Tarif Open BO di Jogja Lebih Mahal, tapi Lebih Berisiko daripada PSK di Sarkem

Konten Media Partner
9 September 2023 14:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi prostitusi. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi prostitusi. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jasa pekerja seks online atau open BO di Yogya mematok tarif yang rata-rata lebih tinggi daripada tarif pekerja seks yang menetap atau mangkal di titik-titik lokalisasi Jogja. Meski begitu, ternyata jasa open BO memiliki risiko penyebaran dan penularan penyakit yang lebih tinggi daripada pekerja seks di lokalisasi seperti Pasar Kembang (Sarkem) atau Pantai Parangkusumo, Bantul.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan oleh Direktur Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Budhi Hermanto.
Hal ini karena para pekerja open BO di Yogya bekerja dengan sistem ‘expo’, yang selalu berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain. Hal ini membuat PKBI yang selama ini aktif memberikan pendampingan kepada para pekerja seks di Yogya kesulitan mendeteksi keberadaan pekerja open BO.
“Berulang-kali kami sudah berusaha menghubungi mereka, kami tawari untuk memeriksa kesehatan mereka, tapi jujur sampai sekarang tidak berhasil,” kata Budhi Hermanto, saat ditemui di kantornya pada Rabu (6/9).
Papan nama Jalan Pasar Kembang atau Sarkem. Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Berbeda dengan pekerja seks yang menetap atau mangkal di titik-titik lokalisasi Yogya, seperti di kawasan Pasar Kembang (Sarkem) atau Pantai Parangkusumo, Bantul, misalnya. Sebagian besar dari mereka bahkan sudah bergabung dengan komunitas dan kooperatif untuk mendapatkan pendampingan dari PKBI.
ADVERTISEMENT
“Sehingga kondisi kesehatan mereka bisa diperiksa secara berkala,” ujarnya.
Karena itulah, pekerja seks online open BO justru lebih rentan menularkan dan menyebarkan penyakit ketimbang pekerja seks yang menetap di tempat-tempat lokalisasi di Yogya.
“Kita tidak pernah tahu mereka memeriksakan kesehatannya secara rutin atau tidak, karena sejauh ini kami tidak pernah berhasil untuk mengajak mereka bertemu langsung,” kata dia.
Ilustrasi tes HIV, Foto: Shutterstock
Bukan cuma berisiko terhadap penyakit menular seksual, pelaku open BO juga sangat rentan mendapatkan tindak kriminal, baik itu kekerasan seksual, kekerasan fisik, pemerasan, hingga yang paling fatal adalah pembunuhan.
Kasus pembunuhan dengan mutilasi di sebuah penginapan di Pakem, Sleman, yang dialami seorang perempuan penyedia jasa open BO pada Maret 2023 lalu, menjadi contoh nyata bahwa para pekerja seks online sangat rentan terhadap tindak kejahatan.
ADVERTISEMENT
“Kami ingin mengorganisir mereka, supaya jika mereka mendapatkan kekerasan juga bisa mendapatkan advokasi hukum,” ujar Budhi Hermanto.