Konten Media Partner

Usaha Perajin Perak & SiBakul Jogja Selamatkan Industri Logam DIY yang Terpuruk

16 Juli 2024 14:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perajin perak dan pemilik Borobudur Silver, Selly Sagita. Foto: Nawalre Bujanadi/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Perajin perak dan pemilik Borobudur Silver, Selly Sagita. Foto: Nawalre Bujanadi/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Industri logam di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sedang dalam situasi yang sulit. Di antara tiga sektor kerajinan (batik, kulit, dan logam), kerajinan logamlah yang kondisinya paling terpuruk di Jogja.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan oleh seorang perajin perak asal Jogja, Selly Sagita, yang juga pemilik Borobudur Silver. Kini, Selly sedang berusaha membangkitkan lagi industri logam di Jogja melalui program SiBakul yang disediakan Dinas Koperasi dan UKM DIY.
“Dari tiga industri (batik, kulit, dan logam) yang paling terseok-seok adalah logam yang sebetulnya dulu itu sebagai ikon Jogja. Alasannya, ketersediaan tenaga ahli untuk proses pembuatan itu semakin langka dan berkurang, kebanyakan mereka alih profesi,” kata Selly, Rabu (3/7).
Koleksi perhiasan perak di Borobudur Silver. Foto: Nawalre Bujanadi/Pandangan Jogja
Menurut dia, program SiBakul Jogja sebenarnya telah banyak membantu untuk membangkitkan industri logam di Jogja, khususnya perak.
“Bukan hanya membantu perusahaannya, namun juga menyelamatkan industri logam yang tentunya untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Misalnya, tiap ada event marathon yang diadakan Diskop UKM DIY, medali yang disediakan selalu berbahan dasar logam yang dibuat secara handmade dari para perajin di Jogja.
Papan nama Borobudur Silver di bagian dalam toko. Foto: Nawalre Bujanadi/Pandangan Jogja
Dari sisi penjualan, SiBakul Jogja juga menyediakan fasilitas berupa promosi dan gratis ongkos kirim (ongkir).
“Inilah yang kami harapkan, pemerintah itu hadir. Fasilitas yang diberikan sangat menarik karena sekarang UKM di Jogja itu belum kuat untuk 100 persen mandiri,” ujarnya.

Perajin Makin Langka, Pakai Tenaga Alam Jadi Perajin

Kelompok perajin perak di Borobudur Silver. Foto: Nawalre Bujanadi/Pandangan Jogja
Untuk menyiasati jumlah pekerja yang makin sulit, Selly mencoba inovasi baru, yakni dengan menggunakan tenaga dari alam untuk mencetak logam. Misalnya, ia melakukan pencetakan logam dengan motif dari dedaunan.
“Karena tenaga kerja semakin langka, kami mencoba tenaga kerjanya digantikan oleh alam, apa adanya, yaitu dengan daun. Jadi, kami ubah daun menjadi logam, tidak perlu ribet mengarang (pola) dan menatah-natah lagi. Tapi, tentunya ini ada proses dari laboratorium,” kata Selly.
Beberapa produk hiasan yang dibuat menggunakan logam di Borobudur Silver. Foto: Nawalre Bujanadi/Pandangan Jogja
Selly juga mengklaim bahwa ide ini adalah penemuan pertama di Indonesia. Dirinya siap untuk mempopulerkan metode baru ini ke kancah internasional bila diperlukan agar kembali membangkitkan semangat industri logam di Jogja.
ADVERTISEMENT
Sebagai informasi, Borobudur Silver telah berdiri sejak 1989 dan bergerak di bidang pembuatan perhiasan serta suvenir berbasis logam, seperti tembaga dan perak. Selain keluaran baru dengan proses pelogaman daun itu, Selly menyebutkan bahwa semua produk di sini 100 persen handmade.
Tas yang diukir secara handmade dengan desain yang dibuat oleh Selly. Foto: Nawalre Bujanadi/Pandangan Jogja
Selama 35 tahun perjalan Borobudur Silver, Selly menyebutkan bahwa dirinya sudah memasarkan produk kerajinan logamnya hampir ke seluruh dunia. Mulai dari negara tetangga Australia, hingga yang terjauh ke Afrika Selatan.
“Bisa dibilang 5 benua. Negara Asia, seperti Hongkong, Korea Selatan, Jepang, dan Tiongkok. Di Eropa saya sudah ke Jerman dan Italia. Kemudian, paling jauh itu di Johannesburg dan Cape Town, Afrika Selatan,” ungkap Selly.
Perhiasan perak anting-anting dan gelang yang ada di Borobudur Silver. Foto: Nawalre Bujanadi/Pandangan Jogja
Produk kerajinan logam yang dibuat olehnya mulai dari perhiasan seperti anting, gelang, kalung, dan produk fesyen seperti tas. Borobudur Silver juga menyajikan beragam suvenir seperti pajangan dan hiasan. Harga produk di Borobudur Silver berkisar mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 5 juta.
ADVERTISEMENT
“Perhiasan perak paling mahal Rp 4-5 juta dan paling murah dari Rp 150 ribu. Kalau yang tembaga jauh lebih murah, dari harga Rp 50 ribu sampai Rp 2 juta,” kata Selly.