Telaga di Gunungkidul dalam Ancaman Ikan Sapu-sapu, Nasib Ikan Lokal Kian Pilu

Konten Media Partner
24 September 2022 17:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ikan sapu-sapu yang ditangkap dari Telaga Bacak, Gunungkidul. Foto: Dok. Edi Padmo
zoom-in-whitePerbesar
Ikan sapu-sapu yang ditangkap dari Telaga Bacak, Gunungkidul. Foto: Dok. Edi Padmo
ADVERTISEMENT
Sejumlah telaga di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sedang dalam ancaman serius ikan-ikan introduksi atau asing yang bersifat invasif. Ikan-ikan invasif ini menjadi musuh bagi ekosistem alami telaga, terutama bagi ikan-ikan lokal spesies asli telaga tersebut.
ADVERTISEMENT
Ancaman spesies ikan invasif di telaga Gunungkidul tersebut diungkap oleh Komunitas Resan Gunungkidul, salah satu komunitas lokal yang fokus pada isu-isu lingkungan. Paling tidak, Resan Gunungkidul telah mendapati ada empat telaga di Gunungkidul yang kini berada di bawah ancaman serius ikan-ikan invasif.
Empat telaga itu di antaranya di Telaga Bacak di Kalurahan Monggol; Telaga Ngomang Kalurahan Planjan; Telaga Winong di Kalurahan Kepek; serta Telaga Boromo di Kalurahan Karangasem.
“Telaga-telaga lain kemungkinan juga sudah terintroduksi jenis ikan invasif, tapi kami belum melakukan pemantauan lagi,” kata Pendiri Komunitas Resan Gunungkidul, Edi Padmo, kepada Pandangan Jogja@Kumparan, Jumat (23/9).
Adapun spesies asing yang paling banyak dijumpai di telaga-telaga tersebut adalah ikan jenis sapu-sapu (Hypostomus plecostomus), yang memang sudah dikenal sebagai salah satu masalah utama perairan di Indonesia. Ikan ini menjadi musuh utama ikan-ikan penghuni asli telaga Gunungkidul, seperti wader, cakul, tawes, cetol, bahkan udang.
ADVERTISEMENT
“Sekarang kalau mancing di telaga jarang banget dapat ikan-ikan asli kayak wader,cakul, atau cetol, dapetnya malah sapu-sapu,” lanjutnya.
Telaga Bacak di Gunungkidul, salah satu telaga yang terancam ikan invasif. Foto: Dok. Esi Padmo
Ikan ini adalah jenis ikan omnivora atau makan segala. Jadi, selain menjadi kompetitor ikan-ikan lokal dalam mendapatkan makanan, sapu-sapu juga memangsa ikan-ikan lokal yang ukurannya lebih kecil kecil.
Ikan ini juga punya kemampuan bertahan hidup yang sangat kuat, bahkan di air tercemar saja mereka bisa hidup. Berbeda dengan ikan-ikan lokal yang sangat peka terhadap kondisi pencemaran air tempatnya hidup.
“Kalau dibiarin telaga-telaga ini bisa penuh sama sapu-sapu, ikan-ikan asli habis,” ujarnya.
Masalahnya, ikan sapu-sapu tidak memiliki nilai ekonomi karena tak ada yang mau mengonsumsinya. Hal itu membuat semakin sulit mengurangi apalagi membasmi ikan tersebut dari telaga-telaga di Gunungkidul.
ADVERTISEMENT
“Apalagi predatornya juga tidak ada, bahkan manusia aja enggak mau disuruh makan sapu-sapu,” kata dia.
Belum jelas dari mana asal mula munculnya ikan sapu-sapu di telaga-telaga Gunungkidul. Edi menduga, kemunculan ikan-ikan invasif itu bermula dari tren ditaburinya telaga-telaga di Gunungkidul dengan benih ikan asing untuk dijadikan pemancingan berbayar. Kemungkinan lain karena ulah orang-orang tak bertanggung jawab yang melepaskan ikan-ikan asing ke dalam telaga, mengingat dalam beberapa tahun terakhir memelihara ikan hias menjadi salah satu tren yang berkembang di tengah masyarakat.
“Bisa jadi ada spesies invasif lain, hanya saja yang banyak kami temukan baru sapu-sapu,” kata Edi Padmo.