Tak Cuma Masjid, UGM Kini Punya Gereja, Klenteng, Vihara, sampai Pura di Kampus

Konten Media Partner
20 Desember 2023 16:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Umat Hindu tengah melakukan ibadah di pura yang baru saja diresmikan oleh UGM. Foto: Dok UGM
zoom-in-whitePerbesar
Umat Hindu tengah melakukan ibadah di pura yang baru saja diresmikan oleh UGM. Foto: Dok UGM
ADVERTISEMENT
Universitas Gadjah Mada (UGM) kini memiliki rumah ibadah untuk enam agama yang ada di lingkungan kampus. Selain Masjid Kampus dan Mardliyyah Islamic Center untuk umat Muslim yang sudah lebih dulu dibangun, UGM baru saja meresmikan kompleks fasilitas kerohanian untuk tempat ibadah lima umat agama.
ADVERTISEMENT
Di dalam kompleks tersebut terdapat dua bangunan gereja untuk kegiatan kerohanian umat Katolik dan Kristen Protestan, vihara untuk beribadatan umat Budha, klenteng untuk umat Konghucu, serta pura untuk peribadatan umat Hindu.
Fasilitas ini dibangun untuk mewadahi kegiatan-kegiatan kerohanian bagi civitas akademika mulai dari mahasiswa, dosen, hingga tenaga kependidikan dan telah diresmikan oleh Rektor dan Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) pada Selasa (19/12) kemarin bertepatan dengan peringatan Dies Natalis ke-74 UGM.
“Di UGM sendiri salah satu karakter yang kita bangun adalah inklusivitas. Kita memang heterogen, sehingga itu harus diwadahi termasuk dalam hal keberagamaan,” ujar Rektor UGM, Ova Emilia.
Bangunan vihara di kampus UGM yang baru saja diresmikan. Foto: Dok. UGM
Fasilitas kerohanian ini berlokasi di Jalan Podocarpus, Sendowo, berdekatan dengan salah satu asrama mahasiswa UGM. Fasilitas tersebut berdiri pada lahan seluas 5.994 meter persegi, di dalamnya termasuk area terbuka hijau, plaza, serta area parkir.
ADVERTISEMENT
Masing-masing bangunan peribadatan didesain menggunakan ciri dari masing-masing agama. Dua gereja yang telah berdiri masing-masing mampu menampung hingga 100 orang. Pura mampu menampung 50 orang, sedangkan vihara dan klenteng masing-masing dapat menampung sekitar 40 orang.
Inisiasi Pembangunan fasilitas ini dimulai pada tahun 2020, pada kepemimpinan rektor sebelumnya, Panut Mulyono. Peletakan batu pertama dilakukan pada 21 Mei 2022 di akhir masa kepemimpinannya, sementara proses pembangunan dimulai pada tanggal 24 Januari 2023 di bawah kepemimpinan rektor saat ini.
“Ini akan menjadi tempat bagi civitas untuk berdiskusi dan mempraktikkan ibadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing,” ujarnya.
Ketua MWA UGM, Pratikno dan Rektor UGM, Ova Emilia, setelah meresmikan fasilitas kerohanian milik UGM. Foto: Dok. UGM
Bangunan vihara, klenteng, dan pura telah selesai dibangun pada tanggal 19 November lalu, sedangkan gereja dan fasilitas pendukungnya diselesaikan pada tanggal 16 Desember. Pembiayaan pembangunan fasilitas tersebut menggunakan dana masyarakat sejumlah Rp 25 Miliar.
ADVERTISEMENT
Ketua MWA UGM, Pratikno, menerangkan makna penting fasilitas ini, yang sejalan dengan jati diri dan semangat UGM.
“Kalau di GIK kita menjulang tinggi, di sinilah kita mengakar kuat. Sejak awal mahasiswa masuk ke sini sudah terekspos dengan keberagaman, ini akan menjadi modal besar bagi Indonesia ke depan,” ujar Pratikno.
Pratikno berharap, komunitas keagamaan di lingkup UGM dapat menghidupkan fasilitas ini dengan kegiatan-kegiatan yang bermakna. Ia juga berharap inisiatif ini dapat menginspirasi institusi pendidikan lainnya untuk ikut mewadahi para civitas untuk menekuni kegiatan keagamaan sekaligus merayakan keberagaman.
“Kita bisa mendorong kebhinekaan dari UGM. Harapannya ini terus diperluas di universitas lain, sehingga kesadaran akan perbedaan tetapi tetap bersatu menguat di antara anak muda kita,” ujarnya.
ADVERTISEMENT