Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten Media Partner
Sultan HB IX Fotografer Andal, Mahakaryanya tentang Masjid Syuhada dan Merapi
20 Agustus 2023 11:37 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Sultan HB IX ternyata seorang fotografer andal. Dua mahakaryanya terekam dalam album pembangunan Masjid Syuhada 1951 dan album letusan Gunung Merapi 1969.

Sebagai seorang raja yang memimpin Kasultanan Yogyakarta pada periode 1940-1988, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, ternyata juga seorang seniman andal. Salah satu bidang seni yang digeluti oleh Sultan HB IX adalah fotografi.
ADVERTISEMENT
Saat ini, sejumlah karya fotografi milik Sultan HB IX tengah dipamerkan dalam ‘Pameran Loka Padha: Karya Fotografi dari Arsip Hamengku Buwono IX’ yang telah dibuka pada Jumat (18/8) hingga 11 September mendatang di Tirtodipuran Link Building B, Yogya.
Pameran ini diselenggarakan oleh Ruang MES 56 yang bekerja sama dengan Keraton Yogyakarta dan Jogja Fotografis Festival (JOFFIS).
Cucu Sri Sultan HB IX, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara, dalam sambutannya yang dibacakan oleh Carik Kawedanan Radyakartiyasa, Siti Amiroel Noorsundar, mengungkapkan bahwa akar kecintaan Sultan HB IX pada fotografi bermula saat dia diasuh oleh Keluarga Mulder.
Mulder adalah seorang kepala sekolah Neutrale Hollands Javaanse Jongens School di Gondokusuman.
“Memori kecil inilah yang kemudian melahirkan ketertarikan beliau terhadap dunia fotografi hingga akhir hayatnya,” kata Siti Amiroel Noorsundar yang membacakan sambutan GKR Bendara dalam pembukaan Pameran Loka Padha, Jumat (18/8).
Perwakilan Tim Kuratorial Keraton Yogyakarta, Fajar Wijanarko, mengatakan bahwa pameran ini bukan sekadar paparan visual karya-karya HB IX, tapi juga menjadi potret kisah hidup Sang Raja yang terjalin melalui lensa kameranya.
ADVERTISEMENT
Dalam proses pendalaman arsip, tim kurator menurutnya menemukan sejumlah foto karya Sultan HB IX yang membuka tirai masa lampau. Karya-karya itu mengungkap pemandangan alam yang memukau, peristiwa penting, hingga dokumentasi pribadinya saat melakukan lawatan kenegaraan.
Dua album foto Sultan HB IX paling penting di antaranya adalah album tentang pembangunan Masjid Syuhada pada 1951 dan album yang menggambarkan dampak letusan Gunung Merapi pada 1969. Dua album inilah yang kemudian dipamerkan dalam pameran ini dengan jumlah total 27 foto, 17 foto tentang pembangunan Masjid Syuhada dan 10 foto tentang dampak letusan Gunung Merapi.
“Karya Beliau sebenarnya sangat banyak, yang dipamerkan ini tidak sampai 1 persen dari total karyanya, mungkin hanya 0,5 persen,” kata Fajar Wijanarko.
Karya-karya yang dipamerkan ini menurut Fajar bukan sekadar dokumentasi, tapi juga menggambarkan estetika dan kecermatan teknis fotografi Sultan HB IX yang luar biasa. Foto-foto tersebut membawa siapapun yang melihatnya pada perjalanan visual dalam sejarah Yogyakarta, menunjukkan pembangunan, dan peristiwa-peristiwa penting pada masa itu.
ADVERTISEMENT
“Hasil bidikan-bidikan beliau tidak hanya sekedar bidikan reportase, tapi ada bidikan yang cukup estetik untuk kemudian bisa dipresentasikan hari ini. hari ini pun kita masih bisa menikmatinya, rentang 1951-2023 kalau tidak ada unsur profesional sebagai fotografer pasti kita melihatnya sebagai dokumen saja,” ungkap Fajar.
Tapi lebih jauh lagi, menurut Fajar pameran ini bukan hanya mengungkapkan kisah kecintaan Sultan HB IX terhadap fotografi, tapi juga menghadirkan filosofi kehidupan dan hubungan manusia dengan alam.
Dua album foto karya Sultan tentang pembangunan Masjid Syuhada dan dampak letusan Gunung Merapi menurutnya merujuk pada filosofi ‘Hamemayu Hayuning Bawana’.
“Tentang bagaimana alam dan manusia saling berkompromi dalam evolusi kehidupan,” ujarnya.
Direktur Jogja Fotografis Festival (JOFFIS), Aqid A.W, berharap pameran ini dapat membaca ulang karya-karya fotografi yang berkaitan dengan masyarakat dan kehidupan Yogyakarta yang terus berkembang.
ADVERTISEMENT
“Arsip-arsip fotografi tentang komunitas dan individu diharapkan akan terus tumbuh setiap tahunnya, membuka jendela pada sejarah dan kreativitas Yogyakarta yang kaya,” kata Aqid A.W.