Konten Media Partner

Volantis dan MIPA UGM Inisiasi Program Akselerator, Jembatan Akademisi-Industri

17 Oktober 2024 16:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi penelitian teknologi. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penelitian teknologi. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Kesenjangan antara riset akademisi dengan kebutuhan industri menjadi tantangan terbesar Indonesia di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan industri. Banyak hasil riset luar biasa, namun gagal diimplementasikan karena kurangnya jembatan antara akademisi dan industri.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan oleh Founder Volantis Technology, Bachtiar Rifai, saat menerima Pandangan Jogja di kantornya di bilangan Jalan Palagan, Sleman, Kamis (17/10).
Untuk menjawab tantangan tersebut, Volantis yang merupakan perusahaan inovasi berbasis teknologi, bekerja sama dengan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM, meluncurkan program Akselerator untuk menjembatani gap antara dunia akademisi dengan industri.
Program Akselerator ini tidak hanya memberikan dukungan teknis, tetapi juga pendanaan riset bagi dosen dan peneliti di universitas. Tujuannya adalah memastikan bahwa riset tersebut bisa diterapkan langsung di sektor industri dan membawa dampak nyata.
“Kami melihat ada gap besar antara riset akademis dan penerapan di dunia industri. Volantis berupaya menjembatani hal ini dengan memberikan akselerasi pada riset-riset yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi solusi industri. Kami ingin agar inovasi akademisi Indonesia tidak hanya berhenti di laboratorium, tetapi bisa memberikan kontribusi nyata di dunia bisnis,” kata Bachtiar kepada Pandangan Jogja, Kamis (17/10).
ADVERTISEMENT
Bersama FMIPA UGM, Volantis membangun program akselerator yang terintegrasi di empat departemen, yakni Matematika, Fisika, Kimia, serta Ilmu Komputer dan Elektronika. Setiap departemen memiliki direktur akselerator yang bertugas untuk mengembangkan riset di bidang mereka masing-masing dan menjalin kerja sama langsung dengan industri terkait.
“Kami memastikan bahwa setiap riset yang dikembangkan melalui akselerator ini bukan hanya teori, tetapi solusi nyata yang dapat diaplikasikan oleh industri. Dengan demikian, kolaborasi antara akademisi dan industri bisa berjalan selaras,” ujarnya.
Founder Volantis Technology, Bachtiar Rifai. Foto: Istimewa
Setiap riset yang didukung oleh program akselerator akan dipasangkan dengan mitra industri yang sesuai, sehingga solusi yang dikembangkan bisa langsung diadopsi.
Program ini juga diharapkan bisa menjadi model bagi universitas-universitas lain di Indonesia. “Kami ingin akselerator ini menjadi model nasional. Tidak hanya di Yogyakarta, tapi bisa diterapkan di universitas-universitas lain yang ingin menghubungkan riset dengan industri,” ujar Bachtiar.
ADVERTISEMENT
Untuk meluncurkan program akselerator ini, Volantis dan FMIPA UGM akan menggelar Jogja Innovator Summit 2024 pada 18 Oktober besok, sebuah acara yang dirancang untuk mempertemukan akademisi, industri, startup, dan pemerintah. Acara ini menjadi momentum bagi Volantis untuk memaparkan visi besar mereka dalam menjembatani inovasi riset dengan kebutuhan industri.
Summit ini juga akan menghadirkan tokoh-tokoh industri terkemuka, termasuk Andi Boediman dari Ideosource dan beberapa venture capital ternama yang akan berbagi tentang bagaimana menciptakan startup berbasis riset yang siap didanai oleh investor.
Dekan FMIPA UGM, Kuwat Triyana. Foto: Mulyairfani/Pandangan Jogja
Dekan FMIPA UGM, Kuwat Triyana, mengatakan bahwa selama ini memang terjadi kesenjangan yang sangat besar antara riset akademisi dengan kebutuhan industri. Sangat kecil riset dari akademisi yang terpakai di dunia industri, sebagian besar hanya berakhir di publikasi.
ADVERTISEMENT
“Penghiliran produk inovasi melalui jalur mengundang industri untuk mengadopsi itu boleh dibilang keberhasilannya hanya 1 persen, tidak ada mungkin, kecil sekali,” kata Kuwat Triyana, Kamis (17/10).
Karena itu, program akselerator ini menurutnya sangat strategis untuk menjembatani antara riset akademisi dengan kebutuhan dunia industri.
“Kita akan melanjutkan hasil-hasil inovasi itu menjadi bermanfaat untuk masyarakat, dalam bahasa umumnya dihilirkan,” ujarnya.