sabtu (8/2).
“Atlet renang yang bagus sekalipun belum tentu bisa selamat dari rip current ini,” ujarnya.
Meski beberapa titik rip current sudah dipasang tanda bahaya, namun menurutnya masih saja ada wisatawan yang bermain air di kawasan tersebut. Mengapa kawasan rip current ini tidak dipasangi pagar saja?
ADVERTISEMENT
Hal itu kata Wahyu karena rip current di kawasan pantai selatan selalu berubah-ubah baik bentuk, jumlah, kedalaman, dan lokasinya.
“Nah, banyak sekali pertanyaan, kenapa kok enggak kita kasih pagar rip current itu. Kondisi di Pantai Parangtritis itu, bentuk, jumlah, kedalaman, sama lokasinya selalu berubah-ubah. Artinya, pada saat kita sudah pagar di suatu tempat, kemudian rip current-nya berpindah, pagar tersebut tidak akan berfungsi lagi,” jelasnya.
Apakah Pelampung Bisa Menjamin Keamanan Wisatawan?
Saat ini, Pemda DIY sedang merancang aturan yang akan mewajibkan setiap wisatawan yang bermain air di pantai selatan untuk mengenakan pelampung.
Namun, Wahyu mengatakan bahwa pelampung ini tidak serta merta bisa menjamin keselamatan wisatawan dari rip current. Pelampung menurutnya memang bisa meminimalisir adanya wisatawan yang tenggelam.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, pelampung menurutnya juga bisa melenakan wisatawan. Karena merasa aman sudah memakai pelampung, mereka bisa lupa dengan bahaya-bahaya lain yang juga bisa mengancam mereka, salah satunya adalah hantaman gelombang tinggi.
“Kemudian ancaman berikutnya adalah ancaman gelombang tinggi. Jadi harapan kami meskipun nanti dari Pemda mengharuskan para pengunjung pantai itu menggunakan pelampung, mereka tetap bermain airnya dalam batas-batas tertentu, tidak menjauh dari bibir pantai yang akhirnya nanti akan ada timbul masalah baru yaitu ancaman gelombang tinggi,” ujar Wahyu.
Ciri-Ciri Rip Current
Secara kasat mata, pengunjung menurut Wahyu sebenarnya bisa mengidentifikasi sendiri kawasan-kawasan rip current yang berbahaya.
Beberapa ciri yang bisa dilihat dengan kasat mata misalnya kawasan rip current terlihat lebih tenang dari perairan di samping kanan dan kirinya.
ADVERTISEMENT
“Kemudian kelihatan ada arus balik ke tengahnya, dan juga buih putih yang di tengah itu tidak bisa sampai di tepian pantai,” kata Wahyu.
Selain itu, permukaan air di kawasan rip current juga akan terlihat lebih gelap dibandingkan dengan kawasan lain di sekitarnya.
Yang paling penting menurut Wahyu selain menghindari kawasan rip current adalah tidak bermain air terlalu ke tengah. Sebisa mungkin batas maksimal bermain air adalah pada saat air sudah sampai pinggang.
“Dan jangan sekali-kali mencoba ke tepi dengan cara berenang, karena tidak mungkin kuat melawan arus balik. Jika masih bisa menapak di pasir, segeralah menuju ke tepi dengan cara berjalan,” ujarnya.