Konten Media Partner

Wakil Rektor UGM: Masalah Klitih sampai Tawuran Mesti Bisa Diatasi dengan KKN

5 Agustus 2022 20:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mahasiswa KKN UGM siap diberangkatkan ke daerah. Foto: Dok. UGM
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa KKN UGM siap diberangkatkan ke daerah. Foto: Dok. UGM
ADVERTISEMENT
Masalah kriminalitas di Yogyakarta, mulai dari kekerasan jalanan alias klitih sampai tawuran demi tawuran yang masih seringkali terjadi mestinya tak hanya menjadi tanggung jawab pihak kepolisian.
ADVERTISEMENT
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat, dan Alumni Universitas Gadjah Mada (UGM), Arie Sujito, mengatakan bahwa permasalahan tersebut juga mesti menjadi tanggung jawab perguruan tinggi. Pasalnya, perguruan tinggi menurut dia juga turut menyumbang permasalahan tersebut.
Banyaknya kampus-kampus berkualitas membuat Yogya didatangi oleh mahasiswa dari seluruh Indonesia. Namun, di sisi lain kondisi masyarakat yang heterogen itu juga telah meningkatkan potensi konflik di Yogya.
Karena itu, menurut Arie perguruan tinggi mesti ikut berperan aktif dalam upaya penanganan masalah tersebut, terutama dalam hal pencegahannya. Dan salah satu jalan yang bisa dilakukan oleh perguruan tinggi adalah Kuliah Kerja Nyata (KKN).
"Sayangnya seringkali kita hanya fokus KKN di daerah-daerah yang jauh, padahal di Yogya, di sekitar kampus, juga banyak sekali permasalahan yang penting untuk ditangani," kata Arie Sujito ketika ditemui saat mengunjungi mahasiswa KKN di Kabupaten Samosir, Sumatra Utara, Jumat (⅝).
Arie Sudjito. Foto: Dok. Fisipol UGM
Karena itu, Arie mengatakan UGM sedang menyiapkan KKN Komunitas. Konsepnya, mahasiswa nantinya akan bekerja sama dengan kampung-kampung di sekitar kampus untuk mengelola sumber daya yang ada.
ADVERTISEMENT
Jangan sampai, kampung-kampung di Yogyakarta merasa tidak diperhatikan oleh perguruan tinggi. Yang akhirnya akan membuat mereka menganggap kampus hanya menjadi beban saja bagi Yogyakarta.
Arie berharap, kampung, asrama, atau kos, tak sekadar menjadi tempat mahasiswa tidur dan belajar saja. Tapi mereka juga mesti bertanggung jawab untuk memberdayakan masyarakat setempat serta mencari solusi dari masalah-masalah yang ada.
"Seperti masalah-masalah kekerasan, kayak klitih atau tawuran seperti di Babarsari kemarin, hingga upaya-upaya pemberdayaan masyarakat, misalnya pengembangan UMKM," lanjutnya.
Salah satu langkah konkritnya misalnya dengan melakukan pengelolaan asrama-asrama mahasiswa dari berbagai daerah yang ada di Yogya. Asrama-asrama itu bisa dirangkul untuk melakukan kegiatan bersama, termasuk diajak ikut serta menyelesaikan permasalahan kekerasan di Yogyakarta.
"Sehingga stigma tawuran antaretnis yang saat ini ada di Yogya bisa kita cegah," ujarnya.
ADVERTISEMENT
KKN Komunitas ini menurut dia telah dimasukkan ke dalam salah satu target capaian 100 hari kerja pengurus rektorat UGM. Dia berharap dengan adanya KKN Komunitas ini nantinya masyarakat di kampung-kampung sekitar juga akan merasa memiliki kampus-kampus yang ada, terutama UGM.
"Ini adalah tanggung jawab moral perguruan tinggi atas kampung tempat dimana dia tinggal," kaya Arie Sujito yang juga seorang sosiolog ini.