Siklus Inflasi DIY Dipengaruhi Masa Penerimaan Mahasiswa Baru, Bisakah Berubah?

Konten Media Partner
28 Oktober 2022 17:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur DIY Sultan HB X saat Rapat Koordinasi Pengendalian Pembangunan Daerah Kamis (27/10). Foto: Humas Pemda DIY
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DIY Sultan HB X saat Rapat Koordinasi Pengendalian Pembangunan Daerah Kamis (27/10). Foto: Humas Pemda DIY
ADVERTISEMENT
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, mengungkapkan bahwa ada dua siklus terjadinya inflasi atau kenaikan harga barang dan jasa di DIY setiap tahun. Siklus kenaikan harga-harga barang dan jasa di DIY menurut dia selalu terjadi antara bulan Maret-April dan September-Oktober.
ADVERTISEMENT
“Kalau bulan Maret-April sama September-Oktober itu pasti inflasi, pasti naik,” kata Sri Sultan HB X dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Pembangunan Daerah Triwulan III Tahun Anggaran 2022 di Kompleks Kepatihan, Kamis (27/10).
Setiap Maret-April, harga-harga barang di DIY menurutnya selalu mengalami kenaikan karena menjelang momen kenaikan kelas siswa sekolah. Hal itu membuat tingkat belanja masyarakat meningkat, karena sebagian banyak yang belanja kebutuhan-kebutuhan sekolah anak-anak mereka.
“Kalau September-Oktober itu penerimaan mahasiswa di kampus,” lanjutnya.
Datangnya mahasiswa baru ke Yogyakarta juga menciptakan situasi yang serupa. Tingkat belanja menjadi lebih tinggi dibandingkan momen-momen lain, sehingga harga-harga barang otomatis ikut naik.
Apalagi jumlah mahasiswa yang datang ke Yogya setiap tahun cukup besar. Sebelum pandemi COVID-19, Sri Sultan mengatakan bahwa jumlah mahasiswa yang tinggal di DIY sudah mencapai angka sekitar 300 ribu orang lebih.
ADVERTISEMENT
Tahun ini, Sultan mengatakan bahwa inflasi akibat datangnya mahasiswa baru akan lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, selama dua tahun terakhir selama pandemi, kampus-kampus di Yogya memberlakukan pembelajaran jarak jauh sehingga sebagian besar mahasiswa dari luar kota tidak tinggal di Yogya selama pandemi.
“Begitu dua tahun enggak masuk, kemarin Agustus mulai masuk, sekaligus 300 ribu termasuk mahasiswa baru ya mau tidak mau pasti untuk kebutuhan makan dan sebagainya pasti naik,” ujarnya.
Melihat siklus yang sama selalu terjadi selama bertahun-tahun, Sultan mengungkapkan keinginannya untuk melakukan intervensi yang bisa mengubah siklus tersebut.
“Saya ingin, bisa enggak sih kita bisa mengubah kondisi seperti itu?” kata Sri Sultan HB X.
Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan DIY, Budiharto Setyawan. Foto: Humas Pemda DIY
Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan DIY, Budiharto Setyawan, membenarkan siklus terjadinya inflasi yang dikatakan oleh Sri Sultan. Hal itu menurut dia juga sudah menjadi salah satu bahan diskusi di internal BI selama beberapa tahun.
ADVERTISEMENT
Dia mengatakan, sebenarnya siklus-siklus yang selalu mengalami inflasi itu bisa berubah. Seperti pada awal masa pemerintahan Joko Widodo, dimana terjadi deflasi atau penurunan harga-harga barang selama bulan Ramadhan dan hari libur Lebaran. Padahal, sebelumnya tak pernah terjadi deflasi pada dua momen tersebut.
“Tapi pada saat itu kita mengalami deflasi. Jadi menjadi surprise bagi kita, karena ternyata siklus itu bisa kita lakukan intervensi sehingga berbeda dengan kondisi yang selama ini kita alami,” kata Budiharto Setyawan.
Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DIY, menurut dia juga sudah berkoordinasi dan bekerja sama dengan sejumlah asosiasi pengusaha untuk melakukan intervensi terhadap siklus inflasi tersebut. Dengan kerja sama itu, dia berharap permasalahan suplai kebutuhan barang dan jasa di DIY bisa diintervensi terutama pada bulan-bulan tersebut sehingga inflasi bisa lebih dikendalikan.
ADVERTISEMENT
“Dengan kita melakukan kerja sama dengan asosiasi-asosiasi yang biasanya dalam tanda petik menguasai distribusi bahan pokok wilayah DIY, harapannya inflasi bisa lebih kita kendalikan,” ujarnya.