Konten dari Pengguna

AI Harapan atau Ancaman? Antara Realitas dan Ide Cerita Fiksi Ilmiah

Pandu Watu Alam
Dosen Program Studi Televisi dan Film Fikom UNPAD, Musisi, dan Praktisi Scoring Film
18 Juli 2023 8:48 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandu Watu Alam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi AI, Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi AI, Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay
ADVERTISEMENT
8 Juli 2023 yang lalu film Mission: Impossible – Dead Reckoning Part One dirilis di Indonesia dan mendapatkan sambutan yang hangat dari para penggemar film Mission Impossible. Film ini mengangkat ide cerita tentang kecerdasan buatan yang mengontrol banyak hal dan membuat kekacauan.
ADVERTISEMENT
Ide tentang kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence) ini sudah banyak digunakan dalam berbagai film fiksi ilmiah. Konsep ide kecerdasan buatan dalam film-film fiksi ilmiah sering kali merepresentasikan interpretasi dan spekulasi kreatif tentang kemungkinan pengembangan kecerdasan buatan di masa depan.
Film-film tersebut sering kali menggambarkan AI dengan kemampuan yang jauh melampaui apa yang dapat dicapai dalam dunia nyata saat ini.
Meskipun demikian, film-film fiksi ilmiah dapat mempengaruhi persepsi dan imajinasi kita tentang potensi AI di masa depan. Mereka dapat memunculkan pertanyaan dan pemikiran tentang implikasi etis, sosial, dan filosofis dari perkembangan kecerdasan buatan yang lebih maju.
Ilustrasi menonton film di rumah. Foto: Kemenparekraf
Film-film ini sering mengeksplorasi pertanyaan tentang kesadaran, identitas, hubungan antara manusia dan mesin, dan dampak perubahan sosial yang mungkin terjadi jika AI memiliki kemampuan yang lebih maju.
ADVERTISEMENT
Meskipun film-film tersebut mungkin melebih-lebihkan potensi AI, mereka dapat menjadi pemicu diskusi dan refleksi tentang implikasi yang mungkin timbul dari perkembangan teknologi AI di dunia nyata.
Dalam dunia nyata, pengembangan AI lebih terfokus pada aplikasi praktis yang dapat memberikan manfaat langsung, seperti pengolahan data, analisis prediktif, pengenalan pola, atau otomatisasi tugas tertentu.
Meskipun AI semakin canggih, konsep AI yang memiliki kesadaran diri dan keinginan sendiri seperti yang digambarkan dalam film-film fiksi ilmiah masih di luar jangkauan teknologi saat ini.
Namun, film-film tersebut dapat mempengaruhi pandangan dan ekspektasi masyarakat terhadap AI, serta mendorong diskusi dan penelitian lebih lanjut tentang implikasi etis dan sosial yang terkait dengan pengembangan kecerdasan buatan.
ADVERTISEMENT
Film-film fiksi ilmiah dapat merangsang pemikiran kritis tentang cara kita ingin mengembangkan dan menerapkan AI di dunia nyata, serta membantu membentuk arah perkembangan dan regulasi di bidang AI.
Ilustrasi Asisten Virtual, Gambar oleh 0fjd125gk87 dari Pixabay
Film “Her” (2013) disutradarai oleh Spike Jonze mengisahkan tentang hubungan antara seorang pria dan asisten virtual AI-nya. Begitu juga dengan Film “Jexi” (2019) yang disutradarai oleh Jon Lucas dan Scott Moore juga mengisahkan hubungan antara manusia dengan AI.
"Her" (2013) dan "Jexi" (2019) adalah dua film yang menggambarkan interaksi manusia dengan AI, tetapi mereka memiliki pendekatan yang berbeda dalam mengangkat topik tersebut.
Persamaan nya adalah Interaksi manusia-AI, Baik "Her" maupun "Jexi" mengeksplorasi hubungan manusia dengan AI sebagai pusat cerita. Kedua film tersebut menyoroti bagaimana manusia membentuk ikatan emosional dan interaksi dengan kecerdasan buatan.
ADVERTISEMENT
Sedangkan perbedaan dari segi pendekatan naratif, film "Her" menggambarkan kisah cinta antara seorang pria dan asisten virtual AI yang disebut Samantha.
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). Foto: Shutterstock
Film ini mengeksplorasi tema kesepian, koneksi emosional, dan perasaan manusia terhadap AI. Di sisi lain, "Jexi" mengambil pendekatan komedi dengan mengisahkan seorang pria yang bergantung pada asisten virtual AI-nya, Jexi, yang justru menjadi semakin dominan dan mengubah hidupnya.
