Konten dari Pengguna

Cerita Mencicipi Chinese Food di Restoran San-G Nongkitiam di Jakarta Barat

Pandu Aryantoro
Seorang pegawai yang bekerja untuk sebuah holding BUMN.
30 Agustus 2024 13:16 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandu Aryantoro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi chinese food oleh wirestock via Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi chinese food oleh wirestock via Freepik
ADVERTISEMENT
Saya ingin cerita tentang pengalaman makan di San-G Nongkitiam.
Kemarin pagi (26/8/2024), saya merasa kurang enak badan. Segera, saya pergi ke klinik. Di klinik, dokter mendiagnosa saya terkena cephalgia dan dispepsia. Setelah pulang dari klinik, saya mencari informasi di Google, cephalgia disebutkan sebagai sakit kepala, sedangkan dispepsia sebagai sakit pencernaan. Memang, beberapa pekan lalu, saya sering mengonsumsi makanan pedas dan kopi, ditambah waktu tidur saya yang kurang.
ADVERTISEMENT
Pada sore harnya, saya sudah agak mendingan setelah mengonsumsi obat. Maka, saya memutuskan untuk menjemput isteri saya dari bekerja. Singkat cerita, saya sudah bersama isteri dan anak saya di atas motor menuju arah ke rumah.
"Kamu udah mendingan?" tanya isteri saya dari belakang pundak saya.
"Alhamdulillah udah," jawab saya sambil menatap ke depan.
Kebetulan, perut saya sudah mulai keroncongan.
"Kita mau makan malam di mana?" tanya saya tiba-tiba.
"Kamu udah laper?" tanya isteri saya.
Saya menganguk.
"Makan di San-G, mau?" tanya isteri saya.
"Ide yang bagus," jawab saya.
Setelah isteri saya memberitahu lokasi restoran itu, segera saya membanting arah menuju jalan Tanjung Duren Utara.
15 menit kemudian, kami tiba di restoran San-G Nongkitiam.
ADVERTISEMENT

Masuk ke Restoran

Restoran San-G Nongkitiam yang berlokasi di Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat (dok. pribadi)
Saya memarkirkan motor saya dan segera masuk ke restoran. Di dalam restoran, isteri saya menanyakan kepada staf yang menyambut kami.
"Maaf, selain tidak pakai babi, pakai mirin gak?" tanya isteri saya.
Si staf menjelaskan bahwa restoran ini tidak memakai mirin. Dia menjamin kehalalan menunya.
Akhirnya, kami merasa tenang dan segera menuju meja makan.
Area makan di San-G Nongkitiam (dok. pribadi)
Area ruang makan cukup luas dengan nuansa khas Cina yang meliputi setiap sudut ruangan. Bagi pengunjung yang perokok, disediakan juga area makan yang bisa untuk merokok.
Saya memilih meja makan di sudut dekat dinding yang dihiasi ornamen dari stiker maupun pamflet bertuliskan bahasa mandarin. Menurut saya, titik ini bagus untuk foto, selain dekat dengan soket listrik untuk mengisi daya telepon seluler kami. Segera, kami menempati meja itu.
ADVERTISEMENT

Memesan Menu Chinese Food

Saya sedang melihat ornamen di dinding restoran San-G Nongkitiam (dok. pribadi)
Seorang staf mendatangi kami, lalu dengan ramah menawarkan buku menu kepada kami.
"Silakan kak. Ini buku menunya," kata si staf sambil mengulurkan tangannya.
Saya mengambil buku menu itu dan melihat-lihat ragam menunya sambil memfotonya.
Menu minuman (dok. pribadi)
Menu makanan utama dan kudapan (dok. pribadi)
Menu roti-roti (dok. pribadi)
"Kalau mau pesan pakai barcode, juga bisa, kak," kata si staf sambil menunjuk pada kode batang yang menempel di kertas di atas meja kami.
Kami mengangguk. Si staf meminta ijin meninggalkan kami untuk melanjutkan bekerja.
Isteri saya memindai kode batang itu dengan telepon selulernya. Kemudian, dia menanyakan kepada saya apa saja yang akan dipesanan.
Karena sedang tidak boleh makan makanan pedas dan santan, saya hanya memesan nasi hainam panggang, pangsit kuah, lumpia kulit tahu dan siomai. Di sisi lain, isteri saya memesan katong laksa, golden toast, peanut butter toast dan teh tarik dingin.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, pesanan saya satu persatu disajikan.

Menikmati Hidangan Chinese Food Ala San-G Nongkitiam

Pangsit kuah dan nasi hainam panggang (dok. pribadi)
Katong laksa (dok. pribadi)
Siomai dan kulit lumpia tahu (dok. pribadi)
Setelah semua pesanan disajikan, segera saya meminta isteri saya untuk memfoto saya bersama hidangan yang dipesan.
Saya sedang berpose dengan semua pesanan kami (dok. pribadi)
Setelah berfoto, segera saya menuju area wastafel yang tidak jauh dari meja makan kami untuk cuci tangan, bergantian dengan isteri dan anak saya.
Setelah itu, kami segera menikmati hidangan yang sudah menggoda kami sejak tadi. Menurut saya, hidangan kami ini enak. Anak saya pun tampak menikmati makanan ini sambil menonton video di Youtube menggunakan telepon seluler isteri saya.
Kata isteri saya, katong laksa adalah favorit dia. Sayangnya, tambah dia, pihak restoran tidak menyediakan minyak cabai (chilli oil). Sebuah masukan untuk San-G Nongkitiam agar di kemudian hari bisa menyediakan chilli oil.
ADVERTISEMENT
Setelah sekitar 30 menit puas menikmati hidangan ini, saya pergi ke toilet untuk buang air kecil. Menurut saya, toilet di restoran ini bersih dengan tisu dan tempat sampah yang sudah tersedia.
Toilet pria di restoran San-G Nongkitiam (dok. pribadi)
Setelah buang air kecil, saya kembali ke meja makan. Sesampai di meja makan, makanan tampak sudah habis dimakan. Isteri saya berdiri, hendak melakukan pembayaran di meja kasir.

Mendapatkan Diskon

Beberapa menit kemudian, isteri saya kembali. Dia menyebutkan bahwa dia mendapatkan potongan harga sebesar 30% karena total harga menu yang kami pesan sudah di atas Rp. 200.000. Promo ini, kata dia, hanya berlaku sampai akhir bulan Agustus 2024.
Pamflet berisi promo potongan harga (dok. pribadi)
Saya meminta setruk pembayaran dari isteri saya. Memang benar, total harga menu yang kami pesan adalah Rp. 208.500 dengan potongan sebesar 30% dan ditambah biaya layanan 5% dan pajak 10%, menjadi Rp. 168.600.
ADVERTISEMENT
Setruk pembayaran pesanan kami (dok. pribadi)
Setelah melakukan pembayaran, kami beranjak ke luar restoran dan pulang ke rumah.
Bagi kami, restoran ini menawarkan menu makanan dan minuman yang enak dengan harga yang masih terjangkau di kantong kami.