Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Sister Province Jogja-Kyoto: Pertukaran Pelajar hingga Inovasi Kimono Batik
20 November 2024 15:35 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Hubungan Sister Province antara Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Prefektur Kyoto telah berjalan hampir empat dekade sejak diresmikan pada 16 Juli 1985. Dari pertukaran pelajar hingga kolaborasi batik dan kimono, berbagai bentuk kerja sama terus terjalin, memperkuat persahabatan kedua wilayah.
ADVERTISEMENT
Salah satu program utama dalam hubungan ini adalah pertukaran pelajar. Program ini bertujuan mempererat hubungan generasi muda Jogja dan Kyoto melalui pemahaman budaya masing-masing. Pelajar Jogja mempelajari tradisi Jepang, sementara pelajar Kyoto mengenal budaya Jawa, termasuk seni dan kehidupan masyarakat.
Mengutip penelitian Az-Zahra Firdausa Cahyani berjudul ‘Paradiplomasi Yogyakarta dengan Kyoto Melalui Sister Province’, dua provinsi ini juga menjalin kerja sama di bidang budaya, salah satunya melalui kolaborasi kimono batik, hasil motif batik khas Jogja dan teknik tenun Nishijin Kyoto.
Tidak hanya sebatas produk, kolaborasi ini juga melibatkan pelatihan bagi perajin batik Jogja. Mereka diajarkan teknik pewarnaan alami khas Kyoto, memperluas wawasan dan keterampilan seni tradisional DIY.
Setiap dua tahun sekali, hubungan Jogja dan Kyoto juga dirayakan melalui festival Jogja-Japan Week. Festival ini menjadi ajang pertukaran seni, musik, hingga kuliner, bergantian diadakan di Jogja dan Kyoto. Acara ini mempertemukan masyarakat kedua wilayah dalam semangat persahabatan dan kerja sama budaya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya menyentuh sektor pendidikan, budaya, dan pariwisata, saat Jogja diguncang gempa dahsyat pada 2006 silam, pemerintah Kyoto juga turut mengirimkan bantuan senilai 10 juta dolar AS dan pelatihan rehabilitasi untuk mendukung pemulihan wilayah terdampak.
Menurut Habib Alfarisi dalam jurnalnya ‘Analisis Kerjasama Pemerintahan Regional DIY dan Kyoto: Sekarang dan Masa Mendatang’, hubungan DIY dan Kyoto sangat penting bagi kedua pihak. Jogja dan Kyoto sama-sama dikenal sebagai pusat budaya dan pendidikan di negaranya masing-masing.
“DIY juga telah menjadi partner strategis dari Kyoto, karena tanpa Daerah Istimewa Yogyakarta, Jepang akan kehilangan tempat untuk bertukar budaya dan belajar hal baru seperti adanya pertukaran teknologi dan lain sebagainya,” tulis Habib Alfarisi.
Pada 2025 mendatang, hubungan Sister Province DIY dan Kyoto akan genap berusia 40 tahun. Peringatan ini diharapkan menjadi momen untuk mempererat kerja sama, tidak hanya dalam budaya tetapi juga di bidang teknologi, pendidikan, dan pariwisata.
Akhir pekan kemarin, Gubernur Prefektur Kyoto, Takatoshi Nishiwaki, telah melakukan kunjungan ke Jogja dalam rangka persiapan perayaan 40 tahun Sister Province antara Kyoto dan Jogja.
ADVERTISEMENT
“Saya berharap kedepannya, pertukaran budaya antara kedua wilayah ini juga semakin berkembang. Saya pun berharap para generasi muda antar kedua wilayah dapat menjalin hubungan persahabatan yang semakin erat,” ujarnya.