Tren Aglonema Naik Lagi, Pedagang Untung dan Konsumen pun Investasi

Konten dari Pengguna
30 Oktober 2020 17:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Fahri Imron Gunawan, penjaga salah satu lapak tanaman hias, Pasar Telagareja, Sleman. Foto: Widi Erha Pradana.
zoom-in-whitePerbesar
Fahri Imron Gunawan, penjaga salah satu lapak tanaman hias, Pasar Telagareja, Sleman. Foto: Widi Erha Pradana.
ADVERTISEMENT
Hijau, putih, dan merah dari daun aglonema atau sri rejeki mendominasi pot di lapak-lapak tanaman hias di Yogyakarta. Siang itu hujan baru reda, tapi pengunjung cukup ramai lalu lalang di setiap lapak tanaman hias di Pasar Telagareja, Sleman.
ADVERTISEMENT
“Kalau ndak hujan biasanya lebih ramai lagi, kan dari pagi tadi hujan,” kata Fahri Imron Gunawan, penjaga salah satu lapak tanaman hias, Selasa (27/10).
Menurutnya, beberapa bulan terakhir aglonema menjadi tanaman hias yang paling dicari di lapaknya. Beberapa tahun silam, tanaman ini memang sempat menjadi tren di kalangan pecinta tanaman hias, sempat redup beberapa tahun, di tengah pandemi ini aglonema kembali banyak dicari.
“Mungkin ada pengaruhnya sama corona ya, orang-orang jadi hobi lagi sama tanaman hias,” lanjutnya.
Sebenarnya ada banyak jenis tanaman aglonema, bahkan ada yang harganya mencapai puluhan atau ratusan juta rupiah. Namun di tokonya, dia hanya menyediakan aglonema-aglonema yang harganya masih terjangkau oleh masyarakat menengah.
Beberapa jenis aglonema yang paling laku di lapaknya adalah jenis stardust, big roy, pink katrina, dan snow white. Rata-rata, dia menjual aglonema dari kisaran Rp 75 ribu sampai Rp 500 ribu. Kuncinya, semakin langka jenisnya, maka akan semakin tinggi harganya.
ADVERTISEMENT
“Kalau jarang ada yang punya, pasti harganya tinggi. Sama ukurannya, semakin tinggi dan besar semakin mahal. Rata-rata semuanya naik dua kali lipat dari kemarin sebelum tren,” ujar Imron.
Tanaman Indoor Lebih Banyak Digemari
Deni Utama. Foto: Widi Erha Pradana.
Di lapak tanaman hias lainnya, Deni Utama juga sedang sibuk melayani para pelanggannya. Sama seperti di lapak Imron, di tempat Deni aglonema juga sedang merajai penjualan tanaman hias.
Menurutnya, saat ini tanaman hias yang dicari adalah jenis tanaman indoor atau dalam ruangan yang tidak berbunga. Tanaman hias daun menurutnya sedang sangat digemari sebagai penghias dalam rumah, selain karena tidak butuh banyak sinar matahari juga membuat ruangan terlihat semakin elegan dan estetik.
“Enggak berbau juga kan, jadi enggak ganggu walaupun ditaruh di dalam rumah,” ujar Deni.
ADVERTISEMENT
Di antara tanaman hias daun, di lapaknya, aglonema juga paling banyak dicari. Banyaknya pilihan warna juga menjadi salah satu faktor kenapa aglonema lebih banyak dicari ketimbang tanaman hias indoor lainnya. Ada yang berwarna hijau, kuning, keputihan, juga merah.
Hampir semua jenis aglonema menurutnya mengalami kenaikan harga yang signifikan, namun yang paling mencolok menurutnya jenis suksom.
“Itu sampai daun 10 harganya Rp 500 ribu, sebelumnya paling Rp 250 ribu,” ujarnya.
Di dunia bisnis tanaman hias, menurutnya naik turunnya tren sebuah tanaman adalah hal yang pasti. Selalu ada satu jenis tanaman tertentu yang tiba-tiba naik, namun beberapa lama kemudian harganya akan kembali turun ke harga normal dan diikuti kenaikan harga jenis tanaman lainnya.
ADVERTISEMENT
“Mungkin karena sudah banyak yang membudidayakan ya, karena stoknya banyak otomatis harganya turun lagi,” ujar Deni.
Hiasan sebagai Investasi
Foto: Widi Erha
Intan Nurhidayah adalah salah seorang pelanggan yang saat itu sedang berburu tanaman hias untuk dipajang di dalam rumahnya. Sudah cukup lama dia menjadi pecinta tanaman hias dan sudah cukup banyak memiliki koleksi aglonema atau sri rejeki di rumahnya.
“Punya red sumatra, pink katrina, sama snow white. Ini mau coba cari tambahan koleksi lagi,” ujar Intan yang sudah sekitar lima belas menit di lapak itu namun belum menemukan buruannya.
Dia sebenarnya tidak hanya suka dengan aglonema, dia juga menyukai berbagai jenis tanaman hias lain seperti anggrek, kaktus, monstera, juga janda bolong yang juga menjadi tren baru beberapa bulan terakhir.
ADVERTISEMENT
Selain sebagai penghias ruangan, dia juga mengoleksi berbagai jenis tanaman hias karena bisa menjadi investasi juga. Beberapa kali dia menjual tanaman hias miliknya dengan keuntungan sampai dua kali lipat dari harga dia beli.
“Sedikit-sedikit juga saya budidayakan, terus beberapa kali ditawar temen,” kata Intan.
Foto: Widi Erha
Misalnya aglonema, karena sebelum menjadi tren beberapa bulan terakhir, dia sudah memiliki cukup banyak koleksi di rumahnya. Ketika membeli, harganya belum tinggi seperti sekarang. Beberapa tahun ditanam di rumah, tanaman-tanaman hiasnya mulai beranak pinak sehingga dia juga perlu mengurangi koleksinya supaya ada ruang untuk koleksi lain yang belum dia punya.
“Jadi investasi juga lama-lama, enggak cuman aglonema, tapi yang lain juga gitu, kayak anggrek juga beberapa kali saya jual,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dia tidak khawatir kalau nanti harga tanaman yang dia beli akan anjlok, karena tujuan awal dia membeli memang untuk penghias rumah bukan untuk bisnis. Bahwa kemudian dia mendapat keuntungan, baginya itu adalah bonus.
“Kalaupun nanti harganya anjlok, pasti ada waktunya dia naik lagi. Selama ini kayak gitu sih polanya,” ujar Intan. (Widi Erha Pradana / YK-1)