Konten Media Partner

Usai Nonton Debat, Banyak Mahasiswa UGM Ajukan Pindah Memilih Biar Bisa Nyoblos

11 Januari 2024 19:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mahasiswa UGM mengurus pindah memilih di posko yang disediakan di GOR Pancasila UGM, Kamis (11/1). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa UGM mengurus pindah memilih di posko yang disediakan di GOR Pancasila UGM, Kamis (11/1). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Sebanyak 2.428 mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengajukan pindah memilih melalui layanan yang disediakan UGM dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sleman untuk para mahasiswa UGM.
ADVERTISEMENT
Layanan tersebut disediakan supaya para mahasiswa dari luar daerah yang tidak pulang saat hari pemungutan suara bisa tetap menggunakan hak pilihnya di Yogya.
Jumlah mahasiswa yang mengajukan pindah memilih itu merupakan akumulasi dari tanggal 13 Oktober 2023 sampai Kamis (11/1).
Posko pindah memilih yang dibuka oleh UGM pada Kamis (11/1). Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Dari 2.428 mahasiswa yang mengajukan pindah memilih itu, 255 di antaranya melakukan proses pindah memilih di posko yang disediakan khusus oleh UGM di GOR Pancasila. Posko itu hanya beroperasi sehari pada Kamis (11/1) hingga pukul 15.00 WIB saja.
“Tidak semua bisa kami fasilitasi karena ada keterbatasan kuota dari KPU. Yang tidak bisa terfasilitasi kami arahkan ke KPU kabupaten/kota terdekat dengan kos atau kontrakan mereka, atau ke PPK Kecamatan terdekat,” kata Pengelola Kemahasiswaan Ditmawa UGM, Ahmad Yuana Putra, Kamis (11/1).
Pengelola Kemahasiswaan Ditmawa UGM, Ahmad Yuana Putra. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Ahmad menyampaikan, banyak mahasiswa yang mengajukan pindah memilih setelah menonton debat capres-cawapres yang digelar KPU. Proses debat menurutnya membuat banyak mahasiswa yang awalnya berniat untuk golput namun akhirnya memutuskan untuk menggunakan hak pilihnya.
ADVERTISEMENT
“Sebagian besar menyatakan memproses DPTb (Daftar Pemilih Tambahan) ini karena setelah menyaksikan debat capres dan cawapres, sehingga kemudian mereka merasa sayang kalau hak suaranya enggak digunakan,” ujarnya.
Proses pengajuan pindah memilih ini menurutnya sangat mudah. Mahasiswa cukup membawa e-KTP dan surat keterangan belajar dari kampus.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat dan Alumni UGM, Arie Sudjito. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat dan Alumni UGM, Arie Sudjito, mengatakan bahwa layanan pindah memilih ini memang harus disediakan untuk memfasilitasi para mahasiswa supaya bisa tetap menggunakan hak pilih mereka.
“Karena saking minatnya banyak, kalau misalnya tidak dilayani ya percuma. Makanya KPU kami ajak kerja sama supaya para mahasiswa yang punya hak pilih bisa terfasilitasi,” kata Arie Sudjito.
Lebih lanjut, Pemilu yang hanya dilaksanakan lima tahun sekali menurut Arie terlalu sayang untuk dilewatkan. Karena itu, UGM menurut dia berupaya supaya semua mahasiswa yang ingin menggunakan hak pilihnya dalam pemilu bisa difasilitasi dengan sebaik-baiknya.
ADVERTISEMENT
“Pemilu itu lima tahun tahun sekali, jadi terlalu sayang untuk dilewatkan, jadi kalau ada warga negara yang ingin menggunakan hak pilihnya harus kita fasilitasi lah, jangan sampai dipersulit,” ujarnya.