Tak Ada Masker, Daun pun Jadi

Konten dari Pengguna
28 April 2020 5:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Masker dari daun banyak digunakan oleh warga Peru dan Kenya. Foto : Twitter
zoom-in-whitePerbesar
Masker dari daun banyak digunakan oleh warga Peru dan Kenya. Foto : Twitter
ADVERTISEMENT
Di tengah kelangkaan global pada masker, orang-orang diwajibkan untuk menggunakan benda ini dalam kehidupan bersosialnya. Ancaman virus yang telah menjangkiti 3 juta manusia lebih sejak pertama muncul akhir tahun lalu ini memaksa orang-orang di seluruh dunia menyelesaikan masalahnya dengan cara yang tidak biasa dalam kondisi serba kekurangan.
ADVERTISEMENT
Standar yang ditetapkan WHO pada sebuah masker yang boleh dikenakan memang terlampau tinggi untuk bisa dipenuhi sebagian besar orang dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kemiskinan dan akses pada informasi serta alat kesehatan sudah merupakan masalah daerah pinggiran jauh sebelum ada pandemi.
Kita bisa melihatnya dalam kacamata humor, betapa lucunya solusi yang mereka temukan. Namun dengan segala hormat, itu adalah solusi yang bisa mereka temukan dalam segala kekurangannya.
Siapapun, termasuk yang dalam kondisi kesehatan prima diharuskan mengenakan masker jika berada di ruang publik. Namun, kondisi tak semudah seharusnya. Pabrik-pabrik bersusah payah meningkatkan produksinya untuk memenuhi permintaan pasar. Dan di kondisi sulit, masyarakat menemukan jalur penyaluran kreatifnya.
Beberapa membuatnya sebagai lelucon, agar tidak terlalu tegang di situasi krisis, mengenakan masker dari bahan popok dan pembalut, beberapa lainnya melakukannya untuk bisa tetap beraktifitas di ruang publik. Masker darurat ini masih lebih baik dari pada tidak mengenakan masker sama sekali.
ADVERTISEMENT
Berikut beberapa bahan masker darurat yang digunakan masyarakat di berbagai negara:
Kain sisa
Ini adalah bahan yang paling lazim digunakan. Menggunakan kain sisa dan bahan-bahan lainnya, warga berinisiatif untuk memproduksi maskernya sendiri. Motif yang bisa diatur sesuai selera adalah salah satu keuntungan menggunakan bahan ini. Pada awal-awal kelangkaan masker, tutorial membuat masker dari bahan kain membanjiri media sosial.
Bra
Bra adalah salah satu benda yang sering digunakan. Bentuk dasarnya yang oval pas sekali untuk melindungi hidung dan mulut serta menutupi bagian dagu secara penuh. Motif berenda dan warna senada yang ditampilkannya membuat masker dari bahan ini enak dipandang.
Awalnya mungkin terdengar seperti lelucon yang sedikit exhibisionist, namun sebuah perusahaan asal Jepang Atsumi Fashion Co. mulai memproduksi masker yang berbahan dasar pakaian dalam wanita.
ADVERTISEMENT
Galon dan Tupperware
Di awal pandemi, warga Hong Kong terlihat menggunakan galon air atau botol plastik air ukuran besar untuk melindungi area kepala mereka. Sekilas tampak seperti helm transparan, memberi beban pada kepala dan leher. Penggunanya mungkin akan merasa sedikit tidak nyaman, namun galon dan tupperware efektif sekali untuk melindungi bagian kepala dari virus dan debu. Ketidaknyamanan dalam bernapas dan memandang memang masalah yang muncul dari bahan, namun tingkat efektifitasnya tidak perlu diragukan. Terutama karena keawetan dan kekuatannya. Kerennya, ini bisa dicuci dan mudah kering, sehingga bisa digunakan berulang kali.
Daun
Masyarakat adat di hutan Amazon Peru, yang tidak mendapat bantuan pemerintah, melindungi diri mereka dengan masker wajah yang terbuat dari daun pisang. Bahan ini cocok untuk penggunaan sekali pakai karena mudah didapatkan dan didaur ulang. Agar lentur dan tidak mudah pecah, daun pisang harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum digunakan.
ADVERTISEMENT
“Kami menggunakan apa yang bisa melindungi kami dari penyakit ini. kami menggunakan daun pisang untuk melindungi diri kami dari virus,” kata Julio Cusurichi, ketua federasi komunitas adat di daerah Madre de Dios di hutan tengah Peru seperti dikutip DW.
“Sejauh ini, kami tidak mendapat bantuan apapun dari pemerintah... makanan sudah langka, sudah tidak ada uang untuk membeli minyak maupun gula, dan sangat kurang untuk masker,” tambahnya.
Kelangkaan peralatan medis di kawasan timur Afrika di tengah pandemi ini tergambarkan dalam postingan di Twitter menunjukkan bagaimana warga Kenya menggunakan daun dan bahan daur ulang untuk menjadi masker alternatifnya. Menggunakan selembar daun kol untuk dijadikan masker, bahan ini mudah dan mudah serta ramah lingkungan. Aroma segar sayuran akan menemani setiap tarikan napas.
ADVERTISEMENT
Ada juga warga yang hanya mengenakan dedaunan saja untuk menutupi area hidung dan mulut. Memang tidak efektif dalam menghalau partikel virus, namun tetap saja, usaha ini masih lebih baik daripada tidak sama sekali. (Anasiyah Kiblatovski / YK-1)