Tirta Nirmala, Mata Air Penolak Celaka di Kaki Gunung Merapi

Konten Media Partner
18 Juni 2022 13:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sendang Kawit, sumber mata air Tirta Nirmala di Kaki Gunung Merapi. Foto: Widi RH Pradana
zoom-in-whitePerbesar
Sendang Kawit, sumber mata air Tirta Nirmala di Kaki Gunung Merapi. Foto: Widi RH Pradana
ADVERTISEMENT
Penganut Penghayat Kepercayaan Pahoman Sejati menjalankan ritual Badrawarna dengan khidmat untuk memperingati tahun baru Jawa Kuna atau Jawa Respati 6424 yang jatuh pada 17 Juni 2022.
ADVERTISEMENT
Ritual ini dilaksanakan di sebuah mata air di kaki Gunung Merapi bernama Sendang Kawit, yang terletak di Dusun Windusabrang, Desa Wonolelo, Sawangan, Magelang. Meski ukurannya hanya beberapa meter saja, debit air sendang itu sangat besar dan tak pernah berhenti mengalir.
Salah seorang tokoh Pahoman Sejati yang juga Ketua Padepokan Seni Budi Aji, Kikis Wantoro, mengatakan bahwa sejak dulu ritual ini memang selalu dilaksanakan di Sendang Kawit.
Masyarakat Pahoman Sejati percaya bahwa Sendang Kawit adalah sumber Tirta Nirmala, yakni air yang bisa mengeluarkan manusia dari celaka dan kesusahan.
“Tirta itu artinya air, sedangkan nirmala itu keluar dari sengkala atau celaka,” kata Kikis, Jumat (17/6).
Sendang Kawit, sumber mata air Tirta Nirmala di Kaki Gunung Merapi. Foto: Widi RH Pradana
Tak hanya masyarakat setempat, menurutnya banyak orang luar daerah yang percaya bahwa air dari Sendang Kawit dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Namun yang perlu dipahami adalah air ini sebagai perantara Tuhan untuk memberikan berkah kepada manusia.
ADVERTISEMENT
“Yang menyembuhkan tetap Tuhan, bukan airnya. Itu yang perlu dipahami. Tuhan memberi kekuatan kepada air ini untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit,” ujarnya.
Karena berasal dari mata air alami, air dari Sendang Kawit sangat bersih dan jernih, apalagi lingkungan di sekitarnya masih sangat asri. Hal itu, menurut Kikis, mempengaruhi kesehatan air tersebut, sehingga berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit.
Namun, makna mengeluarkan manusia dari celaka atau sengsara menurutnya juga perlu dimaknai lebih luas, tidak hanya sebagai penyembuh penyakit saja.
“Misalnya mengeluarkan manusia dari kesusahan kekeringan, karena mata air ini juga dimanfaatkan warga untuk kebutuhan sehari-hari dan mengairi lahan pertanian warga,” ujarnya.
Bangunan candi yang ditemukan di dekar Sendang Kawit. Foto: Widi RH Pradana
Masyarakat Pahoman Sejati juga percaya bahwa Sendang Kawit adalah tempat bersuci para leluhur mereka pada zaman dulu sebelum bertapa di dalam hutan. Hal itu dikuatkan dengan adanya temuan struktur bangunan purbakala di sekitar mata air pada tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Bangunan itu diperkirakan sebagai petirtaan atau bangunan tempat pemandian. “Jadi sebelum bertapa di dalam hutan, kemungkinan mereka bersuci dulu di mata air itu,” kata Kikis.
Ritual Badrawarna sendiri dimulai dengan doa bersama di petilasan ‘makam Punokawan’ di Bukit Larangan, tak jauh dari Sendang Kawit. Selesai berdoa, ritual dilanjutkan dengan pengambilan air dari Sendang Kawit yang diiringi dengan lantunan doa oleh sesepuh Pahoman Sejati, Ki Rekso Jiwo.
Setelah itu, ritual dilanjutkan dengan mandi bersama menggunakan air dari Sendang Kawit yang dipercaya sebagai Tirta Nirmala tersebut.
Ritual Badrawarna. Foto: Dok. PS Budi Aji/Agung
Ritual di Sendang Kawit ini sebenarnya hanya bagian pembuka dari ritual Badrawarna yang berlangsung sampai Sabtu pagi. Setelah ritual di mata air selesai, acara kemudian dilanjutkan dengan kirab sesaji keliling kampung dan berbagai pertunjukan seni yang dipusatkan di Padepokan Seni Budi Aji di Dusun Wonogiri Kidul, Dsa Kapuhan, Sawangan, Magelang.
ADVERTISEMENT
“Puncaknya ada pertunjukan wayang kulit,” kata Kikis Wantoro.