Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten Media Partner
Wisata di Jogja Makin Masif, Monyet Terusir dan Terpaksa Masuk Permukiman Warga
13 Januari 2022 18:44 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
“Habitat monyet ekor panjang sudah terusik oleh manusia dengan pengembangan wisata alam yang masif di daerah pesisir Bantul sampai Gunungkidul,” kata Kepala BKSDA DIY, M Wahyudi. #publisherstory
Konflik monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dengan masyarakat di sejumlah daerah di DIY hampir rutin terjadi setiap tahun, terutama di puncak musim kemarau yang mengakibatkan bahan makanan di habitat monyet makin menipis. Di tengah musim kemarau, monyet biasanya akan masuk ke lahan pertanian dan memakan komoditas pertanian milik warga. Namun tahun ini mereka datang lebih cepat, saat musim penghujan masih di puncaknya, mereka bukan hanya masuk ke perkebunan tapi juga ke dapur-dapur warga untuk mencari makanan.
ADVERTISEMENT
Seperti yang terjadi di Kalurahan Srimulyo, Kapanewon Imogiri, Bantul. Sejak dua bulan terakhir, monyet-monyet ekor panjang yang berhabitat di bukit Sriharjo mulai turun ke pemukiman penduduk, merusak genting dan masuk dapur untuk mencari makan.
“Sebenarnya sudah 2 bulan terakhir monyet ekor panjang menyerbu pemukiman. Tapi warga melaporkan, kejadian makin sering 2 minggu terakhir dan kelompoknya banyak sekali. Mereka makin beringas dan makin berani,” kata Kepala Desa Sriharjo, Titik Istiyawatun Khasanah ketika dihubungi, Jumat (7/1).
Mendapat laporan tersebut, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) DIY langsung mengirimkan petugas ke lokasi untuk melakukan pemantauan lapangan pada Selasa (11/1). Dan benar, monyet ekor panjang memang telah datang lebih awal dari biasanya.
Kepala Balai KSDA DIY, Muhammad Wahyudi, mengatakan penyebab utama perubahan perilaku monyet ini karena kondisi habitat yang makin terganggu oleh aktivitas manusia. Habitat mereka makin sempit, sumber makanan makin menyusut, sementara populasi mereka terus meningkat sehingga sumber makanan mereka lebih cepat habis dari biasanya.
ADVERTISEMENT
“Habitat monyet ekor panjang sudah terusik oleh manusia dengan pengembangan wisata alam yang masif di daerah pesisir Bantul sampai Gunungkidul, sehingga mereka bergeser ke bawah dan mendekat dengan pemukiman,” kata Muhammad Wahyudi, Rabu (12/1).
Tak hanya aktivitas wisata, alih fungsi hutan jadi lahan pertanian dan pemukiman juga turut jadi penyebab meningkatnya konflik antara monyet dengan masyarakat. Pemukiman penduduk yang makin mendekat dengan habitat monyet ekor panjang juga telah mengubah perilaku mereka dalam mencari makan. Alih-alih mencari makan di dalam hutan, mereka lebih memilih mencari makanan di pemukiman penduduk yang jauh lebih mudah.
“Karena yang mudah untuk mendapatkan makanan di pemukiman, maka kemungkinan monyet mencari makanan yang ada di rumah melalui genting atau jendela untuk menghindari manusia,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Peningkatan populasi yang tak terkendali juga jadi salah satu penyebab. Apalagi di sisi lain jumlah predator mereka seperti biawak, ular, dan elang semakin menyusut karena perburuan sehingga membuat populasi monyet makin tak terkendali.
Kasus monyet ekor panjang yang sampai masuk ke dalam rumah penduduk bukan kali ini saja terjadi. Sebelumnya, kasus serupa juga pernah dilaporkan terjadi di daerah Gunungkidul. Monyet ekor panjang yang sebelumnya hanya menyerang lahan pertanian di sekitar pantai, beberapa tahun terakhir telah bergeser menyerang lahan pertanian yang lebih jauh dari pantai.
“Bahkan masuk ke pemukiman penduduk untuk mencari makan atau hanya untuk merusak dan mengacak-acak,” ujarnya.
Pada beberapa kasus, serangan monyet ke pemukiman penduduk dilakukan oleh satu atau dua individu monyet saja. Biasanya, pelakunya adalah monyet jantan yang menjelang dewasa. Mereka masuk ke pemukiman penduduk setelah kalah dalam pertarungan dengan pejantan lain untuk memperebutkan posisi alpha male atau ketua dalam suatu kelompok monyet.
ADVERTISEMENT
“Jantan yang kalah akan keluar dari kelompok dan biasanya akan memiliki sifat yang lebih liar dan cenderung merusak,” kata Muhammad Wahyudi. (Widi Erha Pradana / YK-1)