Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten Media Partner
Zaman Berubah, Sultan HB X Dorong Revitalisasi Prajurit Keraton Yogya
14 April 2025 14:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Raja Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menegaskan pentingnya revitalisasi prajurit Keraton agar tetap selaras dengan perubahan zaman. Tradisi, menurutnya, tidak bisa hanya dipertahankan dalam bentuk lama, tetapi harus terus bergerak dan menyesuaikan diri agar tetap hidup.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan saat ia menjadi pembicara dalam Simposium Internasional Budaya Jawa ke-7, Minggu (13/4), yang mengangkat tema Aparatur di Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
“Zaman berubah, kreativitas dan revitalisasi menjadi bagian dari perubahan itu juga,” ujar Sultan HB X, Minggu (13/4).
Sultan mengingatkan bahwa semangat pembaruan sejatinya sudah ada sejak lama, namun belum diwariskan secara sistematis kepada para prajurit. Kini, dengan generasi baru yang mulai bergabung, sistem dan pendekatan keprajuritan pun ikut diperbarui.
“Generasinya juga sudah beda. Tidak ada masalah karena zamannya juga berubah,” lanjutnya.
Revitalisasi ini tampak dalam pembaruan struktur organisasi dan kegiatan prajurit. Sukadari, tokoh senior anggota Kawedanan Keprajuritan sekaligus Guru Besar Universitas PGRI Yogyakarta (UPY), menjelaskan bahwa struktur prajurit kini dirancang lebih teratur dengan sistem kepangkatan mirip militer—seperti sersan, panji, hingga kapten.
ADVERTISEMENT
“Sekarang bagus sekali, kreatif untuk pengembangan ke depan. Ini bukan sekadar melestarikan bentuk, tapi juga nilai dan karakter,” ujarnya.
Selain struktur, aktivitas prajurit juga diperluas. Jika dulu hanya fokus pada baris-berbaris saat grebeg, kini mereka rutin berlatih pencak silat, panahan, tulup, hingga plinteng. Bahkan, prajurit berusia lanjut tetap aktif berlatih setiap minggu.
“Karakter abdi dalem akan tampak karena mereka merupakan representasi dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat tercinta ini,” tegas Sukadari.
Guru Besar ISI Yogyakarta yang juga prajurit sejak era 1970-an, Y. Sumandiyo Hadi, menambahkan bahwa revitalisasi juga menyentuh aspek seni dan koreografi. Menurutnya, tiap pasukan kini mulai mengembangkan tarian khas masing-masing sebagai bagian dari identitas budaya yang terus bergerak.
Sementara itu, Anggota Kawedanan Keprajuritan yang juga Letnan Dua TNI Angkatan Udara, Misran Wahyudi, menyebut ada kedekatan nilai antara keprajuritan Keraton dan militer modern, terutama dalam hal disiplin dan pembentukan karakter.
ADVERTISEMENT
“Yang berbeda hanya struktur formalnya. Tapi dalam jiwa dan semangat, ada banyak kesamaan,” kata Misran yang resmi menjadi anggota keprajuritan pada Maret 2025.
Revitalisasi ini menurutnya membuka ruang baru bagi generasi muda untuk terlibat dalam pelestarian tradisi secara aktif dan adaptif. Ia menilai, hal ini merupakan upaya penting yang dilakukan Keraton Yogyakarta untuk mempertahankan relevansinya di tengah perkembangan zaman.