Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Solo dan Lasem Dinilai Berpotensi Gantikan Yogya sebagai Kota Batik Dunia
25 Juni 2023 14:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Sejak 2014 Yogya telah mendapat predikat sebagai Kota Batik Dunia oleh Dewan Kerajinan Dunia atau World Crafts Council (WCC). Predikat itu masih disandang oleh Yogya sampai hari ini.
ADVERTISEMENT
Namun, predikat itu tidak boleh membuat Yogya lengah. Pasalnya, status Kota Batik Dunia bukanlah status yang bersifat tetap.
Hal itu disampaikan oleh Anggota Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) DIY, Sardi. Menurutnya, status Kota Batik Dunia ini terus dievaluasi secara berkala oleh WCC setiap dua tahun sekali.
“Kalau laporannya tidak memuaskan, status itu bisa dicabut dan dialihkan ke negara atau mungkin tempat yang lain yang saat ini getol untuk meraih status itu,” kata Sardi kepada Pandangan Jogja baru-baru ini.
Beberapa daerah yang menurutnya sedang getol-getolnya mengembangkan batik adalah Lasem di Rembang, Jawa Tengah, dan Solo.
“Solo itu sangat getol, sampai Gibran saja pameran untuk menggelar fashion show di Paris,” lanjutnya.
Di sisi lain, saat ini Yogya menghadapi tantangan besar dalam pengembangan batik di daerahnya. Salah satunya adalah masalah regenerasi pembatik.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Yogya memiliki sekitar 4.200 lebih pembatik yang tersebar di seluruh wilayah DIY. Tapi hampir semua pembatik itu sudah berusia di atas 50 tahun, sehingga dalam waktu dekat sulit untuk lebih produktif.
Selain itu, sampai sekarang Yogya menurutnya juga belum punya peta jalan pengembangan batik jangka panjang, terutama yang terkait dengan pengembangan batik secara ramah lingkungan dan bagaimana agar batik bisa memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat.
Peta jalan itu menurut Sardi sangat dibutuhkan untuk bisa bersaing dengan gempuran batik-batik printing yang tidak ramah lingkungan dan jauh lebih murah.
“Sampai hari ini Jogja belum punya peta jalan yang bisa menjawab tantangan-tantangan ini,” kata Sardi.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, Syam Arjayanti. Dia juga menyampaikan bahwa status Yogya sebagai Kota Batik Dunia sangat mungkin digantikan oleh kota lain karena banyaknya daerah lain yang sedang berjuang untuk menggantikan posisi Yogya tersebut.
ADVERTISEMENT
Karena itu, Yogya juga harus bekerja ekstra untuk dapat mempertahankan status Kota Batik Dunia tersebut.
“Karena banyak kota-kota yang sedang berjuang juga untuk meraih menjadi Kota Batik Dunia, tetangga kita itu juga luar biasa berjuangnya dalam hal mengembangkan batik,” kata Syam Arjayanti.
Regenerasi pembatik menurutnya juga menjadi salah satu masalah utama yang dihadapi Yogya saat ini.
“Pembatik kita kan sekarang sudah sepuh-sepuh. Ini juga PR kita terkait bagaimana meregenerasi pembatik kita,” ujarnya.