Warga Gunungkidul Sering Bela-belain Utang demi Kondangan

Konten Media Partner
28 September 2023 11:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi resepsi pernikahan. Foto: Jivaorganizer/Indonesia.go.id
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi resepsi pernikahan. Foto: Jivaorganizer/Indonesia.go.id
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tradisi jagong atau kondangan menjadi biaya sosial yang memberatkan bagi banyak warga di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pasalnya, selain nominal kondangan yang semakin tinggi, jumlah undangan juga semakin banyak.
ADVERTISEMENT
Retnoningsih, 44 tahun, salah seorang ibu rumah tangga di Kalurahan Siraman, Wonosari, Gunungkidul, mengatakan bahwa pada bulan-bulan tertentu, dalam sehari dia bisa menghadiri hajatan sampai lima tempat.
Jika yang hajatan tidak terlalu dekat, nominal kondangan biasanya cukup Rp 50 ribu. Tapi jika yang mengundang adalah orang yang kenal dekat, apalagi dia juga mengirim punjungan (undangan dalam bentuk makanan), maka minimal nominal undangan minimal Rp 100 ribu.
“Kalau bulan-bulan ramai itu, sehari bisa lima kali jagong (kondangan),” kata Retnoningsih saat dihubungi pada Rabu (27/9).
Besarnya kebutuhan untuk kondangan itu membuat warga Gunungkidul, termasuk Retno, seringkali mesti berutang untuk kondangan. Terlebih jika yang mengundang adalah teman dekat dan mengirim punjungan atau makanan.
ADVERTISEMENT
“Kalau tega, enggak kenal-kenal banget, ya enggak kondangan. Tapi kalau kenal, apalagi dipunjung, ya utang kalau memang pas enggak punya duit. Banyak yang seperti itu di sini,” ujarnya.
Warga di Gunungkidul mengantre saat akan kondangan. Foto: Dwi Paemos/Pandangan Jogja
Hal sama juga disampaikan oleh Fadli, 28 tahun, warga Genjahan, Ponjong, Gunungkidul. Di kampungnya, budaya jagong atau kondangan ini juga cukup memberatkan banyak orang.
Masyarakat menurut dia akan mengusahakan berbagai cara untuk bisa kondangan kepada orang yang telah mengundangnya. Alasan tidak enak hati dan demi menjaga hubungan sosial, membuat banyak orang rela berutang demi bisa kondangan.
“Ongkos sosial itu memang diprioritaskan, jadi untuk menghadiri dan memberikan amplop di acara hajatan itu banyak yang rela berutang,” kata Fadli.
“Kalau memang enggak punya uang, ya gimana caranya berutang,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini telah menjadi hal umum yang terjadi di tengah masyarakat sejak lama. Karena itu, di desanya biaya sosial seperti kondangan sudah seperti menjadi kebutuhan pokok.
“Apalagi misalnya undangan ini dari orang yang sering ketemu. Kalau enggak kondangan, pas ketemu pasti sungkan,” kata Fadli.