Udah Kenal SiBakul Jogja? Free Ongkirnya Sampai Rp 3,5 Miliar

Konten Media Partner
28 Januari 2023 16:34 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Dinas Koperasi dan UKM, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Srie Nurkyatsiwi. Foto: ESP
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Dinas Koperasi dan UKM, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Srie Nurkyatsiwi. Foto: ESP
ADVERTISEMENT
Ongkos kirim (ongkir) masih menjadi daya tarik utama tukang belanja online di Indonesia. Lihat saja setiap kali promo di belanja online, free ongkir masih menjadi andalan. Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) tiap 12/12 (12 Desember) pun andalannya juga gratis ongkir.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Koperasi dan UKM, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Srie Nurkyatsiwi, mengatakan berdasar beberapa riset, ongkir memang masih menjadi kunci penting bagi transaksi online.
Pertama, mayoritas konsumen memiliki perilaku impulsif saat belanja online. Browsing-browsing, kalau ada yang menarik, beli. Maka tawaran free ongkir masih menjadi daya tarik utama dari perilaku impulsif tersebut.
“Coba deh, lihat-lihat, trus ada barang suka, ada capnya free ongkir, pasti kan tertarik. Kenapa? Karena nggak perlu ribet bayangin harga akhirnya. Harga sudah jelas saat check out, nggak perlu bolak-balik cek dulu berapa ongkirnya, jadinya total berapa, bandingin dengan yang lainnya, ribet banget kan,” kata Bu Kadis (Kepala Dinas) yang akrab disapa Bu Siwi ini, saat ditemui di kantornya, Jumat (26/1).
Posters Harbolnas. Foto: Istimewa
Faktor kedua adalah biaya logistik di Indonesia itu masih sangat tinggi yakni sekitar 23-24 persen kalah jauh dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Thailand 15 persen, Malaysia 13 persen, Singapura 8 persen, bahkan Vietnam hanya 20 persen.
ADVERTISEMENT
Biaya logistik terdiri dari gudang, packing, pencatatan, tenaga kerja, dan pengantaran atau distribusi. Sementara khusus untuk distribusi diperkirakan mencapai 7-14 persen sendiri.
“Kalau tambah ongkir itu sebenarnya rata-rata tambah biaya bagi pembeli itu kira-kira 7-14 persen. Jadi wajar sekali kan kalau pembeli tertarik dengan promo gratis ongkir,” jelas Siwi.
Salah satu produk dari brand Keewa, salah satu UMKM di DIY yang jadi dampingan Diskop UKM DIY. Foto: Dok. Keewa
Namun bagi pedagang, apalagi usaha-usaha skala mikro, biaya tambahan 7-14 persen itu sangat memberatkan jika harus mereka tanggung untuk diberikan pada konsumen dalam promo gratis ongkir.
Padahal, pelaku usaha di DIY didominasi oleh usaha mikro. Siwi mengutip kajian Bank Indonesia (BI) DIY dimana karakter perekonomian DIY didominasi oleh industri mikro dan kecil sebesar 85 persen dengan menyumbang penyerapan tenaga kerja sebesar hampir 79 persen dari total lapangan kerja yang ada di DIY.
ADVERTISEMENT
“Jumlah UMKM kita di SIBAKUL itu 341 ribu. Hampir 90 persen merupakan pelaku usaha mikro. Bagaimana cara cepat untuk membantu mereka bisa sukses jualan di e-commerce? Subsidi saja ongkirnya,” jelas Siwi.
Anggaran Rp 3,5 Miliar untuk Subsidi Ongkir
Srie Nurkyarsiwi (kanan) mendampingi Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, meresmikan SiBakul Jogja sebagai markethub UMKM di DIY. Foto: Humas Pemprov DIY
Srie Nurkyatsiwi mengatakan, dinas yang ia pimpin memiliki program subsidi yang dimulai pada pandemi lalu. Awalnya anggaran hanya Rp 259 juta lalu naik menjadi Rp 1,2 miliar pada 2021, Rp 2 miliar pada 2022, dan dianggarkan sebesar Rp 3,5 miliar pada tahun ini.
Syarat mudah untuk mendapat subsidi ongkir, UMKM di DIY hanya perlu mendaftar ke aplikasi SiBakul.
“Jadi semua UMKM yang ikut program free ongkir SiBakul bisa ngasih cap di produk mereka free ongkir. Nanti kita yang bayar ke logistik, kita kerjasama dengan PT Pos, Gojek, Grab, Jogjakita, dll banyak. Pokokke ora isih mikir, daftar sik di SiBakul, nko dibimbing sama petugas nek masih bingung (Pokoknya enggak usah bingung daftar saja dulu di SiBakul, nanti dibimbing petugas kalau masih belum tahu),” papar Siwi.
Wisnu Hermawan dan Srie Nurkyatsiwi, dalam sebuah kesempatan bertemu dengan Kepala OJK DIY, Parjiman, (tengah) membahas dinamika kredit UMKM di DIY. Foto: Dok. Dinas Koperasi dan UKM DIY.
Di kesempatan yang sama Kepala Bidang Layanan Kewirausahaan Koperasi dan UKM Dinas Koperasi dan UKM DIY Wisnu Hermawan menjelaskan total bujet Rp 3,5 miliiar yang disediakan pada tahun ini dibagi dalam 2 kategori pengiriman yakni pengiriman domestik sebesar Rp 2,5 miliar, dan pengiriman luar negeri sebesar Rp 1 miliar. Dan layanan subsidi ongkir ini akan dibuka kembali bersamaan dengan even Travelmart Asean Tourism Forum (ATF).
ADVERTISEMENT
“ATF besok cuma 4 hari pameran, 2-5 Februari 2023, kita akan membuka layanan free ongkir bagi pembelian produk UMKM yang ada dalam gerai UMKM selama ATF berlangsung. UMKM yang ikut pameran sudah kita gratiskan harga tenantnya masih ditambah free ongkir. Kita benar-benar ingin memanfaatkan ATF untuk push mempromosikan produk-produk UMKM DIY,” kata Wisnu.
Wisnu juga menjelaskan, total nilai transaksi dari subsidi ongkir rata-rata sebesar 7 kali dari harga ongkir. Jadi jika ada subsidi Rp 3,5 Miliar, minimal akan ada Rp 24,5 miliar total nilai transaksi.
Hal itu belum termasuk benefit ekonomi yang berputar, salah satunya misalnya pada pelaku ojek online yang kebanyakan juga warga sekitar, yang jumlahnya mencapai 10.000 orang.
ADVERTISEMENT
Multiplier effectnya kan laba UMKM akan lebih besar sehingga dia bisa tumbuh lebih cepat dan kalau tumbuh cepat maka serapan lapangan kerja juga lebih banyak lagi. Jadi jangan lihat sekadar free ongkirnya tapi dampak lanjutannya akan panjang,” papar Wisnu.
Terakhir Wisnu menerangkan bahwa seluruh dana subsidi free ongkir melalui platform SiBakul didanai oleh Dana Keistimewaan (Danais).