Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner
Toko Mbokjajan Bercerita: Jual Jajanan Jadul, Layani Pengiriman hingga Hong Kong
1 Maret 2025 11:42 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT
Di sebuah gang dekat Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY), terdapat sebuah toko yang dinilai pemiliknya bisa menghadirkan kembali kenangan masa kecil. Omah Mbokjajan, milik Dinda Aneswari, menawarkan ratusan produk jadul seperti jajanan Anak Mas dan Golden Chip, tamagotchi, kapal otok-otok, hingga kosmetik jadul seperti bedak Fanbo dan Tancho.
Dinda menjelaskan, toko ini berawal dari sebuah kerinduan. "Awalnya, saya kangen dan mau nostalgia dengan jajanan zaman dulu. Saya coba cari-cari di internet dan ternyata masih ada yang produksi,” cerita Dinda saat ditemui Pandangan Jogja di tokonya, Sabtu (19/2).
“Waktu itu saya masih kerja kantoran, jadi saya pesan untuk diri sendiri. Ketika paket sampai, teman-teman kantor ikut antusias dan minta dibagi. Lama-lama jadi tekor, akhirnya saya berpikir, ‘Kenapa nggak saya jual saja?’ Dari situlah Mbokjajan lahir," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Dinda mengenang, toko ini dimulai dengan hanya empat jenis jajanan dan tiga jenis mainan, kini Mbokjajan memiliki ratusan produk. Bahkan, tokonya pernah menerima undangan Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk ikut bazar di Singapura. Namun, perjalanan toko Mbokjajan tidak selalu mudah. Dinda mengakui bahwa tantangan terbesar adalah menemukan produk yang sudah tidak diproduksi lagi.
“Tantangannya promosi dan keberadaan produk itu sendiri. Beberapa produk sudah tidak diproduksi lagi, atau kemasannya berubah. Padahal, yang kita jual ini produk evocative (membangkitkan memori),” kata Dinda.
"Yang kita jual ini bukan sekadar barang, tetapi memori. Contohnya, jajanan jadul yang tidak ada di minimarket tetapi tetap dicari karena kenangan masa kecil. Anak Mas, itu produksinya sempat berhenti saat Covid-19 dan baru mulai lagi tiga bulan lalu," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Salah satu pengalaman paling berkesan bagi Dinda selama menjalankan Omah Mbokjajan adalah saat satu keluarga datang ke tokonya, dari eyang hingga cucu. Saat itu, eyang mengenalkan bedak Fanbo atau pomade Tancho ke cucu mereka. Hal itu baginya membuat toko ini lebih dari sekadar tempat belanja, tetapi juga jembatan antar generasi.
Dengan semakin banyaknya permintaan pelanggan yang ingin bernostalgia, Mbokjajan terus berkembang di media sosial dan turut memasarkan produk secara online. Ia mengaku kerap menerima pesanan hingga ke Hong Kong, Taiwan, Singapura, dan Malaysia. Bahkan, beberapa produk telah sampai ke Belanda oleh pelanggan yang ingin mengenang masa lalu mereka di perantauan.
"Kebanyakan pembelinya adalah pekerja migran yang rindu dengan jajanan masa kecil mereka," kata Dinda.
ADVERTISEMENT