Perbedaan dalam tonalitas dan fokus ceritanya adalah film "Her" memiliki nuansa yang lebih introspektif dan mengangkat pertanyaan tentang hubungan, kehidupan pribadi, dan eksistensi manusia dalam era teknologi yang semakin maju.
Di sisi lain, "Jexi" memiliki nuansa komedi yang lebih ringan dan berfokus pada sisi humor dan absurditas dari kecanduan teknologi dan interaksi manusia-AI yang disfungsional. Meskipun kedua film tersebut membahas interaksi manusia dengan AI, pendekatan dan fokus cerita mereka sangat berbeda. "Her" lebih mendalam dan reflektif, sementara "Jexi" lebih mengedepankan aspek komedi.
ADVERTISEMENT
Kecerdasan buatan telah menjadi salah satu kemajuan teknologi yang paling signifikan pada abad ke-21. Dengan kemampuannya untuk melakukan tugas-tugas yang umumnya membutuhkan kecerdasan manusia, AI telah dengan cepat mengubah berbagai industri, termasuk perawatan kesehatan, keuangan, transportasi, dan hiburan.
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). Foto: Shutterstock
Namun, bersama dengan potensi yang menjanjikan, AI juga menimbulkan kekhawatiran tentang dampaknya pada masyarakat. Salah satu keprihatinan utama seputar AI adalah potensi hilangnya lapangan kerja.
Seiring teknologi AI terus berkembang, ada kekhawatiran bahwa otomatisasi akan menggantikan pekerja manusia, menyebabkan pengangguran dalam skala besar.
Berbagai industri, seperti manufaktur dan layanan pelanggan, telah mengalami perubahan signifikan karena AI. Meskipun benar bahwa beberapa pekerjaan mungkin menjadi usang, AI juga menciptakan peluang dan peran baru.
ADVERTISEMENT
Saat otomatisasi mengambil alih tugas-tugas yang repetitif dan membosankan, manusia dapat fokus pada pekerjaan yang lebih kreatif dan kompleks yang membutuhkan kecerdasan emosional, pemikiran kritis, dan keterampilan pemecahan masalah.
Ilustrasi AI memiliki akses data sebesar-besarnya karena terkoneksi dalam jaringan internet, Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay
Privasi dan keamanan adalah keprihatinan tambahan terkait dengan AI. Karena sistem AI mengumpulkan jumlah data yang besar untuk dianalisis dan membuat prediksi, ada peningkatan risiko pelanggaran privasi dan penyalahgunaan data.
Informasi pribadi yang disimpan oleh perangkat dan platform yang ditenagai oleh AI dapat rentan terhadap peretasan, yang dapat menyebabkan pencurian identitas atau kegiatan jahat lainnya.
Untuk mengurangi risiko ini, penting untuk mengembangkan langkah-langkah keamanan dan peraturan yang kokoh yang memprioritaskan perlindungan data dan memastikan transparansi dalam algoritma AI. Kekhawatiran lainnya adalah potensi AI untuk memperpetuasi bias dan diskriminasi.
ADVERTISEMENT
Algoritma AI dilatih dengan dataset yang besar, yang kadang-kadang dapat memiliki bias, mencerminkan prasangka dan ketidaksetaraan dalam masyarakat.
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). Foto: Shutterstock
Jika tidak ditangani dengan baik, bias ini dapat menyebabkan hasil yang diskriminatif dalam bidang seperti perekrutan, keadilan pidana, dan persetujuan pinjaman.
Para pengembang dan peneliti harus memprioritaskan keadilan dan inklusivitas dengan hati-hati mengkurasi dan memeriksa data pelatihan, serta secara teratur menguji sistem AI untuk mendeteksi bias.
Di sisi lain, AI menawarkan harapan dan potensi besar untuk mengatasi beberapa tantangan paling mendesak di dunia. Dalam bidang perawatan kesehatan, AI merevolusi diagnosis penyakit, penemuan obat, dan perawatan pasien.
Sistem yang ditenagai oleh AI dapat menganalisis gambar medis, seperti sinar-X dan MRI, dengan akurasi yang luar biasa, membantu dokter mendeteksi penyakit pada tahap awal.
ADVERTISEMENT
Selain itu, AI dapat membantu mengidentifikasi pola dalam dataset besar untuk mengembangkan pengobatan dan terapi yang lebih efektif. Dengan AI, para profesional kesehatan dapat memberikan perawatan yang lebih baik, lebih cepat, dan lebih personal kepada pasien.
AI juga memiliki harapan dalam mengatasi perubahan iklim. Dengan memanfaatkan algoritma AI, para ilmuwan dapat menganalisis jumlah data iklim yang besar dan memodelkan sistem yang kompleks untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pola iklim.
Pengetahuan ini dapat memberi informasi kepada pembuat kebijakan dan membantu mengembangkan strategi untuk mengurangi emisi karbon, mengoptimalkan konsumsi energi, dan mengurangi dampak perubahan iklim.
