Teknologi Kesehatan Makin Canggih tapi Kenapa Sistem Antrean Pasien Masih Kuno?

Konten Media Partner
13 Maret 2021 19:04 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi antrean rumah sakit. Foto: Kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi antrean rumah sakit. Foto: Kumparan.
ADVERTISEMENT
Pandemi telah memicu perubahan di berbagai lini kehidupan, termasuk di sektor kesehatan. Tapi di sisi lain, pandemi juga memperlihatkan bahwa teknologi layanan kesehatan di Indonesia masih sangat banyak yang perlu dibenahi, salah satunya adalah aspek yang paling mendasar yakni masalah administratif.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya teknologi di bidang kesehatan sudah sangat berkembang dan terus ditingkatkan, misalnya teknologi pengobatan terapi kanker berbasis kecerdasan buatan (AI). Tapi teknologi-teknologi mutakhir itu tidak akan mewujudkan layanan kesehatan jika aspek-aspek mendasarnya seperti adinistrasi masih menjadi masalah.
Pendiri sekaligus CEO ProSehat, Gregorius Bimantoro, dalam diskusi daring yang diadakan oleh Block 71, mengatakan, bahwa salah satu hal mendasar yang sampai sekarang masih jadi masalah dalam sistem layanan kesehatan di Indonesia adalah sistem antrean. Para pasien yang datang ke rumah sakit, justru lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menunggu ketimbang untuk periksa atau berobat.
“Itu hal-hal yang sebenarnya bisa di-improve, sistem antrean saja itu susah sekali di rumah sakit, menjadi challange yang luar biasa padahal itu sudah puluhan tahun,” ujar Bimo, sapaan Bimantoro, Jumat (12/3).
ADVERTISEMENT
Menurut Bimo, mau secanggih apapun teknologi yang digunakan di dalam rumah sakit jika hal mendasar seperti masalah antrean ini tidak segera dibereskan, maka layanan kesehatan tidak akan pernah optimal. Karena itu, untuk saat ini teknologi digital menurut dia akan lebih bermanfaat jika digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah administratif yang memang para dokter tidak suka melakukannya.
Hal ini bukan berarti hanya menggunakan teknologi untuk urusan administrasi saja. Tapi pemanfaatan teknologi untuk mewujudkan sistem administrasi yang efisien inilah yang nantinya akan menjadi pintu gerbang supaya teknologi-teknologi yang lebih lanjut bisa lebih dimanfaatkan.
“Jika administrasi sudah lebih baik, maka akan ada peningkatan kepuasan yang luar biasa,” lanjutnya.
Ilustrasi telemedicine. Foto: Pexels
Penggunaan teknologi dalam layanan kesehatan di Indonesia saat ini menurut Bimo lebih banyak fokus pada layanan yang dipindahkan dari offline ke online saja atau telemedicine. Padahal, telemedicine hanya satu dari sekian banyak aspek dalam layanan kesehatan.
ADVERTISEMENT
“Jadi kita jangan hanya terpaku ke situ, karena layanan kesehatan itu banyak aspek,” kata dia.
Selain telemedicine, ada sejumlah aspek dari layanan kesehatan yang kompleks yang menurut dia juga perlu sentuhan teknologi. Misalnya dari aspek paling fundamental seperti administrasi, pengurusan asuransi, sampai untuk membantu melakukan diagnostik lebih lanjut.
Namun proses digitalisasi dalam layanan kesehatan menurutnya tidak sesederhana seperti memindahkan televisi ke YouTube. Pasalnya, selama ribuan tahun dokter melayani pasiennya secara langsung sehingga tidak bisa mereka dipaksa secara tiba-tiba mengubah semua layanannya menjadi online.
“Karena banyak hal yang harus diperiksa secara fisik,” ujarnya.
Selain itu, semua hal yang digunakan dalam layanan kesehatan termasuk teknologi juga tidak bisa diterapkan secara instan dalam sebulan atau dua bulan saja. Semuanya harus melewati riset panjang hingga mencapai kesepakatan bersama sampai teknologi tersebut bisa diterapkan.
ADVERTISEMENT
“Jadi bukan hanya itu memang (administratif), tapi salah satu yang bisa kita kerjakan dulu. Karena enggak sesederhana itu kita membereskan hal yang bersifat administratif itu,” kata Bimo. (Widi Erha Pradana / YK-1)