Konten dari Pengguna

Di Balik Layar: Menemani Anak Tumbuh di Tengah Teknologi

Pandu Wahyu Aji
Mahasiswa semester akhir di Politeknik Statistika STIS
1 Februari 2025 3:07 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandu Wahyu Aji tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Anak-anak sedang bermain bersama di daerah pantai. Foto : Pixabay/SJP
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak sedang bermain bersama di daerah pantai. Foto : Pixabay/SJP
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu merasakan kegelisahan saat berada di tempat umum, menyaksikan bagaimana anak-anak zaman sekarang begitu asyik dengan gadget di tangan mereka? Beberapa waktu lalu, saya dan teman-teman sedang makan di sebuah restoran grill. Kami duduk santai, menikmati daging panggang, namun pandangan saya tak bisa lepas dari satu meja di samping meja saya. Di sana, seorang bapak duduk bersama anaknya, keduanya sibuk dengan ponsel mereka, tak ada percakapan yang terjalin antara mereka. Anak itu tampak tenang, sibuk menatap layar tablet, sementara sang bapak tenggelam dalam dunia ponselnya sendiri, hening. Momen seperti ini semakin menguatkan kerisauan saya—apakah kita sebagai orang tua atau pengasuh sudah memberikan perhatian yang cukup kepada anak-anak kita di tengah dunia yang serba digital?
ADVERTISEMENT
Atau, saat saya pulang kampung dengan kereta api, sebuah pemandangan lain kembali membuat saya merenung. Di dalam gerbong, terdapat beberapa anak kecil yang bergerak bebas. Beberapa berlari-lari tanpa pengawasan, ada yang menangis keras, sementara yang lain malah lebih tenang, asyik menatap layar ponsel dengan volume suara yang mengganggu. Semua itu terjadi di tengah keramaian, sementara orang tua mereka tampak sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing, mungkin melanjutkan pekerjaan atau hanya duduk terdiam, merasa lelah. Suara ponsel yang bising, tangisan anak, dan langkah kaki kecil yang tak terkendali, semuanya menjadi campuran yang cukup mengganggu kenyamanan perjalanan.
Melihat pemandangan ini, saya mulai bertanya-tanya, bagaimana kita bisa mendampingi anak-anak dalam mengatasi gejolak zaman ini? Di era serba digital ini, tampaknya banyak anak yang lebih mengenal dunia maya daripada dunia nyata di sekitarnya. Ketika anak-anak lebih sering berinteraksi dengan layar, apakah mereka kehilangan kesempatan untuk belajar berinteraksi dengan orang lain? Apakah mereka melewatkan pelajaran tentang empati, kesabaran, dan keterampilan sosial yang seharusnya mereka pelajari di usia dini?
ADVERTISEMENT
Anak-anak adalah peniru ulung. Apa yang mereka lihat dan alami di sekitar mereka akan menjadi cerminan bagi perilaku mereka di masa depan. Ketika anak-anak lebih sering berinteraksi dengan gadget daripada berinteraksi langsung dengan orang tua, mereka kehilangan kesempatan untuk belajar keterampilan sosial, nilai-nilai empati, dan interaksi langsung yang sangat penting bagi perkembangan mereka. Hal ini semakin diperparah dengan kebiasaan orang tua yang mungkin merasa nyaman dengan solusi praktis—memasukkan anak ke dalam dunia digital agar mereka bisa melanjutkan pekerjaan mereka tanpa gangguan.
Menurut Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia, pengasuhan anak adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan kasih sayang, keselamatan, dan kesejahteraan anak agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Keluarga, sebagai tempat pertama dan utama dalam membentuk kepribadian anak, memiliki peran yang sangat besar dalam perkembangan anak usia dini. Pengasuhan yang positif, yang melibatkan keterlibatan orang tua dalam aktivitas seperti berbicara, membaca, atau bermain bersama anak, terbukti dapat mendukung tumbuh kembang anak yang optimal (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2020). Namun, dalam kenyataannya, pengasuhan positif seringkali tergantikan oleh kenyamanan teknologi yang membuat banyak orang tua merasa tidak perlu meluangkan waktu untuk mendampingi anak dalam kegiatan yang lebih mendidik.
ADVERTISEMENT
Melihat kenyataan ini, kita tak bisa menutup mata terhadap fakta bahwa teknologi—yang awalnya dirancang untuk kemudahan—juga membawa tantangan besar dalam pengasuhan anak. Teknologi bisa menjadi alat yang baik untuk pendidikan jika digunakan dengan bijak, tetapi tanpa pengawasan yang tepat, anak-anak bisa terjebak dalam kebiasaan konsumsi media yang pasif, yang tidak memberikan dampak edukatif yang maksimal. WHO pun merekomendasikan agar orang tua terlibat dalam aktivitas pembelajaran dengan anak usia dini, memastikan bahwa teknologi digunakan untuk tujuan yang mendukung perkembangan anak (World Health Organization 2020).
Sumber : Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2024.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam publikasi terbaru menunjukkan betapa besar peran teknologi dalam kehidupan anak-anak kita. Sekitar 35,57% anak usia dini mengakses internet, sementara 39,71% menggunakan ponsel. Namun, di balik angka-angka ini, ada kenyataan yang lebih memprihatinkan. Sekitar 68,01% anak usia dini lebih memilih untuk menonton televisi dalam seminggu terakhir, sementara hanya 8,99% yang terlibat dalam kegiatan membaca. Ini menunjukkan bahwa meskipun anak-anak memiliki akses mudah ke media dan informasi, kebiasaan membaca yang sangat penting untuk perkembangan literasi mereka masih sangat rendah.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pengasuhan yang tidak layak juga menjadi masalah. Berdasarkan data dari BPS, sekitar 3,69% balita mengalami pengasuhan yang tidak layak, yang bisa berdampak negatif pada perkembangan fisik, mental, dan sosial mereka. Anak perempuan dan anak yang tinggal di pedesaan cenderung lebih banyak mengalami pengasuhan yang tidak layak dibandingkan anak laki-laki atau mereka yang tinggal di perkotaan. Fakta-fakta ini menggugah saya untuk bertanya, apa yang bisa kita lakukan untuk mengubah tren ini?
Dengan adanya fakta-fakta ini, kita harus mulai berpikir tentang bagaimana mengubah kebiasaan kita dalam mengasuh anak. Teknologi bisa menjadi teman yang baik jika kita tahu cara mengarahkan dan mengawasi penggunaannya. Tetapi jika dibiarkan tanpa batas, teknologi juga bisa menjadi penghalang bagi anak untuk berkembang secara optimal. Sebagai orang tua dan masyarakat, kita harus mulai memberi lebih banyak perhatian pada pentingnya waktu berkualitas bersama anak, terutama dalam kegiatan yang dapat merangsang perkembangan kognitif dan sosial mereka, seperti membaca, berbicara, dan bermain.
ADVERTISEMENT
Mari kita ambil langkah kecil hari ini: Apakah kita siap untuk meluangkan lebih banyak waktu mendampingi anak, mengarahkan mereka dalam memilih media yang mendidik, dan membantu mereka untuk tumbuh menjadi pribadi yang cerdas dan penuh kasih?

Sumber: Publikasi BPS “Profil Anak Usia Dini 2024”