news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Warga Jakarta Bebas Stres di Jalanan Jogja: Tak Ada Klakson, Serasa di Tokyo

Konten Media Partner
29 Juni 2022 17:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Muhammad Anwar di Tokyo. Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Muhammad Anwar di Tokyo. Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Muhammad Anwar (50), warga Jakarta yang sudah bekerja dan tinggal di Jepang sejak 2008, mengungkapkan kekagumannya saat berlibur ke Jogja, Lebaran kemarin. Anwar, yang juga pengurus Dewan Mustasyar PCINU Jepang itu, mengaku sangat terkesan dengan minimnya pengguna jalan yang membunyikan klakson.
ADVERTISEMENT
“Rasanya seperti saya sedang ada di Tokyo,” kata Anwar saat dihubungi Pandangan Jogja @Kumparan, Selasa (28/6).
Saat itu, Anwar yang sedang pulang di Jakarta datang ke Jogja untuk menemui teman lamanya. Karena ingin menikmati suasana zaman dulu, dia memesan penginapan di sebuah hotel kecil di kawasan Jalan Malioboro.
Tugu Jogja Pada Malam Hari (Foto: dok : Flickr / Kusuma Aprianto)
Untuk mencapai penginapan itu, Anwar mesti masuk ke jalan-jalan kampung yang tidak terlalu lebar. Jalan itu hanya muat untuk dua mobil. Itupun jika ada dua mobil berpapasan mesti pelan-pelan supaya tidak bersenggolan.
“Saat itu ramai sekali, (lalu-lintas) ruwet, karena pas malam Minggu,” lanjutnya.
Karena tempat parkir hotel tempatnya menginap sudah penuh, Anwar tak bisa masuk. Dia menghentikan mobilnya di pinggir jalan untuk mengeluarkan kopernya dari mobil. Karena jalannya sempit, semua pengguna jalan di depannya ikut berhenti.
ADVERTISEMENT
Anwar agak panic. Dengan cepat dia buru-buru menurunkan koper dan semua barangnya dari dalam mobil, takut mengganggu pengguna jalan lain.
“Agak lama itu saya berhenti. Ada sekitar 1 menit,” ujarnya.
Setelah semua barang diturunkan, Anwar memutar balik mobilnya menuju sebuah lahan kosong untuk parkir. Otomatis, jalanan semakin macet. Anehnya, meski jalanan sangat ramai dan macet, Anwar tidak merasa stres seperti saat dia sedang berkendara di Jakarta.
“Saya pikir, jalanan ruwet tapi kok saya enggak stres. Baru saya ingat, oh enggak ada (yang membunyikan) klakson,” kata dia.
Perlintasan zebra cross di Tokyo. Foto: ESP
Situasi ini menurut dia mirip dengan Tokyo. Apalagi, seperti Tokyo, jalan-jalan di Jogja juga kecil. Meski sama-sama macet, dia tidak merasa stres saat berkendara di Tokyo karena jarang sekali orang membunyikan klakson.
ADVERTISEMENT
Di sana, klakson hanya dibunyikan pada dua situasi. Pertama, untuk berterima kasih kepada sesama pengguna jalan, misalnya karena sudah diberi ruang untuk jalan. Kedua, ketika seseorang sudah benar-benar marah. Jangankan klakson, lampu dim saja jarang sekali digunakan.
“Hampir tidak pernah orang bunyikan klakson. Saya sudah bertahun-tahun pakai mobil sampai lupa kayak apa suara klakson,” kelakarnya.
Hal yang sangat berbeda dia rasakan saat pulang ke Jakarta. Di jalan, hampir setiap saat dia mendengar bunyi klakson. Berhenti sebentar pasti orang-orang membunyikan klakson, macet sedikit klakson. Nyaris tak ada situasi tanpa klakson.
“Capek jantung saya kalau bawa mobil di Jakarta karena diklakson terus. Ternyata klakson memang bener-bener mempengaruhi fisik maupun psikis,” kata Muhammad Anwar.
ADVERTISEMENT