Sumbu Filosofi Bukti Tata Kota Yogya 2 Abad Lebih Maju dari Barat, Ungkap Sultan

Konten Media Partner
19 September 2023 15:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta resmi ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO dalam sidang Komite Warisan Dunia UNESCO di Riyadh, Arab Saudi, pada Senin (18/9) malam.
ADVERTISEMENT
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, menyampaikan bahwa penetapan itu menjadi sebuah penghargaan terhadap karya arsitektur kota yang dirancang oleh Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengku Buwono I sebagai Raja Kasultanan Yogyakarta yang pertama.
Ia menjelaskan bahwa Sumbu Filosofi Yogyakarta mengusung konsep hamemayu hayuning bawana, yang berarti memperindah dunia yang sudah indah. Dalam pengajuannya sebagai warisan budaya dunia, konsep itu diartikan sebagai keindahan, kesejahteraan, dan pelestarian lingkungan.
“Akhirnya mereka (UNESCO) mendefinisikan yang dimaksud hamemayu hayuning bawana itu sustainable development (pembangunan berkelanjutan),” kata Sultan HB X di kompleks Kepatihan Yogyakarta, Selasa (19/9).
Plengkung Nirbaya (Plengkung Gading) diambil dari sisi selatan. Foto: Tepas Tandha Yekti Karaton Ngayogyakarta
Padahal, konsep pembangunan berkelanjutan ini baru dibahas oleh PBB sekitar tahun 1990-an. Hal ini menjadi bukti bahwa konsep pembangunan dan tata kota di Yogya ternyata sudah jauh lebih maju ketimbang dunia barat.
ADVERTISEMENT
Sebab, konsep hamemayu hayuning bawana sudah diadopsi oleh Pangeran Mangkubumi saat merancang Sumbu Filosofi pada tahun 1755, dua abad lebih sebelum dunia Barat mendefinisikan sustainable development.
“Oleh PBB sendiri kan untuk sustainable development goals (SDGs) ini kan baru tahun 90-an. Ternyata di Jogja kan hamemayu hayuning bawana itu kan sudah diciptakan tahun 1755,” ujarnya.
Karena itu, Sumbu Filosofi ini menurutnya tidak hanya menjadi pembelajaran bagi Yogyakarta maupun Indonesia saja, tapi juga bagi dunia.
“Berarti kita jauh dari awal 1755, dengan terbentuknya pemerintahan di Yogyakarta itu sudah mengerti sustainable development, saya kira itu yang menjadi penting,” kata Sultan HB X.