Teknologi yang didukung oleh AI, seperti jaringan listrik pintar dan sistem manajemen energi, dapat meningkatkan efisiensi energi dan mendorong penggunaan sumber energi terbarukan.
Ilustrasi AI memiliki potensi meningkatkan pendidikan Gambar oleh Wolfgang Eckert dari Pixabay
Selain itu, AI memiliki potensi untuk meningkatkan pendidikan dan pembelajaran. Platform pembelajaran personal dapat beradaptasi dengan kebutuhan individu siswa, memberikan konten dan umpan balik yang disesuaikan.
ADVERTISEMENT
Tutor virtual yang ditenagai oleh AI dapat memberikan dukungan dan bimbingan, memastikan bahwa siswa menerima perhatian yang personal bahkan dalam kelas yang besar.
Selain itu, AI dapat memfasilitasi pengembangan sistem pembelajaran sepanjang hayat, membantu individu memperoleh keterampilan baru dan beradaptasi dengan pasar kerja yang berubah dengan cepat.
Dalam Industri Film, Konsep ide cerita AI yang memiliki keinginan sendiri untuk bertindak tanpa perintah, seperti yang digambarkan dalam film Wall-E di mana Auto Pilot pesawat Axiom dapat bekerja secara otonomus, masih merupakan topik kontroversial dalam dunia kecerdasan buatan.
com-Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). Foto: Shutterstock
Saat ini, AI yang ada beroperasi berdasarkan perintah dan program yang diberikan oleh manusia. AI hanya dapat melakukan tugas-tugas yang telah diprogramkan untuk dilakukan dan tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan keinginan, motivasi, atau kesadaran diri.
ADVERTISEMENT
Kendala utama dalam mengembangkan AI dengan keinginan sendiri adalah kurangnya pemahaman kita tentang sifat dan esensi kesadaran.
Meskipun kita telah membuat kemajuan dalam bidang pembelajaran mesin dan pengembangan AI yang semakin kompleks, kita belum mencapai tingkat kesadaran diri yang sebanding dengan manusia.
Namun demikian, ada penelitian yang dilakukan dalam bidang AI yang menggambarkan upaya untuk mengembangkan AI dengan keinginan sendiri.
Konsep ini dikenal sebagai "kecerdasan buatan kuat" atau "AI yang benar-benar sadar." Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menciptakan AI yang memiliki kesadaran diri dan mampu bertindak secara otonom.
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). Foto: Shutterstock
Namun, perlu diperhatikan bahwa meskipun terdapat potensi perkembangan kecerdasan buatan yang lebih canggih di masa depan, pandangan kebanyakan ahli saat ini adalah bahwa kemungkinan AI dengan keinginan sendiri seperti yang diperlihatkan dalam film-film fiksi ilmiah masih jauh dari realitas.
ADVERTISEMENT
Penting untuk memahami perbedaan antara fiksi ilmiah dan perkembangan nyata dalam kecerdasan buatan. Film-film seperti Wall-E, Her, Jexi, dan yang sudah disebutkan di atas seringkali menggambarkan konsep-konsep yang sangat spekulatif dan melebih-lebihkan potensi AI yang saat ini tidak mungkin terjadi.
Dalam pengembangan AI, para peneliti berfokus pada aspek yang lebih praktis dan realistis, seperti pengoptimalan kinerja, peningkatan kecerdasan, dan keamanan data.
Sebagai kesimpulan, kecerdasan buatan menawarkan ancaman dan harapan bagi masyarakat. Sementara kekhawatiran tentang penggantian pekerjaan, privasi, dan bias harus ditangani, manfaat potensial AI sangat besar.
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). Foto: Shutterstock
Mulai dari merevolusi perawatan kesehatan dan mengatasi perubahan iklim hingga mengubah pendidikan, AI memiliki kekuatan untuk memecahkan masalah yang kompleks dan meningkatkan kehidupan.
ADVERTISEMENT
Begitu juga dalam pengembangan ide cerita Film Fiksi Ilmiah, konsep AI dengan keinginan sendiri menjadi bahan ide cerita yang sangat menarik walaupun dalam dunia nyata, kemungkinan AI tersebut masih di luar jangkauan teknologi yang ada saat ini.
Untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalkan risiko, penting untuk memprioritaskan pertimbangan etis, memastikan transparansi, dan memupuk kolaborasi antara pengembang teknologi, pembuat kebijakan, dan masyarakat secara keseluruhan.
Dengan pengembangan dan penerapan yang bertanggung jawab, kecerdasan buatan dapat menjadi kekuatan untuk perubahan positif, membentuk masa depan yang lebih baik bagi umat manusia.