Konten Media Partner

Waisak 2025 di Borobudur: Terbangkan 2.596 Lampion, Ada Baksos untuk 7.000 Orang

8 Mei 2025 11:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Candi Borobudur. Foto: Dok. Arif UT/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Candi Borobudur. Foto: Dok. Arif UT/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Perayaan Tri Suci Waisak 2569 BE/2025 di Candi Borobudur akan berlangsung lebih meriah. Panitia Nasional Waisak mengangkat tema "Tingkatkan Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan, Mewujudkan Kedamaian Dunia", dengan subtema "Bersatu, Mewujudkan Damai Waisak untuk Kebahagiaan Semua Makhluk".
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Panitia Waisak Nasional, Karuna Murdaya, mengatakan tema tersebut dipilih karena situasi dunia saat ini sedang tidak stabil. “Ini adalah salah satu prinsip paling dasar di agama Buddha juga sih, bahwa pengendalian diri itu sangat penting dan kebijaksanaan. Jadi kita fokuskan ke dasar-dasar agama Buddha juga,” ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (8/5).
Karuna menambahkan, nilai-nilai tersebut tidak hanya penting bagi umat Buddha, melainkan juga relevan untuk semua umat manusia. Ia berharap pesan kedamaian yang diusung bisa menyebar luas. “Sehingga dari fokus tersebut kita bisa sebarkan tidak hanya dengan warga Buddhis namun untuk seluruh umat yang ada,” katanya.
Ketua DPP Keluarga Cendekiawan Buddhis Indonesia (KCBI), Bhante Victor Jaya Kusuma; Dirut InJourney Destination Management, Febrina Intan; dan Wakil Ketua Panitia Waisak Nasional, Karuna Murdaya. Foto: Dok. Arif UT/Pandangan Jogja
Rangkaian acara Waisak sudah dimulai sejak 4 Mei 2025 dengan kegiatan pembersihan Taman Pahlawan. Setiap hari terdapat acara kecil yang diikuti berbagai tradisi Buddhis, seperti Kaju Monlam dan Nigma Monlam, dengan partisipasi biksu dari Tibet, India, hingga Eropa.
ADVERTISEMENT
Puncak acara sosial akan berlangsung pada 10 dan 11 Mei berupa bakti sosial yang menargetkan 7.000 hingga 8.000 pasien. “Dari operasi katarak, bedah minor, pengobatan gigi, pemasangan gigi palsu dan lain-lain,” jelas Karuna.
Prosesi utama Waisak akan digelar 12 Mei 2025, dimulai dari Candi Mendut hingga Borobudur, berlangsung pukul 14.00 hingga 16.00. Malam harinya, sebanyak 2.569 lampion akan diterbangkan sebagai simbol peringatan Waisak ke-2569. “Lampion yang paling besarnya jam 8.30 malam, setelah itu ada sembahyangan, meditasi dan perkumpulan semua aliran Buddhis sampai detik-detik Waisak jam 11.55.29 malam,” ujarnya.
Saat ini, 4.000 tiket untuk menerbangkan lampion sudah habis terjual sejak 4 Maret. Namun, masih tersedia tiket untuk menonton penerbangan lampion di peringatan Waisak.
ADVERTISEMENT
Tahun ini juga akan ada pertunjukan tambahan seperti drone show yang akan menampilkan 450 drone. Pemerintah turut mendukung perayaan ini, dan masyarakat sekitar dilibatkan secara aktif, baik sebagai relawan maupun pelaku ekonomi. “Ini bisa dibilang mungkin rata-rata 85 persen dari pengunjung ke acara Waisak ini bukan agama Buddhis,” kata Karuna. Ia menjelaskan, mayoritas pengunjung dan warga lokal beragama Islam, namun justru itulah yang memperkuat semangat kebersamaan dan toleransi dalam perayaan ini.
Konferensi pers jelang Perayaan Tri Suci Waisak 2569 BE/2025 di Candi Borobudur. Foto: Dok. Arif UT/Pandangan Jogja
Ketua DPP Keluarga Cendekiawan Buddhis Indonesia (KCBI), Bhante Victor Jaya Kusuma, menambahkan bahwa secara spiritual, peringatan Waisak merupakan momen untuk meneladani kebijaksanaan dan welas asih Siddharta Gautama. “Makna spiritual yang terkandung tentunya di dalam Waisak adalah bagaimana Siddharta berusaha untuk menjadi Buddha atau enlightenment people,” kata Bhante Victor.
ADVERTISEMENT
Nilai welas asih, menurutnya, diwujudkan lewat kegiatan sosial, sedangkan pencapaian pencerahan (enlightenment) ditransformasikan dalam kegiatan spiritual seperti meditasi dan pengambilan api dan air di Candi Mendut.
Ia menyebut Candi Borobudur sebagai tempat yang istimewa karena menjadi ruang harmoni antarumat beragama. “Yang mengurus Candi ini bukan orang Buddha, tetapi justru Ibu Iwit yang bukan beragama Buddha. Ketika Waisak juga yang datang ke tempat ini berbagai agama. Jadi benar-benar harmoni, kebersamaan, kedamaian kita di Indonesia itu sangat positif banget,” ujarnya.
Menurutnya, praktik harmoni antarmajelis Buddhis yang telah berlangsung di Indonesia sejak lebih dari 30 tahun lalu, kini bahkan diadopsi di India. “Yang datang ke Borobudur untuk melaksanakan Waisak itu sekitar 15 majelis yang berbeda. Dan ini hanya di Indonesia, di mana kita berdoa di altar yang sama dengan berbagai tradisi yang berbeda,” kata Bhante Victor.
ADVERTISEMENT