UGM Bakal Konversi Kegiatan Aktivis Jadi SKS: Aktivis Tak Akan Lulus Lama Lagi

Konten Media Partner
4 Agustus 2022 14:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Rektor UGM Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat, dan Alumni, Arie Sujito. Foto: Widi RH Pradana
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Rektor UGM Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat, dan Alumni, Arie Sujito. Foto: Widi RH Pradana
ADVERTISEMENT
Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat dan Alumni, Arie Sujito mengatakan bahwa UGM akan mengkonversi kegiatan-kegiatan aktivis mahasiswa menjadi satuan kredit semester (SKS). Hal itu berkaitan dengan tuntutan mahasiswa untuk cepat lulus dan makin singkatnya masa studi mereka.
ADVERTISEMENT
"Kalau aktivis ini tidak direkognisi, sementara tuntutan cepat lulus sangat tinggi, ya enggak adil. Sepi nanti kampus," kata Arie Sujito ketika ditemui selepas acara pertemuan alumni UGM di Medan, Sumatra Utara, Rabu (⅜) malam.
Menurut dia, aktivitas dan pengalaman mahasiswa di luar kelas juga mesti dihargai sebagai bagian dari perkuliahan. Misalnya pengalaman mereka dalam melakukan pengorganisiran komunitas masyarakat, advokasi masyarakat-masyarakat marginal, menginisiasi diskusi, penumbuhan ekonomi kreatif, dan sebagainya.
"Karena sangat naif jika prestasi mahasiswa hanya diukur dari capaian mereka di dalam kelas saja," lanjutnya.
Dengan begitu, harapannya beban para aktivis bisa sedikit lebih ringan dan bisa tetap lulus tepat waktu meskipun aktif di berbagai kegiatan luar kelas.
Arie Sudjito. Foto: Dok. Fisipol UGM
Namun, tidak semua kegiatan aktivis menurut dia bisa dikonversikan sebagai SKS. Kegiatan yang bisa dikonversikan adalah yang benar-benar punya dampak positif bagi masyarakat. Sehingga akan tetap ada indikator yang bisa menjadi ukuran sejauh mana kegiatan tersebut bisa dikonversikan menjadi SKS.
ADVERTISEMENT
"Kalau asal aktivis nant malah pada males kuliah, harus ketat ukurannya," ujarnya.
Adapun kegiatan aktivisme yang akan didorong nantinya adalah kegiatan-kegiatan yang bisa mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis serta kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Jika misalnya kegiatan tersebut belum cukup kuat untuk dikonversikan menjadi SKS, alternatifnya adalah mereka akan diberi semacam sertifikat bahwa mereka aktif di kegiatan tersebut. Harapannya, sertifikat itu nantinya bisa berguna ketika mereka melamar pekerjaan setelah lulus.
Saat ini, aturan tersebut menurut Arie sedang dikaji dan dirumuskan untuk memperoleh mekanisme yang ideal.
"Jadi stigma aktivis lulusnya lama itu harus dihapus, karena zamannya beda dengan dulu, sekarang ada batasan masa studi," kata Arie Sujito.