Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten Media Partner
Tak Cuma Bikin Lomba 17-an, Karang Taruna di DIY Naik Level Udah Kayak Startup
3 Oktober 2023 20:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Selama ini, karang taruna yang merupakan organisasi pemuda di desa identik dengan kegiatan-kegiatan di tengah masyarakat seperti sinoman (membantu orang yang sedang hajatan) dan mengadakan lomba-lomba 17-an.
ADVERTISEMENT
Tapi berbeda dengan karang karang taruna di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Karang taruna di DIY kini diorganisir dan dikelola layaknya perusahaan rintisan atau startup. Hal itu ditunjukkan dari diadakannya Pekan Inovasi Sosial yang diadakan Karang Taruna DIY yang melibatkan karang taruna dari setiap kalurahan di DIY.
Hal itu disampaikan oleh Anggota Karang Taruna DIY Bidang Organisasi yang juga koordinator Lomba Inovasi Sosial Karang Taruna DIY, Ngudi Prasetiyo.
Dalam kegiatan itu, ada sebanyak 106 karang taruna dari seluruh DIY yang mengirimkan program pemberdayaan di kalurahannya masing-masing. Mereka kemudian diseleksi menjadi 20 besar dan pada Selasa (3/10) diberikan pembekalan dalam bootcamp di Creative Hub Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM), layaknya program inkubasi startup.
ADVERTISEMENT
“Sekarang karang taruna harus naik kelas, enggak hanya ngurus sinoman atau bikin kegiatan berkala seperti lomba 17-an saja,” kata Ngudi Prasetiyo saat ditemui di sela acara bootcamp peserta Lomba Inovasi Sosial Karang Taruna DIY di UGM, Selasa (3/10).
Lomba ini tidak semata-mata menilai tentang produk atau keuntungan yang didapat oleh mereka. Penilaian utama dari program-program yang diajukan justru lebih pada seberapa besar impact atau dampak kegiatan atau program tersebut terhadap masyarakat di sekitarnya, baik itu secara peningkatan ekonomi, kebersihan lingkungan, teknologi pertanian, kesehatan masyarakat, sampai budaya.
Beberapa kegiatan yang memberdayakan masyarakat secara ekonomi misalnya budi daya jamur sampai pengolahan, pengolahan ikan dari daging sampai tulang, inovasi gula jawa, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
“Tapi yang jadi penilaian adalah pemberdayaannya sebesar apa, tidak semata-mata seberapa besar keuntungannya secara bisnis,” ujarnya.
Dari bidang kegiatan sosial, ada juga kegiatan karang taruna dari Gunungkidul yang bernama mobil patah hati. Program ini fokus untuk mengatasi masalah tingginya kasus penyakit jiwa yang ada di Gunungkidul, dengan menyediakan mobil atau ambulans khusus untuk mengantar para pasien ke fasilitas kesehatan.
Bahkan ada juga yang di bidang kebersihan lingkungan, khususnya kebersihan masjid, yang membersihkan masjid secara gratis. Kegiatan ini dilakukan oleh salah satu karang taruna di Bantul, dan sudah pernah membersihkan hampir semua masjid-masjid besar yang ada di Jawa.
“Nanti, dari 20 peserta ini akan dipilih 10 peserta terbaik untuk melakukan pitching pada puncak acara Pekan Inovasi Sosial pada 14 Oktober mendatang,” kata Ngudi Prasetiyo.
ADVERTISEMENT
Hal sama juga disampaikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Karang Taruna DIY, Lisa Lindawati. Dia mengatakan bahwa kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan karang taruna seperti sinoman dan lomba 17-an juga merupakan kegiatan yang sangat baik.
Kegiatan-kegiatan ini adalah kegiatan yang berkembang secara kultural di tengah masyarakat selama puluhan tahun.
“Saya kira itu enggak salah juga, karena itu bentuk tanggung jawab sosial, artinya sinoman atau kerja bakti itu menurut saya juga hal yang harus mereka lakukan,” kata Lisa Lindawati.
Meski begitu, karang taruna sebenarnya bisa melakukan kegiatan-kegiatan yang memiliki dampak lebih besar di tengah masyarakat.
“Tetapi kita tidak boleh berhenti hanya sebatas itu. Bagaimana kemudian sebagai anak muda kita juga harus berdampak, dengan cara berinovasi untuk melahirkan ide-ide baru, untuk menggerakkan masyarakat,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Kegiatan ini menurut Lisa merupakan visi baru Karang Taruna DIY, bagaimana mewujudkan kemandirian karang taruna di DIY pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Karena itu, yang menjadi fokus pada kegiatan kali ini adalah inovasi sosial dengan tiga pilar utama, yakni kewirausahaan, pemanfaatan teknologi, dan pelestarian budaya,
“Ini adalah yang pertama di Indonesia. Harapannya kita bisa menemukan formula yang terbaik sehingga bisa direplikasi di daerah atau provinsi lain di Indonesia,” kata Lisa Lindawati.