Ular Makin Sering Masuk Rumah di Yogya, Paling Suka Cari yang Punya Ternak Bebek

Konten Media Partner
16 Desember 2021 20:29 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kasus ular masuk rumah sepanjang musim hujan kali ini di Yogyakarta didominasi oleh rumah-rumah yang memiliki kandang ternak bebek.
Ilustrasi ular sanca. Foto: Pexels
Kasus ular masuk rumah sepanjang musim hujan kali ini di Yogyakarta didominasi oleh rumah-rumah yang memiliki kandang ternak bebek.
ADVERTISEMENT
Masuknya musim hujan makin deras membuat sejumlah rumah warga di Yogyakarta dimasuki ular. Sepanjang tahun memang ada kasus ular masuk rumah namun kasus didominasi saat musim hujan datang.
Sepanjang 2021, regu pemadam kebakaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul telah mengevakuasi 137 ular masuk rumah dan mayoritas di awal dan akhir tahun saat musim hujan datang. Sama, Unit Damkar Sleman, mengevakuasi 104 ular, sedangkan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkarmat) Kota Yogyakarta, melakukan evakuasi ular masuk rumah sebanyak 33 kali sepanjang 2021.
Anggota Tim Damkarmat Kota Yogyakarta, Hendro Syaiful Rahmad, mengatakan bahwa pada musim penghujan seperti sekarang, kasus ular masuk rumah memang lebih sering terjadi. Kasus-kasus tersebut paling sering terjadi terutama di rumah-rumah yang memelihara ternak seperti bebek, ayam, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
“Karena ular kan mencari mangsa, dan bebek itu dia anggap sebagai makanan dia,” kata Hendro Syaiful Rahmad saat dihubungi, Rabu (15/12).
Hendro Syaiful Rahmad. Foto: Widi Erha Pradana
Apalagi jika di sekitar kandang ternak itu terdapat semak-semak yang tidak terurus. Semak-semak itu menjadi salah satu tempat tinggal favorit ular karena merasa aman. Karena itu, jika di sekitar rumah terdapat semak belukar, Hendro menyarankan untuk membersihkan dan merapikannya supaya tidak jadi sarang ular.
Selain itu, rumah yang berada di sekitar sungai menurut dia juga memiliki tingkat kerawanan yang lebih tinggi. Sebab, jika hujan turun dan permukaan air sungai meningkat, ular-ular yang berada di tepian sungai akan naik ke permukaan dan mencari tempat berlindung yang lebih aman.
“Ketika air sungai naik, dia cari perlindungan, makanya sering masuk ke rumah-rumah yang ada di dekat sungai,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Adapun jenis ular yang paling sering dievakuasi selama musim penghujan ini di antaranya adalah ular sanca, cecak, sampai ular kobra jawa. Untuk ular sanca, bahkan yang kerap dievakuasi oleh damkar sudah berukuran cukup besar.
“Kebanyakan di atas 1,5 meter panjangnya yang sering kita temui,” ujarnya.
Meski sebagian ular yang masuk ke pemukiman atau rumah penduduk merupakan jenis ular yang tak berbisa, namun menurutnya masyarakat mesti tetap waspada dan memperhatikan lingkungan sekitarnya supaya tidak menjadi tempat yang ideal untuk sarang ular. Selain membersihkan semak yang ada di sekitar rumah, sebisa mungkin juga menghindari adanya tumpukan barang-barang tak terpakai karena itu juga bisa jadi habitat ular.
Untuk mencegah ular masuk rumah, menurutnya juga bisa dengan menyemprotkan wangi-wangian ke setiap ruangan seperti parfum, karbol, atau kapur barus.
ADVERTISEMENT
“Karena ular peka sama bau-bauan dan dia enggak suka,” kata Hendro Syaiful Rahmad.
Hidup Berbagi Ruang dengan Ular
Donan Satria Yudha. Foto: Widi Erha Pradana
Dosen pengampu mata kuliah Herpetologi dari Laboratorium Sistematika Hewan Fakultas Biologi UGM, Donan Satria Yudha, dalam sebuah wawancara dengan Pandangan Jogja mengatakan bahwa habitat alami ular sebenarnya berada di daerah-daerah yang lembab dan rimbun seperti hutan. Ketika ular ditemukan di pemukiman warga, itu menandakan habitat aslinya telah berkurang. Hilangnya habitat membuatnya mencari tempat tinggal lain yang bagi mereka lebih nyaman, salah satunya rumah penduduk.
“Rumah penduduk kan hangat, enak, nyaman ya bagi mereka untuk tinggal di situ,” kata Donan Satria Yudha.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, langkah yang tepat menurut dia bukanlah membasmi ular dengan membabi-buta, melainkan bagaimana manusia berbagi ruang hidup dengan mereka. Donan juga menolak jika kemunculan ular-ular tersebut merupakan wabah atau hama, karena bagaimanapun mereka juga punya hak untuk hidup.
ADVERTISEMENT
Cara berbagi ruang itu misalnya dengan membuat shelter-shelter di belakang rumah sebagai tempat tinggal ular, sehingga mereka tidak masuk ke dalam rumah. Atau dengan menyediakan tumpukan batu atau kayu yang lokasinya cukup jauh dari rumah.
“Tapi jangan terlalu dekat sama rumah, sehingga ketika ular yang datang dari hutan atau sungai, mereka akan lebih cenderung masuk ke shelter itu, bukan masuk ke rumah,” lanjutnya.
Atau bisa juga membuat semacam bangunan seperti kamar mandi yang lembab atau kolam, khusus sebagai shelter agar ular tak masuk ke rumah. Tapi itu hanya bisa terjadi kalau manusia mau sedikit berbagi dengan mereka, berpikir bahwa bukan hanya manusia yang hidup di muka bumi ini.
Dari shelter itu, nantinya juga bukan hanya ular yang tinggal di sana, bisa juga kadal, berbagai macam serangga, kalajengking, burung, dan sebagainya sehingga akan menjadi habitat mikro untuk mereka. Namun prinsip keseimbangan itu belum banyak dipahami oleh manusia.
ADVERTISEMENT
Menjaga kebersihan rumah juga penting, terutama dari sisa-sisa makanan. Sisa-sisa makanan ini akan menjadi sumber makanan untuk tikus, yang nantinya akan memancing ular untuk masuk ke dalam rumah.
“Kita harus menyadari kalau kita tidak hidup sendiri di Bumi, ada makhluk lain, dan mereka juga punya hak, punya teritori, punya habitat spesifik,” ujar Donan. (Widi Erha Pradana / YK-1)