Tuntutan Gaya Hidup dan Gempuran Iklan Bikin Mahasiswa Rentan Terjerat Pinjol

Konten Media Partner
21 November 2022 14:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi jeratan pinjaman online (pinjol). Foto: Kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi jeratan pinjaman online (pinjol). Foto: Kumparan
ADVERTISEMENT
Ratusan mahasiswa Universitas IPB dikabarkan menjadi korban pinjaman online (pinjol) dengan total kerugian diperkirakan mencapai Rp 2 miliar lebih.
ADVERTISEMENT
Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Arie Sujito, mengatakan kasus ini menunjukkan bahwa mahasiswa menempati posisi yang rentan di tengah semakin maraknya tawaran pinjol. Ada beberapa hal yang menurut dia membuat mahasiswa menjadi rentan terjerat pinjol, salah satunya karena tuntutan gaya hidup.
Tuntutan gaya hidup yang semakin tinggi ini juga tidak lepas dari fenomena media sosial yang makin intens menampilkan berbagai kemewahan. Hal itulah yang membuat gaya hidup mahasiswa semakin konsumtif, mulai dari fesyen, liburan, nongkrong di kafe mahal, atau beli ponsel keluaran terbaru.
“Karena hari ini media sosial telah menjadi ajang pamer, dan tidak jarang ada mahasiswa yang memaksakan kemampuannya untuk mengikuti tren di media sosial itu,” kata Arie Sujito saat dihubungi, Senin (21/11).
ADVERTISEMENT
Di tengah tuntutan gaya hidup yang makin konsumtif, mahasiswa disuguhi dengan berbagai iklan aplikasi pinjol dengan penawaran-penawaran yang menggiurkan. Misalnya kemudahan pencairan pinjaman sampai iming-iming bunga yang rendah.
“Pinjol ini semakin liar dan begitu eksesif masuk mempengaruhi lewat iklan yang membabi-buta di semua media sosial,” lanjutnya.
Sosiolog UGM, Arie Sujito, saat diwawancarai awak media di UGM. Foto: Widi RH Pradana
Situasi ini diperparah dengan rendahnya literasi mahasiswa, terutama terkait dengan risiko di balik transaksi pinjol. Akibatnya, seringkali mereka termakan oleh iklan-iklan pinjol di media sosial yang sangat menggiurkan namun ternyata memiliki syarat dan ketentuan yang tidak dijelaskan di iklan tersebut.
Karena itu, kampus menurut Arie perlu melakukan edukasi kepada mahasiswanya, terutama mengenai risiko dan konsekuensi dari mengambil pinjaman di aplikasi pinjol.
“Karena begitu risiko itu dialami, maka implikasinya pada soal nama baik dan teror mental, dan itu akan membuat mereka jadi ­down, karena kecenderungan di pinjol ini membuat para mahasiswa tidak berdaya,” kata Arie Sujito.
ADVERTISEMENT
Pemerintah melalui lembaga-lembaga terkait menurut dia juga perlu memberikan perhatian serius kepada fenomena ini. Perlu ada advokasi kelembagaan yang bisa menyelamatkan para mahasiswa dari jeratan pinjol, sebab kasus ini bukan hanya kasus perorangan, tapi permasalahan yang sistemik.
“Harus ada solusi strategis, apakah itu melalui OJK atau yang lain. Pemerintah tidak bisa menganggap ini remeh, takutnya ini juga menimpa kepada perguruan tinggi yang lain,” tegasnya.